"Nanti siang kamu temani Nisa fitting gaun pengantin, terus sekalian kalian foto prewedding"
Vans yang sedang menyuap nasi ke mulutnya jadi terhenti.
"Aku gak bisa. Lagian, siapa juga yang mau foto prewedding sama wanita udik seperti dia!"
"Kamu harus bisa, karena 2 hari lagi kalian akan menikah"
"Tapi Vans gak mau nikah kek, apalagi sama dia. Apa kata rekan dan teman teman bisnis aku nanti. CEO tertampan mereka menikah dengan wanita udik dan kampungan seperti dia." ucap Vans pada Nisa.
"Vans! jaga ucapan kamu. Nisa itu calon istri kamu!"
"Lagi pula, soal penampilan bisa di rubah. Nisa bisa berdandan dan akan terlihat cantik!" sambung kakek.
"Terserah, pokoknya Vans gak mau. Ada banyak meeting penting hari ini. Sangat penting di bandingkan dengan wanita udik ini!"
"Semua jadwal kamu sudah kakek batalkan. Seminggu ke depan kamu free dan di tugaskan untuk menemani Nisa!"
"What!" Vans menatap Nisa tajam, menyalahkan Nisa atas semua yang dia alami.
"Apa kamu puas? hidup ku semakin kacau sejak kamu masuk ke rumah ini!"
Vans menggeram, Nisa seakan tidak peduli dengan ucapan nya yang terus memakai dan mencacinya.
"Apa kau tidak manusia ha? apa kau tuli?" hardisk Vans berdiri dari duduknya, mata nya masih menatap Nisa tajam.
"Lalu, apa kau ingin aku bersedih, meraung Raung meminta belas kasihan yang tidak aku butuhkan dari mu?" lawan Nisa.
"Kakek lihat kan? belum menjadi istri, tapi dia sudah melawan dan menantang aku. Bagaimana nanti setelah menikah!" adu Vans mencari cari kesalahan Nisa.
"Cih, coba saja batalkan pernikahan ini. Jika kau ingin menjadi gembel dalam hitungan beberapa detik!" kata Nisa memasukkan suapan terakhir ke dalam mulutnya.
Kakek mengulum senyum, Nisa memang wanita yang pas untuk melawan ego Vans. Ratmi tidak salah memilihkan jodoh untuk putranya.
Lihat lah, Vans ketar ketir menghadapi sikap Nisa yang santai dan kalem.
"Jam 10.30 menit, aku akan menunggu mu di mobil!" ucap Nisa beranjak dari meja makan.
Sebelum dia benar benar pergi, Nisa menyempatkan memberi hormat pada kakek dengan cara membungkukkan sedikit tubuhnya ke depan.
Kakek mengangguk pelan, bibirnya tak henti hentinya memamerkan gigi.
Vans seperti cacing kepanasan, dia menatap kakek dengan tatapan jengkel.
"Apa kakek suka, harta ini jatuh ke tangan wanita itu?"
"Seperti nya itu tidak buruk!"
Vans semakin marah, kakeknya sama sekali tidak berpihak kepadanya.
Kakek malah ikut meninggalkan ruangan makan.
"Aiss... Sial!" dengus Vans memukul meja makan kuat.
"Awas saja, aku tidak akan membuat hidup mu mudah selama menjadi istri ku!",
Tepat pukul 9.30 Nisa menunggumu Vans di depan rumah. Dia sudah siap pergi ke butik.
Tak lama setelah itu, Vans pun keluar. Tanpa sepatah kata pun, Vans masuk ke dalam mobil.
Setelah Nisa masuk, Vans langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Lea ketakutan, dia menutup mata dan menggenggam erat sabuk pengaman yang menahan tubuhnya apabila terjadi pengereman secara mendadak.
Semakin gila, Vans merasa puas melihat wajah pucat Nisa.
"Kau pasti takut kan" batin nya.
Streettt...
Mobil berhenti tepat di depan sebuah butik.
"Keluar lah, aku akan menunggu mu di sini!"
"Ok, aku akan mengatakan pada kakek jika kita sudah sampai dan aku menunggu di luar!" kata Nisa santai.
