Chapt 2. Insiden yang menjadi Berkah

Manusia sibuk gambaran kehidupan ibu kota.

Setiap hari, dari mulai pagi hari hingga malam menjemput, hiruk pikuk aktivitas mencari pundi pundi rupiah demi memenuhi saldo rekening mereka.

Ikut andil dalam kemacetan jalanan utama maupun jalan alternatif setiap harinya, mengejar waktu hingga tetesan peluh kelelahan tak dirasa oleh tubuh demi memenuhi hasrat untuk mendapatkan kenyamanan ekonomi di rumah, memenuhi kebutuhan primer dan memuaskan kebutuhan sekunder, dan yang paling penting bagi kalangan orang orang yang mengejar karir adalah tersematnya julukan kaum hedon yang menghabiskan jerih payahnya selama sebulan demi kesenangan sesaat.

Lelah menjalani hari tentu dirasakan semua orang yang ber kesibukan tinggi seperti Rayan. Berharap mendapatkan kelegaan dikala pulang kerja, sebelum pulang ke apartemen yang ia tinggali lima tahun terakhir, Rayan sengaja singgah terlebih dahulu ke Mini market dekat dengan Apartemen hunian nya dan membeli beberapa kaleng minuman menyegarkan yang bisa sedikit menenangkan urat urat kepalanya yang terasa begitu mengencang.

Duduk bersandar di kursi taman tak jauh dari mini market yang sebelumnya ia singgahi, berniat duduk-duduk untuk menghirup udara sejuk di malam ini. Kebetulan langit sedang cerah cerahnya, dan suasana taman sedikit ramai dengan banyak pengunjung yang sengaja berkumpul dengan sanak famili dan teman teman mereka masing-masing.

Sungguh menyenangkan jika dudu duduknya ini ada yang menemanu, tapi sayang, seorang Rayan Rivano tak suka jika dirinya diusik dengan kehadiran orang orang yang tak tulus untuk dirinya.

Saat ini Rayan sedang menikmati kesendiriannya dengan memperhatikan setiap kelompok orang orang yang sedang asik bercengrama masing masing.

Entahlah, Rayan begitu iri menatap kebahagiaan mereka, wajah anak anak yang tertawa riang yang sedang berkejaran dengan orang tuanya, ada pula sekelompok remaja yang sedang mengobrol sambil cekikikan tanpa beban. Hingga Rayan melengkungkan bibirnya seperti merasakan kebahagiaan yang sama yang mereka rasakan.

Setiap tegukan dari minuman kaleng yang ia beli di mini market tadi tandas tak tersisa, lumayan mendinginkan tubuhnya yang terasa penat.

Beberapa menit berlalu, ada satu pemandangan yang menarik perhatian Rayan.

Dua gadis sedang berkumpul tak jauh dari dirinya, mereka sedang duduk di undakan tangga, sibuk melakukan entah apa, yang pasti Rayan yakin merka sedang membuat konten Tiktok.

"Oke, kita mulai, eksperimen kali ini kita akan lihat bagaimanakah reaksi jika mentos ini dimasukkan kedalam botol coca cola," ucap seorang gadis yang membelakangi Rayan.

Seketika Rayan terkekeh dan bergumam dalam hati, "Dasar bocah, ngga ada kerjaan lain apa."

Hiburan yang menarik bagi Rayan melihat gadis gadis didepannya ini. Ia meneguk minuman kaleng keduanya sambil tersenyum memperhatikan setiap apapun yang dilakukan dua gadis itu.

Dari mulai take pertama, hingga sang gadis yang membelakangi Rayan mengocok dengan kuat botol coca cola yang ia pegang dan mengarahkannya ke langit.

Tak disangka, malang tak bisa di tolak, muntahannya begitu keras hingga tepat mengenai Rayan.

Rayan tersentak kaget begitupun para gadis yang tengah beraksi dengan kamera di hadapannya, mereka begitu panik mendapati konten yang mereka buat ternyata bisa memakan korban, dan sialnya korbannya adalah pria penyendiri yang entah siapa mereka tak tahu.

"Ya ampun Rin," teriak seorang gadis yang memegang ponsel yang merekam aksi mereka.

"Alama, sial," ucap gadis yang menjadi pelaku insiden penyemburkan coca cola.

Lalu gadis yang dipanggil temannya Rin itu berlari secepatnya menuju Rayan.

"Aduh ya ampun om maafin aku, ngga sengaja maaf maaf, ada yang luka?" tanya gadis berparas manis di hadapan Rayan.

Dengan panik gadis cantik yang membuat Rayan tak berkedip itu membuka tas slempang nya dan segera menarik tisu yang ia bawa kemana mana untuk membersihkan tumpahan insiden yang ia sebebkan itu, dengan tergesa gesa gadis yang dipanggil Rin itu mengeringkan baju Rayan yang basah karena Cola dan hasilnya sudah jelas kepercumaan yang didapat.

Kini Rayan termangu, rasa kesal sebelumnya seperti melumer, netranya membidik setiap lekukan sempurna dari wajah yang dimiliki gadis manis dihadapannya.

Telinga Rayan mendadak tuli, ia hanya terpana dengan gerakan bibir yang terus minta maaf pada dirinya, ya Tuhan selamatkan gadis malang ini.

"Om, gak apa apa? kenapa diem aja?" tanya si pelaku.

Mendengar si gadis di hadapannya memanggilnya om, seketika membangunkan kesadaran Rayan.

"What? om, gila masih muda gini dipanggil Om?," gerutu Rayan dalam hati tak terima dengan julukan yang disematkan oleh sang gadis.

"Stop," ucap Rayan menghentikan gerakan tergesa sang gadis untuk mengeringkan air cola yang membasahi tubuh Rayan.

Setelah sadar dengan keadaan, Rayan baru merasakan tumpahan yang terkena bajunya ini begitu lengket dan mengotori kemeja putih yang ia kenakan sepanjang hari.

"Siapa nama kamu?," tanya Rayan pura pura kesal.

Wajahnya begitu mendukung, seperti ia benar benar marah padahal dalam hati sedang merangkai sebuah rencana yang menyenangkan untuk menghukum gadis cantik dihandapannya ini.

"Saya Rinjani om," jawab gadis bernama Rinjani itu.

"Kamu tahu berapa kemeja saya ini?," tanya Rayan berusaha menakut nakuti gadis polos yang merasa bersalah itu.

Rinjani hanya menggelengkan kepalanya, menyatakan jika ia tidak tahu menahu tentang harga kemeja yang Rayan kenakan.

"Sekali lagi maaf ya om, biar nanti saya cuci kemejanya, " ucap Rinjani memohon pengampunan.

"Kalo kamu yang cuci, saya ngga yakin bakal bersih," jawab Rayan semakin mengintimidasi.

Rayan begitu menikmati ketakutan Rinjani, wajah gadis polos tanpa make up itu begitu kuyu, menunduk pasrah, ah sepertinya Rayan akan punya mainan baru yang akan menghibur dirinya untuk beberapa saat.

"Ya udah om, saya ganti aja kemejanya," ucap Rinjani menyerah dengan keadaan.

Mengingat ia telah mengotori kemeja putih yang entah berapa harganya itu, dan Rinjani pun tak yakin bisa menghilangkan noda yang terlihat begitu melekat kuat di kemeja Rayan.

Rayan tersenyum simpul, menyambut kemenangan didepan mata.

Apakah Rayan tega? memang benar seorang Rayan tega, suruh siapa gadis mudah dihadapannya membuat sudut hatinya bereaksi hanya dengan menatap matanya dan memperhatikan gerakan bibirnya.

"Oke, tinggal dimana kamu?" tanya Rayan belagak menuntut pertanggung jawaban.

"Rumah saya di belakanh apartemen ini, di komplek kenari," jawab Rinjani tergagap.

Rasanya seperti akan dihakimi warga karena telah melakukan kejahatan.

Tak disangka, Rayan membuka satu persatu kancing kemejanya, menyisakan kaos dalam berwarna putih.

Tentu saja aksi Rayan yang ekstrim membuat Rinjani melotot tak percaya, sampai sampai ia berfikir kenapa ada orang tak tau malu seperti om om di depannya ini.

"Bawa kemeja ku, mereknya harus persis sama dengan yang aku miliki, jika sudah ada baru kembalikan padaku," ucap Rayan lalu menyerahkan kemeja kotornya.

" B... aik," ucap Rinjani tergagap.

Rinjani gak bisa berkutik apalagi membela diri, karna dia menyadari jika ini adalah kesalahan dan kelalayan dirinya.

"Mana ponselmu," gertak Rayan tanpa merubah wajah galaknya.

"Uuuntu apa Om?," tanya Rinjani merasa bingung dan masih dengan suara tergagap.

"Nggak akan diambil, ayo cepat," ucap Rayan masih menggererak.

"Ini om, tapi jangan diambil Rin ngga punya lagi," ucap Rinjani khawatir ponselnya akan menjadi jaminan untuk ia tukar dengan kemeja yang sudah tak baru ini.

Tak ada jawaban, Rayan lalu membuka ponsel yang tak dikunci itu lalu masuk ke aplikasi what's app dan menyimpan nomor what's appnya, selain itu Rayan pun mendial nomornya memastikan jika nomor what's app Rinjani pun aktif bisa di telpon seluler.

Setelah yakin apa yang dia mau telah ia dapat dan telah terkonfirmasi, seketika senyum segaris pun tercipta dari wajah galak Rayan, lalu ia menatap wajah Rinjani yang sedang harap harap cemas itu.

"Saya harap, lain kali kamu harus berhari hati, jangan sampai apa yang saya alami menimpa orang lain," ucap Rayan.

Wajah ayu Rinjani terlihat pucat pasi, begitu menyesal dan merasa bersalah dengan kelalayan yang telah ia lakukan.

"Iya maaf Om, selanjutnya saya akan berhati hati," ucap Rinjani menyesali insiden yang telah terjadi.

"Ok, saya tunggu kabar kemeja saya, harus persis sama, ngerti kan" gertak Rayan sengaja membuat nyali Rinjani ciut.

"Iya om," jawab Rinjani sekali lagi.

Setelah itu, lalu Rayan meninggalkan Rinjani yang sedang kena mental itu dengan hati riang gembira. Rayan sebenarnya tak peduli dengan kemejanya, ia sangat mampu bahkan membeli 1000 kemeja seperti itu pun ia sangat mampu, tapi tidak bagi Rinjani.

"Rin, Kamu nggak apa apa?," tanya Rika panik menghampiri Rinjani.

Rinjani hanya menggeleng dengan lemah, tak mungkin ia tak apa apa bukan setelah di intimidasi oleh om om yang tak ia kenal.

"Kenapa kamu tadi ngga nolongin aku dari om om itu?," tanya Rinjani begitu kesal karna temannya yang bernama Rika tak menemaninya dimarahi oleh Om om yang tak tau siapa namanya itu.

"Ya ampun Rin, sorry aku juga takut tau," jawab Rika mengatakan yang sebenarnya ia rasakan.

"Tau ah kesel," ucap Rinjani pergi meninggalkan Rika sambil menenteng kemeja Rayan.

'Besok aku beli kemeja kaya gini, trus aku balikin sama si om itu, udah deh perkara beres' gumam Rinjani dalam hati.

Yang tak Rinjani ketahui adalah, tak mungkin seorang Rayan Rivano mengenakan pakaian yang biasa biasa saja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!