Yumna dan Yuri berpisah di halaman depan Kampus. Yuri menunggu Papahnya yang akan menjemputnya karena akan menghadiri acara keluarga besarnya. Yumna sendiri akan pulang menuju apartemennya dan mampir di Supermarket untuk membeli beberapa kebutuhan untuk di apartemennya. Sejak menikah dan tinggal di apartemen bersama Duta dan kini hidup sendiri, Yumna mulai mandiri dan bisa menguru apartemennya sendiri, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci baju, mencuci baju dan menyiapkan sarapan sederhana.
Yumna berjalan kaki, jarak antara Kampus dan Apartemennya tidak terlalu jauh. Berjalan kaki hanya memerlukan waktu sekitar lima belas menit saja. Saat Yumna berjalan kaki, ia merasa ada yang membuntutinya dari belakang. Ingin menengok ke belakang tapi Yumna takut, kalau saja benar orang jahat, ia akan berani melakukan tindak kejahatan, di tambah lagi jalan yang sedang di lalui Yumna adalah jalan yang agak sepi. Tapi, jika tidak di lihat, Yumna penasaran. Akhirnya Yumna memutuskan berpura -pura tidak tahu dan mempercepat langkah kakinya menuju supermarket yang ada di dekat apartemennya.
Yumna bisa bernapas lega dan berani menoleh ke arah belakang untuk melihat siapa gerangan yang sejak tadi membuntutinya. Namun, saat Yumna menoleh ke belakang tidak ada siapapun di sana.
Yumna berusaha tak peduli dan melupakan hal tadi. Ia teringat nasihat Duta, suaminya untuk tidak terlalu kepo dengan apa yang kita rasakan sebelumnya, agar tidak jadi pikiran. Yumna mulai membuka list belanjaannya dan mulai mendorong kereta belanjanya dan memilih barang yang di butuhkan.
"Yumna ...." panggil seseorang dari arah belakang membuat Yumna menoleh. Suara yang sudah tak asing terdengar di telinganya.
"Lukas? Hei, Apa kabar?" sapa Yumna kembali membalas panggilan Lukas.
Lukas tersenyum lebar. Wajahnya mulai memucat dan tubuhnya terlihat kuus. Tangannya terlihat banyak plester yang menutupi ulitnya yang berbekas tusukan jarum selama ia melakuan hemodialisa untuk penyembuhannya. Namun, kondisinya tidak bertabah baik, tetap seperti biasanya malah cenderung menurun. Gairah hidupnya menurun, tidak ada semangat hidup lagi.
Yumna hanya menatap Lukas dengan rasa iba. Lihat saja, kulit putihnya mulai memucat dan tak terawat. Pipinya kempot dan kedu amtanya celong dan sedikit meghitam. Tatapannya tak sehangat dulu, malahan saat ini terlihat seperti mayat hidup.
"Aku baik, Na. Boleh aku menemani kamu berbelanja?" tanya Lukas pelan pada Yumna.
Yumna mengangguk kecil mengiyakan permintaan Lukas. Toh, hanya ikut menemani berbelanja saja, tidak ada masalah bukan? Bermasalah jika, Lukas minta main ke apartemennya. Itu bisa menimbulkan fitnah, karena Yumna sudah menjadi istri Duta.
"Yuk, Yumna mau beli beberapa kebutuhan di apartemen sama cemilan saja. Paling nanti sekalian cari makan malam di food court aja," ucap Yumna dengan wajah ceria. Sudah lama tidak bertemu Lukas, sahabatnya itu.
"Belum hamil?" tanya Lukas yang mengambil alih kereta belanja dorong Yumna yang tadi di pegangnya.
Yumna menggelengkan kepalanya pelan, "Belum Kas. Doain ya, Yumna mau ke Jepang, kalau bisa sih, pulang dari Jepang bisa hamil."
"Aamiin ... Lukas doain ya, Na. Semoga keinginan kamu punya anak cepat terkabul. Kamu kapan mau ke Jepang?" tanya Lukas kemudian mulai membuka pembicaraan pada Yumna.
"Lusa, Kas. Tapi, gak tahu juga sih. Kak Duta beberapa hari ini gak bisa di hubungi Kas. Ekhemm ... Bukan gak bisa di hubungi sih, cuma kalau di chat gak balas, kalau di telepon biasa sih di angkat, tapi kalau Yumna minta video call, kak Duta pasti menolak," ucap Yumna pelan dengan wajah sedih.
"Mungkin Duta sibuk, Na. Kamu gak boleh sedih, harus tetap semangat, biar kuliah kamu juga gak tersendat, cuma gara -gara masalah pribadi aja," ucap Lukas menasihati.
