Kakek memerintahkan pelayan pribadinya untuk mengambil amplop coklat di kamarnya.
Kemudian, menyuruh pelayan untuk memberikan pada Vans.
"Baca lah!" seru kakek.
Vans pun langsung tergesa gesa membaca ulang surat wasiat yang maminya tulis untuk dirinya.
Setelah melihat ulang isi surat itu, Vans terkejut bukan main.
"Jadi, semua harta akan di alihkan sama gadis itu, jika Vans menolak perjodohan ini?"
"Sesuai yang di tulis oleh mami mu" balas Kakek.
"Tidak kek, ini tidak mungkin. Bagaimana bisa mami melaku hal ini."
"Kenapa tidak? buktinya ada di tangan kamu. Lagi pula, apa susahnya sih menikah dengan Nisa. Kamu ingin bersenang senang kan dengan wanita lain? maka lakukan lah dengan Nisa yang sudah halal untuk mu nanti!"
"Tidak kek!" bantah Vans.
"Lihat saja, penampilan nya bisa saja, tidak ada yang menarik. Wajahnya biasa saja, kusam dan sangat jauh dari kriteria ku. Badan tipis seperti triplek."
"Kenapa kamu harus memandang dari fisik nya? cobalah lihat hatinya. Dia sangat baik dan berlapang dada menerima permintaan terakhir ibu nya!"
Kakek pun berdiri, dan meninggalkan Vans yang sangat kesal.
"Ah sial! sial! kenapa harus dia orang nya sih!. wanita udik yang tidak berperasaan!" erang Vans mengingat bagaimana kelakuan Nisa ketika masih SMP dulu.
Ah sudah lah, Van tidak mau mengingat masa kelam itu.
Vans beranjak dari duduknya, dia menemui Tuti dan menanyakan di mana keberadaan Nisa.
"Tuti, di mana wanita itu?" tanya Vans.
Tuti melongo, dia tidak tahu siapa yang Vans maksud.
"Nisa!" gumam Vans menyebut nama calon istri yang tidak ia inginkan.
"Oh nona Nisa, dia ada di kamar nya tuan. Kamar tamu" jawab Tuti.
Vans pun langsung berjalan cepat menuju ke kamar Nisa.
"Buka pintu nya!" dengan gedoran kuat, Vans menyuruh Nisa untuk membuka pintu.
Nisa mendengar suara gedoran itu, tapi di berusaha untuk mengabaikannya.
"Jika tidak mau membukanya, jangan salahkan aku menghancurkan pintu ini!"
Nisa masih tetao diam, dia ingin melihat. Apakah Vans benar benar berani menghancurkan pintu ini.
Brak!
Brak!!??
Dalam dua kali hentakan kaki, pintu kamar Nisa berhasil terbuka.
"Vans! kamu apa apaan sih. Pintu nya jadi rusak!" teriak Nisa melompat dari atas tempat tidur nya dan melihat pintu yang telah rusak.
"Aku sudah bilang kan, tapi kamu yang tidak mendengarkan!"
"Dasar gila!" dengus Nisa kesal.
Nisa hendak kembali ke tempat tidurnya, tapi tiba-tiba pergerakannya terhenti saat tangan kekar itu menahan lengannya.
"Aku ingin bicara!"
"Tapi aku tidak!" balas Nisa berani, membuat Vans marah.
"Aws sakit," Nisa meringis kesakitan, cengkraman tangan Vans di lengannya semakin kuat.
"Aku tidak suka penolakan, dan kau melakukan itu!"
"Tuan hentikan, a da menyakiti nona Nisa!" Pengawal yang di tugaskan menjaga Nisa langsung berlari masuk dan berusaha untuk menarik Vans menjauh dari Nisa.
"Hey lepas! kalian berani menyentuh ku!"
"Maaf tuan, ini perintah tuan besar. Anda di larang berada di wilayah ini!"
"Berani sekali kau!" geram Vans semakin emosi.
Tidak ingin keributan terjadi, Nisa menyuruh pengawal untuk melepaskan Vans.
"Sudah pak, biarkan saja" seru Nisa sambil mengusap lengannya.
Pengawal itu langsung melepaskan Vans.
"Wah, baru sehari di sini. Tapi kamu sudah mampir menguasai rumah ku ini!"
"Anda terlalu berlebih tuan Vans, aku tidak menguasai apapun!" balas Nisa santai.
"Cih, dasar wanita jelek. Wajah mu saja yang polos, tapi tidak dengan hati mu. Lihat saja nanti, sekuat apa kamu bisa bertahan menjadi istri ku!"
Vans berlalu pergi, meninggalkan Nisa yang menatap kosong kepergiannya.
*Apa ini yang ini sebut kehidupan lebih baik?
apa ini yang ibu sebut kebahagiaan ku?
Dia bahkan bersikap kasar Bu, dia tidak menyukai ku dan bagaimana bisa aku akan bahagia bersama orang seperti nya*.
Nisa menghapus air mata yang mengalir di pipi nya. Raut wajah sedih berubah menjadi raut wajah datar.
"Demi permintaan ibu" gumam nya sebelum memutuskan untuk benar benar tidur.
...----------------...
Sudah satu Minggu berlalu. Nisa tidak melakukan apapun. Semua persiapan pernikahannya dengan Vans di atur oleh kakek.
Nisa hanya perlu menyiapkan diri dan mental saja.
Saat ini, dia sedang bersama Reina. Mereka menghabiskan waktu duduk di cafe sambil mendengarkan musik klasik.
"Jadi bagaimana?"
"Apanya?" balas Nisa.
"Yah, persiapan pernikahan kamu sama Vans lah, apalagi?"
Reina mendengar tarikan nafas berat dari sahabat nya. Dia tahu ini berat bagi Nisa, tapi dia juga tahu Nisa pasti akan melakukan nya karena ini permintaan sang ibu.
"Semuanya sudah di atur kakek"
"Benarkah?" Nisa mengangguk.
"Aku hanya duduk diam dan menyiapkan mental. Hidup bersama pria kejam seperti es batu itu membutuhkan mental yang kuat!" tutur Nisa. Tangannya menggoyang goyangkan es batu sisa es jeruknya.
"Kamu yang sabar yah.Jika kamu tidak sanggup, kamu boleh kok berhenti"
Nisa menggeleng cepat. Bagaimana mungkin dia berhenti dan mengabaikan permintaan terakhir ibu nya.
Seumur hidup, bisa belum pernah merasa berbakti kepada orang tuanya. Apalagi ke pada ibunya.
Nisa merasa hidupnya selama ini hanya membuat beban hidup ibunya bertambah. Apalagi ketika dia masih SMP. Ibu nya sering di panggil oleh pihak sekolah karena kelakuan nya.
Jadi, dengan memenuhi permintaan ibunya kali ini. Nisa menganggap telah berbakti kepada ibunya dan membuat ibunya bahagia di alam sana.
...----------------...
...Jangan lupa tinggalin jejak, gif dan komen yah. dukungan mu adalah motivasi bagi author...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments