Hidup itu pilihan. Bahagia itu tujuan. Jangan berkorban untuk kebahagiaan orang lain,karena belum tentu orang lain rela berubah untuk kebahagiaan kita. Sejatinya cinta itu tak mengenal pamrih.Berjuanglah untuk rasa yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Sabar! Anak sapi saja tidak langsung berlari saat baru di lahirkan. Setidaknya ia akan mengenali terlebih dahulu dunia barunya.Jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain! Kamu tidak akan sanggup walau sedetik saja menjadi mereka. Semua orang hidup sesuai lakonnya.
Ale menoleh tersenyum menanggapi ucapan sang Mama.Sesungguhnya hari ini dirinya akan segera menemui Aisyah di apartemennya.
"Ale pulang ke apartemen dulu sebentar Ma, nggak baik ditinggal terlalu lama," ucapnya memberi alasan.
"Kapan sih kamu ada waktu buat Mama? Ayah sama anak sama saja nggak pernah mikirin kebahagiaan Mama, kerja, kerja dan kerja. Ya Tuhan berikanlah hamba seorang menantu yang baik hati dan asyik,secepatnya," ucap sang Mama lalu mengusapkan kedua telapak tangan pada wajahnya.
"Kok Papa juga sih Ma, Papa udah jarang ke kantor lho, masa iya masih sibuk juga?" tanya Ale,heran.
"Sibuk karepe dewe!"
"Maafin Ale Ma, Ale janji akan lebih mementingkan perasaan Mama."
"Halah! Janjimu itu palsu, percaya sama janjimu sama aja Mama percaya sama berhala. Jatuhnya musrik," ucap Mama lalu mulai menikmati sarapannya.
"Astaghfirullah! Perumpamaannya sadis banget sih Ma," Protesnya tak terima.
Mama kembali menatap heran kepadaku seperti semalam.
"Ini beneran Aleandra anak Mama kan?" ucap sang Mama memindai penampilan putra sulungnya itu.
"Memangnya Ale punya saudara kembar ya Ma?" tanyanya kesal.
Sang Mama tersenyum lalu beranjak dari duduknya.
Ale segera melajukkan Lexus hitamnya menuju Apartemen.
"Ai, kamu di mana?" Ale segera masuk ke dalam kamarnya saat tak jua menemukan keberadaan Aisyah. Terdengar bunyi gemericik air dari kamar mandi. Ale duduk di tepian ranjang lalu membuka kembali ponselnya.
Ceklek.
Ale menoleh saat pintu kamar mandi terbuka. Dia melihat Aisyah sudah mengenakan pakaian lengkapnya.
"Rupanya dia memakai pakaiannya di kamar mandi," bathinnya lalu menatap Aisyah dengan senyuman manisnya.
"Ai, maafkan saya, saya benar-benar lupa,"
"Nggak apa- apa Pak, saya sudah biasa dianggap tidak ada lalu dilupakan," Aisyah bingung kenapa dia bisa dengan entengnya bicara seperti itu terhadap Ale, padahal dia tidak pernah seperti ini sebelumnya.
"Ehh," Ale terkesiap.
"Marahkah dia?" tanya Ale bingung.
"Gantilah pakaianmu! Hari ini saya nggak ke kantor. Saya akan penuhi semua keinginanmu. Anggap sebagai permintaan maaf dari saya,"
" Saya nggak lagi marah Pak! Nggak perlu meminta maaf," tolak Aisyah.
"Saya yang merasa bersalah," Ale segera membuka walk in closetnya,lalu mengganti pakaiannya.
"Pakai long dress putih itu saja! Kamu akan terlihat lebih anggun," ucap Ale saat ia melihat jika Aisyah belum juga mengambil Pakaiannya.
"Aku suamimu Ai, bukan bodyguardmu!Nggak perlu ke kamar mandi jika hanya untuk berganti pakaian," cegah Ale saat ia melihat Aisyah membawa long dress putih pilihannya tadi ke kamar mandi.
"Tapi saya malu Pak!" Tolak Aisyah dengan tetap berjalan menuju kamar mandi.
"Singkirkan rasa malumu saat sedang berdua bersamaku!" Ale mencekal tangan Aisyah.
"Maaf harus begini," ucap Ale setelah selesai mengenakan masker, topi,lalu kacamata hitamnya.
"Bapak ganteng," puji Aisyah tanpa sadar.
Ale menoleh lalu menautkan kedua alisnya.
"Kamu sangat cantik ya Aisyah," Ale membalas pujian sang istri.Pujian yang sanggup meluluhlantakkan perasaan Aisyah umpama semburan lahar panas Gunung Sinabung yang membuatnya langsung berlari keluar dari kamarnya.
"Gemes kalau lagi malu- malu kayak gitu. Dia yang mulai eh dia yang nggak tahan," ucap Ale lalu menyempurnakan penampilannya dengan mengenakan jam tangan mewahnya.
Ponsel Aisyah berdering. Ia segera memeriksa layar handphonenya. Aisyah terkejut saat melihat ada seseorang yang mengirimkan uang ke rekeningnya. Besar dugaan itu dari sang suami.
"Untuk apa Pak?" tanya Aisyah bingung seraya menunjukkan layar ponselnya kepada Ale.
"Untuk kamu," jawabnya singkat.
"Ck, iya saya tau, tapi sebanyak itu untuk apa? Saya kan nggak boleh pergi kemana- mana," tolak Aisyah.
"Kamu bisa pesan online Ai. Nggak harus keluar rumah juga kalau ingin berbelanja," jawab Ale.
Aisyah menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Nggak bisa?"
"Bukan nggak bisa Pak.Tapi, banyak hal yang lebih penting daripada itu semua,"
"Itu dulu Ai. Sekarang ada saya suami kamu. Jadi apalagi yang kamu khawatirkan?"
Ale membawa Aisyah ke sebuah pusat perbelanjaan di kota itu.
"Saya bisa jalan sendiri Pak, nggak perlu di gandeng juga," tolak Aisyah seraya berusaha melepaskan pegangan tangan Ale yang menggandeng tangannya.
"Saya tahu! saya nggak mau kamu nyasar"
"Emang saya anak kecil,nyasar!"
Dengan masih menggandeng tangan sang istri Ale berjalan menuju ke sebuah gerai smartphone.
"Bapak mau beli handphone lagi?" tanya Aisyah sebelum Ale membawanya semakin dekat dengan gerai tersebut.
"Bukan saya, tapi untuk kamu! Handphonemu itu sudah tidak layak pakai lagi Ai. Sebenarnya dari hari itu saya ingin menggantinya, tapi baru hari ini bisanya"
"Bapak menghina! Walaupun menurut Bapak sudah tidak layak pakai, tapi itu sangat berharga untuk saya Pak. Lagi pula semua fungsinya masih berjalan dengan baik kok,"
"Mau pilih yang mana?" tanya Ale seolah tak mendengar gerutuan Aisyah yang kini mencebik kesal.
"Bapak maksa ih,"
"Bukannya wanita itu memang suka dipaksa- paksa,"
"Tidak dengan saya Pak!" tolak Aisyah.
"Iya, kamu kan limited edition. Maaf, jadi mau yang mana?" tanya Ale lebih lembut.
"Terserah Bapak! Saya ikut saja," ucap Aisyah lalu duduk di kursi panjang di depan etalase gerai tersebut.
"Wah, anak yang penurut. Kalau saya yang di kasih pilihan seperti itu, pasti saya pilih yang paling canggih Mbak," celetuk salah satu karyawan gerai tersebut.
Ale dan Aisyah saling berpandangan, lalu sama-sama tersenyum tipis.
Keduanya tengah menikmati makan siang kini.
Aisyah hanya memainkan sendok di tangannya tanpa berniat menikmati hidangan yang sudah tersaji. Ale yang melihatnyapun ikut mengakhiri aktivitas makan siangnya.
"Kamu nggak suka sama makanannya atau tempatnya?" tanya Ale dengan sedikit memiringkan tubuhnya menghadap sang istri.
"Dua- duanya!" jawab Aisyah singkat. Ale segera beranjak dari duduknya.Ia tampak membayar pesanan makanannya. Aisyah hanya diam menyaksikan sang suami yang kini sudah berdiri di depannya.
"Sekarang apa? Kenapa nggak dihabiskan makanan Bapak?" tanya Aisyah melihat piring nasi Ale yang masih menyisakan sebagian makanannya.
"Sudah tidak lapar. Sekarang katakan! Mau makan apa dan di mana?" tanya Ale berusaha merendahkan intonasi bicaranya. Dia takut Aisyah akan menganggap jika dirinya marah atas jawabannya tadi.
"Mau makan nasi pecel dong Pak," pintanya sudah seperti wanita yang sedang hamil muda saja.
"Pecel itu apa?" tanya Ale seraya mengerutkan keningnya bingung.
"Salad versi Indonesia Pak!"
"Oooo."
Setelah berkeliling cukup lama, akhirnya mereka menemukan tempat yang menjual makanan yang diinginkan oleh Aisyah.
Sebuah tempat makan dengan konsep lesehan dengan atap daun rumbia dan beralaskan bambu bulat. Aisyah menselonjorkan kedua kaki jenjangnya yang masih tertutup leging.
"Capek?" tanya Ale melihat Aisyah yang tampak memijit pelan betisnya.
"He em," Aisyah menoleh sekilas .
"Bapak harus coba makanan ini, dijamin pasti suka," ucap Aisyah meyakinkan.
Aisyah segera menyantap makanannya. Sementara Ale sibuk memperhatikan sang istri yang kini makan dengan lahapnya.
"Enak apa laper Ai?"
"Dua- duanya,"
"Kamu suka yang dua- dua ya?Setiap di tanya,jawabannya kok dua- dua terus,"
"Hanya kebetulan saja Pak. Jangan suka menghubung- hubungkan,"
"Saya suka kamu yang jutek Ai. Bikin kangen,"
Eits. Bikin kangen nggak tu Ai?
Selamat membaca. Jangan lupa like dan komentarnya ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Nuri
2 iklan meluncur
2023-07-03
1
վմղíα | HV💕
semoga hubungan mereka semakin membaik
2023-06-07
1
Mitt²🍒⃞⃟🦅
puitis bangettt😍
2023-06-06
1