Yumna terkekeh sendiri. Ia tertawa padahal hatinya pedih merasakan sesuatu yang aneh akhir -akhir ini.
"Semoga saja. Apa yang kamu ucapkan itu benar, Kas. Yumna percaya sama Kak Duta, tapi tetap rasa kekhawatiran seorang istri gak bisa di bohongi, kan?" ucap Yumna lirih.
Sambil mengobrol, Yumna tetap fokus dengan acara belanja kebutuhan apartemennya.
"Boleh aku bicara sesuatu? Aku mau jujur sama kamu, tentang perasaan aku selama ini. aku hanya ingin mengungkapkan biar aku lega aja. Bukan berarti kamu harus membalas perasaanku. Tidak begitu ya, Na. Jujur, aku suka sama kamu, Na. Aku kecewa, saat aku tahu kamu sudah ada yang emmiliki. Terlebih kamu di miliki oleh lelaki yang emnurut aku baik dan populer sekali di Kampus. Tapi, waktu aku tahu, kamu kecewa dengan Duta, ingin rasanay aku menggantukan posisi Duta dan aku berjanji pada diriku sendiri, jikan memang takdir berpihak padaku, dan aku bisa miliki kamu, aku akan membahagiakan kamu dan tidak akan membuat kamu menangis. Lagi -lagi, takdir itu selalu memberikan yang terbaik untuk aku. Aku tidak di persatukan sama kamu karena aku psti melalaikan janjiku yang akan membahagiakan kamu," ucap Lukas lirih dan terhenti. Kedua mata Lukas basah, namun air matanya tidak menetes. Lukas berhasil menahannya.
Yumna menatap Lukas yang menunduk dan tersenyum.
"Makasih ya, Kas. Udah jujur, soal ini. Maaf kalau Yumna sengaja gak peka dan Yumna sengaja menjauhi kamu di awal semester, saat Yuri bilang, kalau kamu ada rasa sama aYumna. Yumna cuma gak mau menyakiti perasaan orang. Lagi pula Kak Duta saat itu juga bilang, kayaknya kamu lagi ngejar Yumna, makanya Kak Duta buru -buru ngajak tunangan dan nikah. Mungkin alasannya itu. Hidup ini indah jika apa yang kita inginkan memang terwujud, tapi akan terasa merana, jika harapan kita tak pernah terlaksana," ucap Yumna pelan sambil mengambil beberapa cemilan ringan untuk menemani malamnya sambil menonton drakor.
Lukas melirik ke arah Yumna dan berusaha membalas senyuman gadis yang selama ini ia kagumi. Baru kali ini, Lukas meencintai wanita sampai teregila -gila. Wajah Yumna khas asia denagan sifat manja dan ceria, membuat Lukas senang jika bersama gadis itu. Rasanya semua kesedihan meluap begitu saja. Ia pun bisa melupakan rasa sakit di tubuhnya.
"Kamu sakit apa, Kas? Sampai kurus begini," tanay Yumna pelan sambil mengambil beberapa susu cair yang siap minum untuk memenuhi kulkasnya.
Lukas hanya meneleh dan menatap Yuman dari arah samping. Andaikan Yumna tahu, umurnya tak lagi panjang. Makanya Lukas ingin berpamitan pada Yumna, dan tinggal dengan dokter yang selama ini memotivasinya dan ingin membuka rumah sakit gratis dari hasil warisan yang di beri oleh Papahnya. Setidaknya di akhir usinya, Lukas bisa melakukan hal baik yang bisa di kenang banyak orang.
"Aku mau pamit Na. Aku mau pergi dari sini, dan tak akan kembali lagi. Aku harap kamu masih mau jadi temanku, Na. Aku harap, kamu bisa jaga diri. Aku hanya bisa menjaga kamu sampai di sini, tapi sleama ini semuanya baik -baik saja. Tetap waspada, Yoshua masih emngincarmu, Na. Alice itu saudaraku, setahu aku, ia suka sama Duta, jadi ia kerja sama dengan Yoshua untuk mencelakai kamu dan Duta dengan cara mereka sendiri," ucap Lukas pelan.
"Serius? Tadi ada yang ngikutin Yumna," ucap Yumna pelan.
"Itu aku, Na. Ternyata kamu peka. Itu yang harapkan, kamu peka untuk hal ini, agar kamu bisa mengantisipasi smeuanya dengan baik," ucap Lukas pelan.
Yumna mengangguk paham dan melanjutkan belanja. Padahal otaknya terus berpikir dan mulai cemas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 357 Episodes
Comments
Mamah Dara
lah Lukas sakit apa sih ? Alice ma Yoshua sekongkol tp ttp aja engga dpt kedua nya paling gigit jari
2023-06-06
1