Aulia tidak tahu seperti apa rupa dari Juan. Karena memang keluarga Alexander seolah menutupi keberadaannya dan ia bahkan baru mengetahui ada anak yang bernama Juan di keluarga Alexander dan terlebih lagi ia mendengar bahwa laki-laki itulah yang nanti akan mewarisi harta kekayaan yang dimiliki oleh keluarga Alexander.
Demi apapun Aulia masih tidak mempercayai hal tersebut. Ia mengira bahwa keluarga Alexander sengaja berbohong kepada dirinya. Mungkin saja mereka ingin menjebaknya, karena seseorang tidak dapat ditebak walaupun mereka pernah baik kepadanya di masa lalu.
Di sinilah Aulia terkurung, wanita itu tidak bisa berbuat apapun dan hanya bisa menerima nasibnya sesuai alur kehidupan. Yang lebih mengenaskan lagi adalah ia bak seorang budak yang hanya bisa menjadi suruhan orang lain walaupun kenyataannya ia akan menjadi menantu dari keluarga Alexander.
Tapi faktanya ia tidak diperlakukan seperti seorang menantu sama sekali dan lebih mirip seorang tawanan. Bahkan pernikahan ini juga dipaksakan kepada dirinya. Ia sama sekali tidak ingin menikah dengan orang tersebut karena Aulia sebagai orang berpendidikan tentunya memikirkan masa depannya.
Apalagi orang itu ia belum ketahui. Lantas bagaimanakah rupanya? Sementara keluarga Alexander dan istrinya sudah sangat tua dan apa kah mungkin bahwasanya orang yang bernama Juan Alexander itu sudah sangat tua dan seperti bapak-bapak?
“Kesalahan apa di masa lalu yang pernah aku buat? Kenapa mereka begitu kejam memperlakukan manusia? Aku tahu mereka telah membeli ku, tapi tidak seharusnya kan aku diperdagangkan?” Aulia merenungi kata-katanya sembari memandang ke arah jendela di mana hanya itu yang bisa membuatnya tidak jenuh ketika dikurung di dalam sangkar emas ini.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamarnya dan Aulia sangat bahagia mendengar hal tersebut. Ia menolehkan kepalanya ke belakang dan melihat jika orang itu adalah pembantu wanita yang akan melayaninya. Bahkan pembantu itu juga memandang Aulia dengan tatapan sinis.
Di sinilah Aulia sadar bahwa dirinya tidak ada apa-apanya dibanding pembantu ini. Bahkan seorang pembantu pun lebih tinggi derajatnya daripada Ia yang hanya hasil dari perdagangan.
“Bibi?” tanya Aulia yang bingung dengan kedatangan wanita tersebut.
Namun Aulia harus menerima betapa pedihnya dirinya saat melihat tatapan sinis dari pembantunya tersebut karena tidak senang dipanggil dengan panggilan seperti itu. Bahkan ia seolah-olah ingin mengatakan bahwa dirinya tidak pantas menyebut dirinya seperti itu karena derajatnya lebih tinggi dari dirinya.
“Apakah seorang budak pantas memanggilku seperti itu?”
“Tidak usah basa-basi terlalu banyak. Aku ingin tahu Apa tujuanmu datang kemari.”
“Cepatlah berganti pakaian dan mencoba pakaian pengantin. Satu lagi kamu jangan berlagak orang berkuasa di rumah ini karena kamu hanyalah istri dari Juan. Semua orang mengenal bahwa Juan adalah pria yang bisu dan juga matanya buta sebelah maka dari itu keluarga Alexander sangat malu memiliki dirinya makanya mereka tidak pernah menunjukkan Juan di depan publik. Sekarang ada orang yang bernasib sama dengannya dan akan menjadi istrinya, sungguh lawakan yang bagus di pagi hari.” Aulia mengepalkan tangannya dan ingin sekali memukul pembantu itu yang sangat sombong ketika berbicara dengannya.
Ia tahu bahwasanya tidak baik menindas orang yang lemah. Tapi ia tiba-tiba terpikir jika dirinya telah menjadi penguasa di rumah ini rasanya ia ingin menindas pembantu itu lebih dulu.
Namun Ia juga sangat terkejut ketika mengetahui bahwasanya calon suaminya itu adalah orang yang bisu dan tidak melihat. Memang seperti apa yang dikatakan oleh pembantu itu sungguh sebuah lawakan yang bagus di pagi hari. Apakah ia tidak salah mendengar? Namun itu sepertinya lebih baik daripada ia hidup terhina dan luntang-lantung di jalanan tanpa ada yang mau menampung dirinya.
“Baiklah aku akan segera berganti pakaian dan mandi terlebih dahulu.” Aulia pun menarik nafas panjang dan kali ini untuk melindungi dirinya ia rela menjadi orang yang dihina-hina.
•••••
Aulia keluar dari dalam kamarnya mengenakan pakaian pernikahan yang sudah disiapkan oleh keluarga Alexander. Bahkan ia sendiri juga tidak mengetahui kapan hari pernikahannya. Tapi yang ia dengar bahwa keluarga Alexander akan mengadakan pesta pernikahan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh keluarga besar Alexander saja.
Tapi itu lebih baik agar tidak mengundang banyak wartawan yang mana itu akan mencoreng nama baiknya lagi. Aulia menarik nafas panjang dan memantapkan diri untuk melangkah mendekati keluarga Alexander yang telah berkumpul untuk melihat dirinya.
Misis Alexander begitu senang saat melihat dirinya. Ia belum bisa memastikan apakah wanita tersebut menyukainya atau tidak atau hanya sekedar formalitas saja.
“Sudah aku bilang kau sangat cocok mengenakan pakaian pernikahan ini. Ini dirancang khusus olehku, kau tidak boleh mengelaknya sama sekali besok kau akan menikah.”
Aulia pun tercengang saat mengetahui jadwal pernikahannya. Apakah mereka gila mengadakan pernikahan secepat itu sementara dirinya sendiri bahkan belum siap. Aulia merasakan tubuhnya menegang karena memikirkan masa depannya yang memiliki suami cacat sungguh di luar prediksinya. Ia sama sekali tidak ingin menikah muda apalagi Ia baru saja masuk universitas.
Dalam hati Aulia ingin mengumpati keluarga Alexander. Tapi sungguh tidak bagus karena secara tidak langsung mereka telah menolong dirinya dari kejamnya dunia luar.
“Terima kasih.” Hanya kata itu yang bisa ia ucapkan karena merasa bahwa ia tidak memiliki power di sini. Berbeda seperti dulu saat dia datang ke rumah ini di mana dirinya sangat dihormati.
“Kau tahu ibumu juga tulus dan sangat cantik ketika menikah. Sama seperti dirimu.” Mendengar kalimat tersebut Aulia sangat marah dan tidak ingin melihat ibunya lagi.
Siapa tidak kecewa ketika Ibu kandungmu sendiri malah menjualmu dan lebih mementingkan uang ketimbang dirinya. Sekarang Ibunya hidup dengan bebas sementara ia harus merasakan sangkar emas. Aulia menarik nafas panjang walaupun dadanya terasa sesak tapi ia harus tetap kuat.
“Kenapa anda mengungkitnya? Sungguh sama sekali aku tidak ingin mendengar tentangnya lagi.”
“Kau membencinya karena dia menjualmu kepada kami? Aku sungguh tidak menyangka, tapi itu sangat bagus. Sekarang kau hanya memiliki kami sebagai keluargamu. Dan saya harap kamu bisa menjaga suamimu nanti.”
Aulia tidak mampu menanggapi ucapan mereka.
“Di mana calon suamiku? Kenapa aku belum melihatnya?”
“Kau akan tahu jika sudah menikah dengannya nanti.”
“Apakah dia besok ada?” pertanyaan macam apa itu yang ia lontarkan. Jelaslah besok adalah pernikahan mereka dan pasti Ia ada di hari pernikahannya.
“Tidak ada!”
“Hah?” Apakah ia baru saja tidak salah mendengar? Memangnya ada yang semacam itu? Ini sungguh di luar perkiraan.
••••••••
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments