Setelah Mentari terlelap, Gala hendak melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kamar tersebut.
Akan tetapi, Mentari menggeser tubuhnya hingga wanita itu memeluk Gala layaknya bantal guling. Jantung pria itu pun semakin berdetak tak karuan.
Pria itu kini pasrah dan menunggu Mentari sampai benar-benar terlelap. Akan tetapi, tanpa sadar pria itu kini menyusul mentari ke alam mimpinya hingga ranjang tersebut menjadi sebuah saksi bahwa di malam itu menjadi malam di mana sepasang yang tanpa hubungan itu tidur berdua di ranjang yang sama.
Sementara di tempat lain, Demian pulang lebih awal dari biasanya, ia berharap Mentari masih mempercayai penjelasan yang ia susun untuk membuat Mentari takluk kembali.
"Tidak, Mentari tidak boleh meninggalkanku, jika sampai dia pergi, aku tidak yakin bisa mendapatkan jabatan sebagus ini di Perusahaan lain."
"Aku bekerja di sana berkat rekomendasi darinya, jika dia sampai balas dendam beneran, karirku pasti akan benar-benar hancur. Mentari pasti akan minta CEO untuk memecatku! Aku tidak boleh kehilangan Mentari, aku tidak boleh kehilangannya."
Demian terus berjalan mondar mandir di kamarnya seraya menunggu wanita itu pulang. Namun, hingga jam 12 malam pun sang istri tak kunjung menampakkan batang hidungnya.
"Kemana sih, Mentari? Apa mungkin dia pulang ke rumahnya?"
"Tidak, tidak ... ! Jangan sampai itu terjadi! Bisa-bisa habis aku di tangan mertuaku." Demian begitu Frustasi menunggu sang istri yang tak kunjung pulang.
Pria itu mencoba menghubungi sang istri, namun nomornya di blokir hingga ia tidak dapat menghubungi wanita itu sama sekali.
Jam tiga pagi kini telah di lalui, Demian masih tak dapat memejamkan mata karena ia takut kehilangan segalanya jika sampai Mentari benar-benar pergi.
Akan tetapi, di detik berikutnya mata pria itu berbinar saat ia mengingat sesuatu yang akan membuat Mentari bertahan.
"Oh, iya! Kenapa aku harus takut Mentari pergi dariku, bukankah sebelum menikah, aku bikin kesepakatan dengan Mentari?" Demian mengembangkan senyumnya.
Pria itu kini mengambil surat kontrak di mana dirinya dan Mentari tidak akan bercerai sampai kapanpun, dan siapa yang menuntut perceraian terlebih dahulu, maka akan membayar Denda sebesar 100M.
"Seharusnya aku senang jika Mentari menuntut perceraian, karena rumah ini akan menjadi milikku. Selain itu, aku juga akan mendapatkan uang sebesar 100M." Demian mencium kertas itu, lalu memasukkan kertas itu kembali ke tempatnya. Ia kini merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan tidur terlentang dengan senyum puas
"Ah ... dari dulu aku memang selalu pintar ... hahaha ... " Demian langsung memejamkan matanya dengan tawa penuh kebahagiaan.
*
*
*
Di tempat lain.
Mentari membuka matanya lebih dahulu, lalu ia tersenyum saat seseorang yang ia temui di club masih berada di sampingnya dengan posisi tangganya memeluk pinggang wanita itu. "Rasanya aku belum percaya masih ada orang yang sebaik Gala di masa sekarang."
Setelah itu, Mentari bangkit dari posisinya. Ia mengambil sebuah cek dari tasnya, ia menaruh cek tersebut di bawah ponsel pria tersebut. Selain itu, ia juga meletakkan sebuah kertas yang ia tulis dari tangannya sendiri.
"Maafkan aku, aku harus pergi lebih dulu!"
*
*
*
Mentari melangkah menuju pintu keluar setelah mencuci muka, lalu ia memanggil seluruh pelayan di rumah megah tersebut.
"Apa yang kalian lihat di sini, jangan sampai bocor pada siapapun, termasuk orang tuaku! Jika sampai itu terjadi, aku akan pastikan kalian tidak akan dapat pekerjaan di mana pun!" ancam Mentari.
"Baik, Nona!" Semua pelayan tertunduk hormat.
"Selain itu, kalian juga layani pria yang saya bawa tadi malam!" titah Mentari.
"Baik, Nona!" jawab semua pelayan serempak tanpa berani menatap bosnya itu.
Sepanjang jalan menuju pintu keluar, semua pelayan menundukkan kepalanya, dan begitu sampai di depan pintu, kini seorang supir membukakan pintu mobil untuk wanita tersebut.
"Aku ingin mengemudi sendiri!" Mentari berdiri di samping mobil sambil memakai kacamata tebalnya kembali.
Sopir pun menutup pintu belakang, lalu mengitari mobil tersebut dan membuka pintu kemudi. "Terima kasih," ucap Mentari seraya memasang wajah datar tanpa ekspresi.
*
*
*
Gala kini menggeliat, ia terkejut saat membuka mata dan tidur di kamar yang terasa asing baginya. Saat ingatannya kembali, ia tersenyum tipis.
"Oh iya, aku tadi malem di sini dengan putrinya Tuan Devan. Tapi kemana wanita itu?" pandangan Gala menelusuri kamar tersebut.
"Siapa namanya? Mentari ya kalau gak salah?" Gala mencoba mengingat-ingat wajah Mentari.
"Apa dia di kamar mandi?" Gala beranjak, lalu ia melangkah menuju kamar mandi mencoba mencari wanita itu di sana.
Akan tetapi, ternyata dugaannya salah. "Kosong?" Gala mengerutkan kening.
"Ya sudah lah. Mungkin dia sudah pulang." Gala memasuki kamar mandi dan mencuci mukanya.
Setelah itu, Gala keluar dari kamar mandi itu dan melangkah menuju ranjang untuk mengambil ponselnya di atas nakas.
Saat Gala mengambil ponsel, ia mengerutkan kening ketika melihat sebuah kertas yang ada di bawah ponselnya.
Ambilah cek itu sebagai tanda terima kasih karena kamu telah menuruti keinginanku, nanti malam datang lagi ke rumah ini, aku ingin menjadikanmu hanya sebatas teman curhat, tidak lebih dari itu. Oh, iya ... aku juga akan menuruti saranmu, aku akan memberi suamiku kesempatan kedua. Jika dia bisa berubah, aku akan mempertimbangkan pernikahanku, jika tidak ... maka tidak ada kesempatan ketiga baginya.
Gala tersenyum tipis membaca surat dari wanita tersebut. "Aku tahu kamu orang baik, Mentari. Aku salut karena kamu masih mau mendengarkanku meskipun hatimu terlampau kecewa."
Setelah itu, Gala mengambil Cek dan ponselnya. Pria itu hanya memasang wajah datar saat melihat sebuah angka yang tertulis di cek tersebut.
"500 juta?"
Setelah itu, Gala melangkahkan kakinya meninggalkan kamar tersebut. Lalu, ia menuruni tangga dengan para pelayan yang berjejer rapi di lantai bawah untuk menyambutnya.
Gala menghentikan langkahnya, lalu menatap semua pelayan yang tertunduk hormat pada pria itu.
"Untuk apa kalian di sini? Aku bukan majikan kalian, jadi tidak seharusnya kalian menghormatiku layaknya menghormati Mentari." Gala menatap semua dengan wajah datar tanpa ekspresi.
"Maaf, Tuan! Kami melakukan ini atas perintah Nona Mentari, jika kami tidak menghormati Anda, maka sama saja kami tidak menghormati Nona Mentari," jawab ketua pelayan.
"Ya sudah, kalau begitu kalian boleh bubar! Katakan pada Mentari, jangan menungguku jika nanti malam aku tidak datang. Aku juga meletakkan nomor ponselku di bawah Vas bunga di meja rias!" ucap Gala.
"Baik, Tuan! Akan saya sampaikan pada Nona Mentari." Ketua pelayan membungkukkan sedikit badannya.
Setelah itu, Gala hendak melanjutkan langkahnya kembali. Akan tetapi, langkahnya di cegah oleh salah satu Chef di rumah megah tersebut.
"Maaf, Tuan! Sarapan untuk Anda sudah siap! Kami harus memastikan Anda sarapan terlebih dulu sebelum Anda meninggalkan rumah ini, jika tidak ... maka Nona Mentari akan memecat kami," ucapnya.
Gala pun menggeleng-gelengkan kepalanya mendengar ucapan Chef tersebut. Akan tetapi, ia mengikuti kemauan Chef itu, karena ia tahu karakter Mentari yang tidak bisa dibantah oleh siapapun.
Bahkan dirinya yang keras, masih kalah keras dengan wanita itu, semua itu sudah dibuktikan saat Mentari benar-benar mengiris pergelangan tangannya saat wanita itu mengancam akan bunuh diri.
"Dasar gila!" umpat Gala pelan.
Setelah itu, Gala melangkah menuju meja makan. Di Sana sudah tersedia berbagai menu makanan hingga pria itu benar-benar merasa diperlakukan melebihi Sultan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧
walaupun ada kontrak Jagan takut mentari
2023-07-07
3
nurcahaya
dilarang mengumpat sama org yg sama 2 keras kepala
2023-06-23
1
Pia Palinrungi
waduhhh damian kamu maunya apa sihh mentari itu sdh baik kaya apalagi yg kamu cari
2023-06-06
1