Di Kantin Kampus, Yumna danYuri sedang duduk berdua menikmati makan siangnya. Hari ini hari terakhir ujian akhir. Mulai besok, mulai libur akhir semester. Satu semester sudah tanpa di temani Duta, Yumna hanya kurang bersemangat saja. padahal Kak Jone, Kak Daffa, Bunda Gita dan Bunda Sinta saling bergantian menemani Yumna di apartemen.
"Kamu jadi ke Jepang, Na?" tanya Yuri di sela -sela makannya.
"Jadi. Lusa kayaknya. Mau titip oleh -oleh?" tanya Yumna pelan sambil mengunyah batagor.
"Gak kok. Kamu kesana buat ketemu Duta, bukan buat mencari oleh -oleh. Ada juga waktu liburan kamu habis buat cari oleh -oleh saja," ucap Yuri terkekeh.
"Ya gak lah. Yumna lumayan lama kan, soalnya sekalian tahun baruan disana juga. Kak Duta juga sudah kasih waktu beberapa hari untuk Yumna, walaupun selebihnya Yumna akan ada di apartemennya sendirian. Mungkin waktu itu yang akan Yumna pake untuk jalan -jalan di deket situ beli sesuatu untuk sahabat Yumna yang paling baik sejak dulu," ucap Yumna pelan sambil tersenyum pada Yuri.
"Iya deh. tapi gak usah di paksain ya," ucap Yuri menasehati. Yuri tidak mau Yumna terlalu memikirkan banyak orang cukup pikirkan dirinya sendiri dan Duta serta hubungannya.
Siang itu memang lumayan agak panas teerik hingga hawa dan udara membuat terasa gerah dan mudah berkeringat.
"Na ... Ada sesuatu yang mau aku omongin. Memang udah agak lama sih, tapi aku baru bisa ngomonginnya ke kamu," ucap Yuri pelan.
Yumna menoleh ke arah Yuri dan tersenyum.
"Ngomong aja, Ri. Ada apa? Gak usah pake gak enakan kayak gitu. Kita bersahabat jan, juga sudah lama," ucap Yumna pelan.
"Beberapa waktu lalu, aku ketemu Lukas," ucap Yuri mengehntikan pembicaraannya. Yuri hanay ingin tahu bagaimana respon Yumna selanjutnya. Kalau Yumna bertanya lebih lanjt, mungkin Yuri akan melanjutkan ucapannya. Tapi, jika Yumna tidak ingin membahas Lukas, Yuri tidak akan melanjutkannya kembali.
"Lukas? Apa kabar dia?" tanya Yumna denagn santai dan tak nampak terlalu antusias. Yumna memang sedikit demi ingin menjauhi Lukass. Yumna hanya ingin hidupnya bahagia dan tidak terlalu tergantung dengan orang lain terlebih dengan Lukas.
"Dia baik saat itu. Dia cuma pesan, agar kamu bisa jaga diri," ucap Yuri pelan.
"Aku baik - baik saja lho. Lukas pasti tahu akn. Yumna yang sekarang tidak se -manja dan se -cengeng itu. Tapi ... akhir -akhir ini, memang perasaan Yumna kurang baik baik. Tiba -tiba, cemas dan gelisah, terus degub jantung juga selalu deg -degan setiap saat," ucap Yumna pelan.
"Itu cuma ketakutan kamu, Na. Atau mungkin karena mau ketemu Kak Duta?" tanya Yuri pelan.
"Entahlah. Beberapa hari ini, Kak Duta memang jarang berkomunikasi lewat chat dengan Yumna, apalagi video call, paling cuma telepon sebentar dan kirim voice note aja. Makanya lusa mau kesana tuh, mastiin juga, kalau Kak Duta baik -baik saja," ucap Yumna pelan.
"Maksudnya gimana sih? Kok aku gak paham, apa aku yang gagal paham. Tadi kamu bilang, lusa mau kesana? Itu belum ada kesepakatan berdua?" tanay Yuri pelan.
"Kesepakatan sih udah ada dari sebulan lalu, Ri. Tapi, seminggu terakhir ini, Kak Duta emang sibuk kayaknya, jarang komunikasi. Kemarin pas telepeon juga kayak buru -buru banget. Kalau di tanya soal, keberangkatan, dan bisa jemput kapan tuh kayak mulai gak di bahas," ucap Yumna pelan.
"Sabar ya, Na. Mungkin emang Kak Duta sibuk banget, jadi dia bingung ngatur waktunya. Mau jujur sama kamu soal kesibukannya takut kamu kecewa, tapi dia juga dilema, antara tugas dan kerjaan sama rumah tangganya. Kamu harus bisa lebih bijaksana dan dewasa menyikapinya," ucap Yuri menyarankan.
"Jadi, menurut kamu. Aku urungkan keberangkatan aku, lusa besok? AKu tunggu kesiapan Kak Duta gitu?" tanya Yumna pelan dan mulai bimbang.
"Gini aja. Nanti malam, kan kamu udah mulai santai nih. Coba kamu hubungi Kak Duta duluan, kamu chat, atau kamu voice note dan bilang mau telepon penting. Kalau di bales, berarti dia lagi ada waktu, dan kamu langsung telepon saja. Kamu tanya soal kesiapan Kak Duta, kalau kamu datang lusa. Jadi kalau LDR gini gak usah pakai surprise, nanti yang ada kita malah kena surprise sendiri," ucap Yuri menyarankan.
"Aku juga gak ngasih surprise. Bunda Gita juga nyaranin begitu. Kalau aku kasih surprise, pas Kak Duta lagi jalan sama orang atau lebih spesisfik sama perempuan, ternyata rekan atau partnernya yang ada malah jadi berantem kalau Yumnanya gak sabaran. Gitu. Tapikemarin Bunda Gita juga di telepon gak dia angkat. Kayak perasaan Yumna bilang ada sesautu yang terjadi," ucap Yumna pelan.
"Na ... Jangan OVT. Ingat Kak Duta selalu kasih kamu nasihat jangan pernah berpikir negatif, walaupun memang ada sesuatu hal yang etrus memenuhi pikiran kamu. Toh, Kalau memang ada sesuatu yang terjadi, Bunda Gita, Kak Duta, atau Bunda Sinta pasti kasih tahu kan. Mereka akan jujur dengan apapun," ucap Yuri pelan.
Yumna hanya mengangguk pelan dan berusaha menenangkan diri. Jujur saja, dua hari terakhir ini, mimpi buruk seolah terus melewati mimpinya. Yumna tahu, Duta, suaminya adalah lelaki baik dan setia. Tidak mungkin, Duta itu melakukan hal buruk dibelakangnya. Itu sudah terbukti dengan hubungannya yang selalu awet beberapa tahun saat mereka pacaran dan akhirnya Duta melamarnya untuk menghalalkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius.
"Coba deh, nanti malam, aku iktin saran kamu, Ri. Kamu gak nginep di apartemen aku?" tanya Yumna pelan.
"Kan aku udah bilang. Kalau ada Bunda Gita, aku gak enak, Na. Biar kamu sama Bunda Gita bisa lebih enak ngobrolnya kalau gak ada aku," ucap Yuri yang memang canggung dengan Ibu mertua Yumna.
"Itu sih perasaan kamu saja, Ri. Bunda Gita itu baik, sama baiknya kayak Bunda Sinta. Gak pernah marah dan selalu memberikan support dan motivasi terbaik untuk Yumna," ucap Yumna pelan.
"Aku cuma orang lain, Na. Walaupun aku sahabat kamu. Kapasitas aku, bukan bagian keluarga Duta. Pasti ada hal, yang Bunda Gita tidak ingin di ketahui orang lain, kecuali kamu, sebagai anak menantunya. Aku gak mau ganggu moment kebersamaan kamu sama mertua kamu, kebahagiaan kamu sama Bunda Gita dan tawa kalian berdua," ucap Yuri pelan. Yuri merasa canggung saj, walaupun memang Bunda Gita begitu baik tidak pernah membedakan dan selalu bersikap adil.
"Tapi, Bunda Gita udah pulang dari tiga hari yang lalu, ada urusan penting. Terus kayak buru -buru gitu, di suruh pulang sama Ayah. Mungkin saja, Ayah harus pergi pindah dinas, biasanya gitu. Tadinya suruh Bunda gantiin, kebeetulan Bunda lagi sakit. Kak Jone juga pas ada urusan lain di Kantor Ayah. Kak Dafa, lagi sibuk urus restaurant sambil skripsi," ucap Yumna pelan.
"Ya udah. Ntar malam aku ke apartemen kamu. Tapi, aku ada acara keluarga dulu ya? Paling jam delapanan ke sana," ucap Yuri memastikan.
"Oke. Makasih ya, Ri. Kamu emang sahabat palin baik buat aku," ucap Yumna pelan sambil memeluk Yuri, sahabatnya itu.
***
Satu semester ini, Duta melewatinya dengan baik. Pekerjaannya dan studinya juga berjalan seimbang. Di saat kebahagiaannya berada di puncak dengan rencana kedatangan Yumna, seolah semua itu hanya cerita dongeng yang berakhir pada mimpi buruk bagi Duta.
Hidupnya terasa terhenti saat kejadian beberapa hari lalu menimpanya. Suara itu amat ia kenal dan tak sempat ia melihat siapa orang itu dan kini ia hanya bisa duduk terdiam dan meratapi semua takdirnya.
Air matanya tak lagi bisa menetes, rasanya sudah kering dan tak mampu lagi kesedihannya menitikkan air mata.
"Duta ... Makan dulu ya," pinta Bunda Gita pada anak semata wayangnya itu.
Tidak ada jawaban dari Duta. Mungkin, anak lelaki itu masih syok dan ia tidak tahu harus bagaimana lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 357 Episodes
Comments