Tentang Mentari

"Dari mana saja kamu?" Demian kini menatap Mentari yang baru saja membuka pintu kamarnya.

Pria itu duduk di sofa kamar mereka seraya menatap Mentari dari atas hingga bawah. Pria itu menatap sang istri curiga dengan tampilan Mentari yang berbeda.

Ia merasa takjub dengan tampilan Mentari yang berbeda dari biasanya. Meskipun wanita itu masih memakai kaca mata tebal, tapi kecantikan Mentari terpancar begitu jelas yang sebelumnya Demian tidak pernah ia perhatikan karena ia menganggap Mentari orang kaya yang norak.

"Dari luar rumah," jawab Mentari dengan santai.

Wanita itu melangkah menuju tempat tidur tanpa menatap suaminya, lalu membuka sepatu yang ia gunakan serta membuang ke sembarang tempat.

Demian yang melihat perubahan sang istri, ia kini beranjak, lalu melangkahkan kakinya mendekati wanita itu.

Damian duduk di samping Mentari, dengan Mentari yang sibuk melepas perhiasannya. "Kamu terlihat berbeda dari biasanya, kau berdandan?" tanya Demian seraya menatap Mentari takjub.

"Jika kamu sudah tau, lalu untuk apa bertanya lagi?" Mentari bertanya balik pada suaminya tersebut.

"Sayang, seandainya kamu seperti ini dari dulu, mungkin aku tidak akan pernah mengkhianati pernikahan kita," ucap Demian dengan senyum yang mengembang.

Pria itu kini memulai merayu wanita itu lagi, berharap sang istri percaya dengan semua ucapannya.

"Oh, ya?" tanya Mentari yang kini beralih menatap Demian dengan menaikkan sebelah alisnya.

Demian menganggukkan kepalanya dengan senyum yang kini dibuat-buat. Sementara Mentari langsung beranjak dari tempat tidur tersebut untuk mengambil pakaian ganti. Akan tetapi, Demian memegang lengan wanita itu hingga membuat wanita itu mengurungkan niatnya.

"Ada apa?" tanya Mentari seraya menoleh pada suaminya tersebut.

Demian mengerutkan kening saat melihat sebuah perban di pergelangan Mentari. "Tanganmu kenapa?" tanya Demian.

"Tidak apa-apa, cuma tidak sengaja terisis pecahan kaca saat aku tidak sengaja memecahkan piring di restoran." Mentari membuat alasan, ia tidak perduli alasannya masuk akal atau tidak.

"Oh ... !" Demian mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya sudah, biar aku obati!" Demian melembutkan suaranya.

"Tidak perlu. Sekarang lepaskan aku! Aku ingin mandi!" ucap Mentari yang masih memasang wajah datar tanpa ekspresi.

"Mentari, maafkan aku!" ucap Demian dengan wajah memohon.

"Aku akan memberimu kesempatan kedua, Mas! Tapi ingat, jika sampai aku tahu kamu mengkhianatiku lagi, maka tidak akan ada kesempatan ketiga bagimu!" ucap Mentari yang masih enggan untuk menatap suaminya karena kecewa.

"Benarkah, Sayang?" tanya Demian dengan wajah berbinar.

"Iya, benar. Tapi ingat, tidak ada kesempatan ketiga jika kamu mengkhianatiku lagi!" Mentari memperingatkan lagi.

"Iya, Sayang! Aku janji. Aku janji akan selalu setia padamu." Demian kini bersorak gembira karena ternyata sangat mudah untuk membujuk sang istri yang dianggapnya bodoh itu.

"Sekarang lepaskan lenganku!"

"Iya, Sayang. Maaf!" Demian melepaskan lengan Mentari perlahan.

Setelah itu, Mentari kini melangkahkan kakinya menuju kamar mandi, sementara Demian menatap punggung Mentari dengan penuh kepuasan.

*

*

*

Di tempat lain, Gala berada di sebuah ruangan, dengan setumpuk berkas-berkas yang harus ia kerjakan.

"Bagaimana? Apakah kamu sudah menemukan apa yang kamu cari tadi malam?" tanya seorang pria yang kini duduk diseberang Gala seraya menatap pria itu dengan alis yang bertaut.

Gala terus menanda tangani berkas-berkas yang ada di meja kerjanya tanpa menatap pria yang ada di seberang meja kerjanya.

"Tidak. Aku tidak menemukan apapun di sana! Bahkan aku tidak melihat Beby ada di tempat itu!" ucap Gala dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Pasti kamu datang ke sana tanpa menyamar 'kan?" tanya pria tersebut.

"Ronald, bisa tidak kamu kalau mau nuduh itu tanya dulu?" Gala masih terus fokus pada berkas-berkasnya tanpa menatap wajah pria yang dipanggil Ronald tersebut.

"Aku kenal kamu sudah lama, sebagai sahabat aku bukan nuduh, cuma nebak saja!" ucap Ronald dengan gaya santainya.

"Aku sudah memakai pakaian dari pasar yang kamu berikan kemaren, bahkan aku sudah memasang tahi lalat di bawah mataku." Gala melirik sahabatnya sekilas dengan tatapan kesalnya.

"Terus bagaimana kamu bisa tidak menemukan apapun di sana? Padahal jelas-jelas tunanganmu itu datang ke Club tadi malam. Bagaimana kamu bisa membuktikan kebiasaan buruk dia, jika kamu seperti niat nggak niat!" Ronald memutar bola matanya malas.

"Aku sudah menyamar seperti kalangan orang menengah, karena aku tidak mungkin menyamar jadi gembel, bisa-bisa aku langsung di tendang dari Club sebelum aku masuk jika sampai aku melakukan itu!" ucap Gala yang masih terus fokus pada berkas-berkasnya.

"Lagi pula semalam aku terjebak dengan seorang wanita, makanya aku gagal," tambah Gala tanpa sadar.

"Apa?" Ronald menggebrak meja kerja Gala hingga membuat Gala terkejut melihat reaksi sahabatnya tersebut.

"Kamu ingin membuatku jantungan, hah?" Gala menatap Ronald tajam.

"Kenapa kamu yang marah? Yang terkejut 'kan aku?" Ronald menatap wajah Gala kesal.

"Sudah sana keluar kalau kamu tidak ada keperluan lagi!" usir Gala.

"Cih ... dikit-dikit ngusir! Awas saja, nanti aku laporin kelakuanmu ke Mommymu jika kamu semena-mena!" ancam Ronald.

Gala yang semula sibuk tanda tangan, kini ia meletakkan bolpoin yang dipegangnya dan beralih menatap Ronald dengan tatapan seriusnya.

"Aku minta kamu cari tahu tentang 'Mentari' Mentari Devano Galaxy!" titah Gala tanpa basa-basi.

"Apa?" Seketika mata Ronald membulat sempurna.

"Kenapa reaksimu seperti itu? Aku tahu dia putrinya Tuan Devan. Aku hanya ingin tahu tentang suaminya. Apakah wanita itu salah paham, atau dia hanya dimanfaatkan karena kekayaannya?" Gala kini memegang dagunya layaknya orang yang berpikir keras.

"Hanya itu saja?" tanya Ronald dengan wajah malas.

Gala mengerutkan kening melihat reaksi Ronald. "Apa kamu tahu sesuatu tentang suami Mentari?" tanya Gala seraya menaikkan sebelah alisnya.

Ronald mengetuk-ngetuk meja kerja pria itu dengan wajah yang terlihat sangat santai. "Dia kerja di perusahaanmu atas rekomendasi Nona Mentari sendiri."

"Kamu yang menerimanya?" tanya Gala dengan alis yang bertaut.

"Iya, memangnya siapa yang mau melawan Tuan Devan dan keluarganya. Aku tidak mau berurusan dengan keluarga Galaxy, apalagi dia itu menantunya." Ronald menatap reaksi sahabatnya sekaligus atasannya tersebut.

"Tapi rahasia tentang aku di perusahaan masih tersimpan rapat 'kan? Aku tidak ingin ada seorang pun yang tahu bahwa aku pemilik perusahaan itu."

Ronald mengangguk-anggukkan kepalanya. "Iya, di Kantor masih tidak ada seorang pun yang tahu siapa CEO mereka."

"Bagus!"

"Kamu itu aneh, kamu lebih memilih bekerja di rumah sakit ini dibandingkan mengurus perusahaanmu sendiri! Yang lebih anehnya lagi, kamu malah memilih merahasiakan identitas di Perusahaanmu sendiri," ucap Ronald dengan wajah bingung.

"Rumah sakit ini aku bangun dari hasil kerja kerasku sendiri. Cita-citaku juga menjadi dokter, bukan menjadi pembisnis," jawab Gala.

"Sementara perusahaan adalah milik keluargaku, yang mau tidak mau aku harus mengelolanya. Karena aku satu-satunya penerus dari perusahaan itu." Gala menatap Ronald lekat.

Ronald pun hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jawaban sahabatnya tersebut.

"Seperti kataku tadi, aku minta kamu Awasi suaminya Mentari! Aku tidak tega melihat dia nekat lagi seperti semalam!" titah Gala.

"Memangnya apa yang dilakukan Nona culun itu?" tanya Ronald seraya menatap Gala dengan kening yang mengerut.

"Culun? Mentari tidak culun." Gala menyangkal, karena apa yang pria itu lihat adalah sosok Mentari dengan paras cantik dan begitu sempurna, bahkan Gala tidak melihat sedikit pun celah kejelekan Mentari di mata pria itu.

"Ya Berarti yang kamu temui itu bukan Mentari! Mentari putrinya Tuan Devan itu Culun dan sepertinya dia tidak pernah merawat diri, makanya si Demian selingkuh," ucap Ronald.

"Demian?"

"Iya, Nama suami Nona mentari itu Demian. Dia selingkuh dengan teman sekantornya," jawab Ronald.

"Apa? Jadi kamu tahu dia selingkuh? Terus kenapa kamu harus diam saja?" sentak Gala.

"Bukankah aku sudah bilang? Aku malas berurusan dengan keluarga Galaxy."

"Justru jika mereka tahu kelakuan Demian di kantor, dan kamu biarkan begitu saja. Maka itu bisa mengundang kemurkaan Tuan Devan, Ronald bebek ...!" Gala menatap sahabatnya penuh kekesalan.

"Aku Ronald, bukan Donald." Ronald menatap sahabatnya kesal.

"Bodoh!" umpat Gala.

Sementara Ronald hanya mengangguk-garukkan kepalanya yang tidak gatal.

Terpopuler

Comments

Alifah Azzahra💙💙

Alifah Azzahra💙💙

Kalau Ronald bebek 🦆 berarti temannya 🦆🦆 Dong😆😆

2024-08-01

0

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

🎤🎶 Erick Erlangga 🎶🎧

lupa aku Ama asal usul gala sky vernandes 😂😂

2023-07-07

2

nurcahaya

nurcahaya

ayo gala bntu mentari buat ungkap kejahatan sidemian

2023-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!