Nisa turun dari dalam mobil, kaki nya masih terasa bergetar karena ketakutan melihat kecepatan Vans tadi.
Namun, Nisa tetap berusaha agar terlihat biasa saja. Jika Vans sampai tahu, maka pria itu pasti akan mengejeknya.
Nisa masuk ke dalam sebuah butik mewah, dia hendak mengeluarkan ponselnya dan melapor pada kakek.
"Eh, gak usah lapor. Aku sudah menghubungi kakek!" ucap Vans membuat Nisa terkejut.
"Kenapa kamu ada di sini, bukan kah kamu mau menunggu di mobil saja?"
"Sudah lah, pilih gaun mana yang ingin kamu pakai. " Sela Vans.
Nisa mengulum senyum, dia tahu Vans akan sangat takut pada kakeknya. Karena itulah dia sengaja mengancam dengan alasan kakek. Padahal, Nisa sama sekaligus tidak ingin menghubungi kakek.
"Beginilah rasa nya menemani wanita berbelanja atau memanjakan diri" dengus Vans kesal.
Nisa melihat lihat beberapa gaun yang ada di dalam lemari kaca. Mata nya tertarik pada sebuah gaun mahal yang baru saja di rilis oleh sang desainer.
"Ini sangat bagus nona, anda pasti akan terlihat seperti bidadari turun dari surga." puji pramuniaga butik itu.
"Kamu tidak perlu berlebihan" ujar Nisa tersenyum kecut. Dia tahu pelayan ini hanya memujinya agar Nisa membeli barangnya.
"Baik lah aku ingin mencoba yang ini!"
"Baik nona, silahkan masuk ke ruang ganti."
Nisa menghilang di balik pintu ruangan ganti.
Setelah mengenakan gaun itu, ragu tahu Nisa keluar dari ruangan ganti.
Nisa berdiri dengan kepala menunduk.
"Apa tidak cocok?" tanya Nisa malu malu karena Vans terlalu menatap kearahnya.
Vans tidak menjawab, dia sudah terpanah melihat penampilan Lea yang berbeda jauh dari biasanya.
Gaun lengan panjang dengan untaian panjang, terlihat sangat cocok dengan Nisa.
"Biasa saja " Dengus Vans acuh. Padahal, dari sorot mata nya sudah bisa di tebak, bahwa dirinya sangat terkejut melihat penampilan Nisa saat ini.
Gaun berwarna silver dengan manik mutiara di sekitar pinggang membuat Nisa terlihat ramping.
"Mbak, tolong ambil foto ku yah. Aku ingin mengirim ke kakek. Aku akan meminta pendapatnya"
Nisa memberikan ponsel nya pada pelayan yang membantu nya. kemudian, bisa pun berpose seadanya untuk di foto.
"Sudah nona"
"Oke terimakasih" balas Nisa melihat hasil jepretan pelayan itu. Dia cukup puas, hasilnya tidak terlalu buruk.
"Dasar caper, apa apa di laporin, dasar wanita aneh!" cibir Vans.
Nisa tidak menggubris, dia menganggap ucapan Vans angin lalu.
Baru beberapa detik Nisa mengirim fotonya, kakek langsung membalasnya.
Nisa tersenyum, dia meminta pada pelayan itu untuk menyiapkan gaun yang dia coba tadi untuk pernikahan nya nanti.
"Tolong di siapkan yah mba"
"baik nona" balas pelayan itu menunduk hormat.
Setelah selesai fitting baju, Edo pun membawa Nisa ke studio foto. Mereka akan melakukan beberapa foto agar kakeknya senang.
Vans keluar dari mobil lebih dulu, dia tidak membiarkan Nisa ikut dengannya saat melihat studio foto penuh oleh pegawai cowo.
"Aku akan bertanya pada mereka. Kamu tunggu saja di sini." ucap Vans berlalu pergi ke dalam studio.
Nisa terbengong, mengapa Vans melarangnya ikut masuk ke dalam. Padahal dia ingin berfoto juga!"
Nisa berusaha membuka pintu mobil yang ternyata di kunci oleh Vans dari luar.
"Sial! pria itu benar benar licik" dengus Nisa kesal
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments