Chapt 3. Hanya anak SMA

Cinta tak mengenal siapa dia, dan berapa umurnya, yang dia tahu cinta datang pada siapa yang berhasil menggetarkan hatinya.

Rayan tak mengerti apa itu cinta, apa itu getaran yang menghangatkan sudut hati, yang membawa dirinya dalam ketidak logisan, melupakan apa itu bahagia hanya untuk dirinya saja.

Sepanjang perjalanan menuju apartemannya yang tak jauh dari taman yang menjadi saksi pertemuannya dengan gadis yang berhasil mengusik hatinya itu, ia tak henti tersenyum. Sebentar sebentar memperhatikan foto profil what's app gadis yang telah menyiramnya dengan cola yang begitu membuat lengket di tubuhnya.

Sungguh gadis menggemaskan bukan, andai bisa ia bawa pulang, sepertinya Rayan tak akan pernah bosan.

Setelah sampai ke apartemennya, tak menunggu lama Rayan segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sepertinya dia akan mengingat pertemuan menyenangkan ini hingga esok hari.

Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, tiga jam telah berlalu setelah pertemuannya dengan Rinjani yang begitu unikdan sulit dilupakan bagi Rayan

Lelah berkutat dengan pekerjaannya yang sengaja ia bawa pulang, kemudian ia mengalihkan kembali perhatiannya pada ponselnya yang nampak sunyi tanpa notifikasi yang masuk baru sekitar 10 menit yang lalu.

Beberapa pesan masuk dari orang yang berbeda, bahkan sangat banyak, dari mulai pesan group whats app, hingga para wanita yang sekedar menyapa dirinya dengan ucapan manis khas rayuan sang pemuja kehangatan. Raya seperti tak peduli, ia begitu malas membuka pesan yang menurutnya tak penting.

Kini Rayan malah terfokus pada status whats app yang baru la lihat dan ia dapatkan kontaknya. Seketika Rayan terkekeh membaca status whats app yang Rinjani buat setiap 30 menit sekali itu.

"Dunia ko lagi ngga bersahabat kayanya sama aku hari ini." Status whats app yang Rinjani buat 2 jam yang lalu.

Ada juga status whats app yang menunjukkan foto kemejanya, dan Rinjani memberi caption, "Ya nasib ya nasib, maafin ya 🥺." lengkap dengan emot sedih.

Dan yang paling terbaru sekitar dua menit yang lalu, Rinjani memposting status what'app foto dirinya berselfi lengkap dengan piamanya dengan memberi caption, "Pasti ada jalan keluar, semangat☺." tak lupa dengan emot senyum untuk membangkitkan semangat nya.

Rayan tatap wajah manis itu, merasakan degup jantung yang tiba tiba bertalu menyaksikan wajah lugu tanpa polesan lalu dengan sengaja menyimpan Fhoto dalam status whats app Rinjani dalam galeri ponselnya. Bahkan tanpa ragu ia menggunakan fhoto Rinjani menjadi wallpaper ponselnya.

Dengan iseng Rayan mengirimkan satu pesan pada Rinjani yang Rayan yakini jika Rinjani tak akan menyadari siapa yang mengirim pesan itu untuknya.

"Selamat beristirahat cantikku." pesan gombal yang pasti akan membuat Para gadis bersuka cita bila mendapatkannya dari Rayan.

Tapi sayang, yang beruntung mendapatkannya adalah Rinjani gadis yang baru Rayan temui satu kali dan mampu mengunci pandangan Rayan hanya tertuju padanya.

Di tempat lain dimana gadis yang mendapatkan pesan mesra yang entah siapa itu Rinjani tak tahu seketika mengerutkan alisnya, merasa bingung siapa yang mengirim pesan yang menurutnya tak senonoh itu.

Tapi histori sebelumnya sudah tersemst dirinya yang mulai membukan percakapan dengan isi pesan "Cek." Siapa sebenarnya ini?.

Tapi anehnya, nomor itu sudah tersimpan dalam kontak whats app Rinjani dengan nama Destini dengan fhoto profil pemandangan Lautan di malam hari yang terfokus pada bulan sabit.

"Ini siapa ya? ko aku ngga inget punya temen namanya Destini," gumam Rinjani berbicara sendiri sambil memperhatikan fhoto profil sangat pengirim pesan.

Lalu bergegas Rinjani membalas pesan yang dikirim oleh Rayan yang Rinjani tidak ketahui.

"Siapa ya?" tanya Rinjani.

Sayangnya pertanyaan berupa pesan whats app itu tak dibalas, dibaca saja tidak karena centang duanya belum berubah menjadi warna hijau, padahal status pengirim pesan sedang online.

Setelah menunggu beberapa menit, tak ada balasan lagi. Pada akhirnya Rinjani terlelap juga merasakan kelelahan tubuhnya seharian ini. Ia butuh istirahat agar esok hari ia bisa melakukan aktifitas berat yang sering ia lakukan setiap harinya.

***

Pahi menjelang ditansai dengan suara adzan yang bergema menandakan manusia harus segera bangun dari peraduannya, bergerak untuk memulai hari baru.

Tak terkecuali Rinjani Aira putri dan keluarganya yang telah bangun dari sejak pukul 3 pagi. Rinjani tinggal bersama seorang kaka laki lakinya bernama Willy dan Ayahnya yang bernama Mulyawan.

Mereka hidup bertiga setelah ditinggal ibunda tercinta sekitar lima tahun yang lalu menghadap yang maha kuasa.

Rinjani memang tak dituntut oleh Ayah dan kakaknya bangun lebih awal seperti mereka, tapi Rinjani merasa perlu untuk membantu ayah dan kakaknya itu, meskipun hanya sekedar menemani dan membuatkan teh atau sarapan untuk mereka nikmati bersama.

Ayah Rinjani adalah pengusaha toko roti yang cukup terkenal di daerahnya, belum terlalu besar, tapi itu semua sudah lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarga Rinjani.

"Sudah Rin, udah mau jam 6, ayo cepat siap siap biar ngga terlambat sekolah," ucap Ayah.

Tanpa banyak membantah, setelah menyelesaikan tugasnya membuat sarapan, ia lalu segera menyiapkan diri untuk pergi sekolah.

Rinjani, gadis berusia 17 tahun menginjak 18 tahun itu duduk di kelas 3 SMA akhir smester. Menyandang predikat sebagai siswi berotak cerdas dan pandai dalam bernegosiasi menjadikan Rinjani mampu menjadi ketua OSIS di sekolahnya tahun kemarin. Dan kini saat menginjak akhir masa sekolahnya ia harus fokus untuk ujian akhir. Kini Rinjani hanya aktif di satu organisasi saja yaitu pecinta alam.

Rinjani sangat suka berada di alam bebas, naginya alam adalah yempaybdimana ia bisa melepas lelahnya, bahkan saking sukanya Rinjani terhadap alam, Rinjani sering ikut dengan willy kakaknya naik gunung karena kebetulan willy tergabung dalam organisasi pecinta alam di kampusnya.

Semua kebutuhan dan perlengkapan Rinjani sudah siap, kini waktu sudah menunjukan pukul 6.30 pagi, Ayah dan willy sudah menunggunya si meja makan untuk sarapan bersama.

"Hari ini kakak cuma bisa nganterin kamu Rin, jadi nanti gak apa apa ya pulangnya sendiri?" ungkap Willy sambil menyendok nasi goreng buatan Rinjani ke atas piringnya.

"Emangnya mau kemana ka?" tanya Rinjani ingin tahu apa yang membuat kakaknya yang setiap hari rutin antar jemput dirinya bisa absen untuk menjemputnya.

"Kakak harus bimbingan akhir, minggu depan kan kakak mau sidang, jadi mulai hari ini kakak harus fokus biar bisa cepet lulus kan," jawab Willy.

Rinjani menganggukkan kepalanya mengerti dengan kesibukan Kakak satu satunya itu.

Anak sulung dari pak Mulyawan itu kini sedang sibuk menyelesaikan pendidikan S1 jurusan Ekonominya, Willy ingin menyelesaikan kuliahnya lebih cepat, dan cukup berhasil, ia mampu menyelesaikan kuliahnya itu selama 3,5 tahun di salah satu universitas negri di ibu kota yang mereka tinggalintinggali.

Pak Mulyawan begitu bangga memiliki anak anak yang berprestasi seperti mereka, maka dari itu pak Mulyawan akan berusaha keras demi menjadikan anak anaknya hidup layak hingga mereka bisa berdiri sendiri, meskipun pak Mulyawan harus banting tulang dengan berjualan roti demi menghidupi dan membiayai anak anaknya bersekolah hingga saat ini.

"Sepertinya Willy akan mencoba masukin lamaran ke PT Adidaya group ya yah, katanya mereka membuka lowongan untuk fresh graduet," ucap Willy setelah dirinya menyelesaikan pembicaraannya dengan Rinjani.

"Perusahaan apa tuh ka?" tanya Rinjani penasaran.

"Nih liat sendiri," jawab Willy sambil menunjukkan profil perusahaan PT Adidaya dari ponsel pintarnya, pasalnya Willy malas saja menjelaskan panjang lebar, lebih baik Rinjani membaca sendiri apa yang ingin dia ketahui bukan.

Ayah Rinjani hanya mengangguk setuju dengan rencana Willy lalu ia berkata, "Coba aja, Ayah do'ain lancar ya," ucap Mulyawan mendukung anaknya.

Rinjani hanya termangu menatap informasi yang ada di dalam ponsel kakaknya, disana terpampang dengan begitu lengkap profil perusahaan termasuk siapa pemilik dari perusahaan itu.

"Glek... serius ini yang jadi pimpinan perusahaannya?" tanya Rinjani tak percaya.

Willy melongok sesaat, setelah memastikan penglihatannya tidak salah, lalu ia menganggukkan kepalanya dan berkata, "Iya, emang kenapa? naksir," ujar Willy bercanda.

"Ya ampun," gumam Rinjani dalam hati.

Terpopuler

Comments

Kadek Bella

Kadek Bella

lanjut thoor

2023-06-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!