Hot Daddy
BELUM DIREVISI (maaf jika ada kata-kata yang sedikit kurang dimengerti)
Aulia hanya bisa menatap dengan mata sembab. Ia tak bisa berbuat apapun dan menolong ayahnya yang diboyong polisi dari rumah mereka. Melihat betapa ayahnya sangat menderita dan bahkan sampai berteriak kencang mengatakan bahwa ia tidak pernah melakukan korupsi membuat dadanya terasa sesak.
Aulia tidak tahu apakah yang dikatakan Ayahnya benar atau tidak. Tapi ia berharap bahwasanya ayahnya bisa keluar dari penjara dan tidak pernah melakukan tindakan korupsi sama sekali. Di posisi Aulia sekarang benar-benar sangat bingung, ia juga berpikir bahwa ada orang lain yang menjebaknya. Tapi bukti begitu nyata mengatakan bahwa Ayahnya adalah tersangka korupsi dan ia tidak bisa berbuat apapun untuk membela ayahnya.
Ini benar-benar kejam. Aulia sangat berharap bahwa mendapatkan keadilan dalam hidup. Dalam sekejap semua yang ia miliki hilang begitu saja.
Rumahnya akan disita dan segera dikosongkan. Semua uang yang ada di ATM Ayahnya akan digunakan untuk membayar ganti rugi dari korupsi yang telah dilakukan oleh sang ayah. Sementara itu tatapan para rakyat terhadap dirinya juga sangat sinis dan sangat menghina.
Aulia tidak memiliki tempat untuk tinggal. Mungkin nanti ia dan ibunya kebingungan untuk mencari tempat tinggal untuk sementara waktu. Karena semua orang sudah mengetahui bagaimana rupa dirinya dan rakyat langsung menatapnya dengan sinis sama sekali tidak ingin menampungnya.
Sementara itu mereka tidak lagi memiliki uang. Ibunya juga jadi terlilit hutang. Ia yang baru saja memasuki semester awal berharap bahwasanya bisa meneruskan kuliahnya tapi semua itu musnah begitu saja. Semua mimpi-mimpi yang telah Ia pupuk terkubur tanpa bisa ia bangkit kembali karena tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah.
Di sisi lain Ia juga menjadi musuh bagi para mahasiswa di tempat universitasnya. Aulia tidak tahu akan meletakkan wajahnya di mana lagi.
“Lihatlah, semua yang dilakukan oleh ayah mu itu benar-benar merugikan kita. Apakah dia pernah berpikir sekali saja bagaimana nasib kita ketika dia melakukan itu? Dan kau Aulia! Apa yang akan kau lakukan terhadap nasib kita sekarang? Berhentilah berkuliah, karena mama tidak sanggup membiayai kamu.”
Aulia mengangguk-anggukkan kepalanya. Apa yang dikatakan ibunya itu ada benarnya. Ia tidak bisa seperti dulu lagi, karena dulu dan sekarang sangat berbeda.
Ibunya menangis tanpa henti dan tak mau keluar dari rumah saat petugas datang untuk mengosongkan rumah tersebut. Ia berteriak dengan kencang bahwa rumah ini adalah rumahnya dan mereka tidak ada hak untuk memilihnya meninggalkan rumah ini.
“Apa yang kalian lakukan? Jelas-jelas saya telah tinggal di rumah ini bertahun-tahu! Kalian tidak ada hak sama sekali untuk melarang saya tinggal di rumah ini. Kalian hanyalah orang asing dan tidak berhak menyuruh saya pergi!”
Nyatanya petugas sama sekali tidak mendengarkan ibunya. Ia bahkan dengan kasar mengusir mereka dari rumah. Tidak ada kelembutan sama sekali dan ia dikeluarkan begitu saja dari dalam rumah mereka sendiri dan melempar semua barang-barang milik mereka untuk berbekal hidup ke arah dirinya dan ibunya.
Ibunya sangat terlihat kesal dan bahkan sampai menggenggam tangan. Ia memandang anaknya yang hanya bisa diam dan tak bisa melawan.
“Kamu bodoh atau apa? Kita sudah terusir begini bagaimana caranya kita bisa hidup? Dan kamu malah diam saja!” teriak Ibunya dan menendang dirinya.
Aulia membulatkan mata karena tidak pernah melihat ibunya seperti ini dan bersikap kasar kepada dirinya. Aulia tidak ingin menyalahkan sang Ibu sepenuhnya, karena ia mengerti dengan kondisi psikologis sang ibu. Pasti ibunya sangat stres sehingga tidak bisa memikirkan baik dan buruk saat menendang dirinya.
“Mama, tenanglah! Kita pasti mendapatkan jalan keluarnya.”
“Mendapatkan jalan keluarnya? Semua wajah kita sudah terpampang di televisi dan tentunya semua orang mengenali kita. Bagaimana bisa kita mau mendapatkan tempat tinggal? Lihatlah dulu orang-orang susah itu menatap kita dengan segan dan sekarang mereka dengan berani memandang mata kita!”
Aulia memejamkan matanya dan berharap selalu sabar saat menghadapi ibunya yang mulai terlihat tanda-tanda psikologis pada dirinya.
“Daripada kita hidup susah, mending kamu jual diri saja!”
Kali ini Aulia tidak bisa berpihak pada ibunya. Ia menantang apa yang diucapkan ibunya tersebut dan lantas menatap ibunya dengan ngeri.
“Mama! Apa yang mama katakan? Mama tidak serius kan mengatakannya?”
“Kenapa? Kamu juga tidak mau? Lihatlah kondisi kita seperti ini masih saja memikirkan harga diri. Siapa yang mau menampungi kita? Dan siapa yang mau memberikan pekerjaan kepada kita? Karena mencari uang sangat sulit, lebih baik kamu menjual diri kamu saja!”
Aulia pun menatap ibunya dengan marah dan meninggalkan ibunya begitu saja. Ia takkan pernah menuruti apa yang dikatakan oleh ibunya tersebut karena ia masih memiliki harga diri.
••••••
Mereka tinggal di dekat tempat yang terbengkalai dan sudah tidak ada berpenghuni lagi. Aulia harus rela menahan lapar dan berusaha mencari pekerjaan walaupun sangat sulit bagi dirinya.
Pagi ini ia terbangun sangat subuh saat tidak sengaja mendengar suara ribut yang ada di depan. Aulia pun mengusap matanya dan keluar dari tempat terbengkalai tersebut.
Ia mengerutkan keningnya saat melihat ibunya mendapatkan uang yang begitu banyak dan bahkan berkoper-koper. Aulia tidak mengerti apa yang telah ibunya lakukan. Tapi di satu sisi ia sangat bersyukur bahwa Ibunya sudah mendapatkan uang. Setidaknya mereka bisa bertahan hidup.
“Mama! Mereka siapa?” tanya Aulia dengan sangat semangat dan keluar dari rumah tersebut.
“Nah ini Aulia! Kalian bisa membawanya.” Aulia pun mengerutkan keningnya dan memandang ke arah ibunya penuh tanya. Kenapa Ibunya berkata seperti itu, apakah ia telah menjual dirinya?
“Mama, apa maksud Mama? Kenapa Mama bicara seperti itu?”
Para orang yang mengenakan jas hitam serta berperawakan gagah tersebut berusaha menarik dirinya. Aulia yang belum mengetahui apapun tentu saja langsung berteriak meminta tolong. Tubuhnya bergetar dan ia tidak bisa mendeskripsikan bagaimana rasa takutnya saat ini.
Ia benar-benar sangat ketakutan.
“Mama! Tolong Aulia! Apa yang sudah mama lakukan kepada Aulia?”
“Sayang maafkan mama, tapi mama lebih butuh uang. Jadi Mama menjual kamu!” Aulia membulatkan matanya dan ia memandang ke arah parah orang yang memiliki badan tegap tersebut dan menyeret tubuhnya ke dalam mobil.
Aulia mengepalkan tangannya dan mulai hari itu juga ia sudah tidak menganggap ibunya sebagai orang tuanya. Aulia benar-benar sangat kecewa kepada ibunya.
“Mama, kamu sangat tega!” teriak Aulia dan pasrah terhadap nasibnya sekarang.
Ia hanya memikirkan caranya bagaimana ia bisa kabur dari mereka. Aulia benar-benar takut jika dirinya akan diperlakukan sangat buruk, dijadikan seorang pelayan, dan bahkan paling mengerikan adalah dipekerjakan sebagai PSK atau bahkan dijadikan bahan percobaan.
•••••••
TBC
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH SEMUANYA YANG SUDAH MEMBACA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Dewi Ratna Indah Oktorina
ibu yg gila.demi uang tega menjual anknya.naudzubillah min ndzalik
2024-06-09
0
Rini Shop
ada seorg ibu yg gila
2023-08-15
0