Hardi sudah sampai di depan rumah orang tuanya, rumah yang dulu menjadi tempat tinggalnya.
"Masih tak mau masuk kamu, ayolah Hardi jika kamu tak masuk, pasti Vina sedih," kata Abdi membujuk pemuda itu.
"Om aku masih belum bisa, om kan tau semua terjadi karena aku om..."
"Cukup Hardi,orang tua mu sudah tenang di sana, sekarang turun dan temui adik mu dan berhenti bersikap pengecut seperti ini," marah Abdi yang turun duluan.
Terlihat Alfi dan Vina keluar dari rumah, dan dengan cepat gadis itu menghampiri kakaknya.
"Aku merindukan mu mas,"
"Maafkan mas mu ini ya, sekarang mas akan selalu di sisi mu, karena sekarang mas yang akan mulai mengurus semua usaha ayah di bantu om abdi, dan om ... Tante ... terima kasih sudah mau menjaga kami, padahal saudara kami saja tak menyukai kehadiran kami," kata Hardi yang merangkul Vina.
"Apa yang kamu bicarakan, om dan Tante sudah menganggap kalian seperti anak kami sendiri," kata Abdi tersenyum.
"Dan besok temui nenek kalian, dia sangat merindukan kalian terutama Hardi," kata Alfi yang malam itu pamit pulang.
"Baiklah besok kami akan datang ke rumah kalian, dan Vina mau menginap di sini?" tanya Hardi.
"Sayangnya tidak, aku harus menginap di rumah teman ku,karena kami sedang ada tugas, besok saja aku akan tidur di sini, asal kak Hardi tak menghilang seperti tadi sore," kata Vina yang baru kelas satu SMA.
"Baiklah kalau begitu," jawab Hardi mengizinkan semuanya pamit
Dia terpaksa masuk kedalam rumah sendiri, dia melihat setiap sudut rumah itu ada kenangan bersama mamanya serta sang ayah.
Dia juga melihat foto keluarga yang terpasang di sana, "maafkan Hardi, bukan Hardi ingin lari ayah, tapi Hardi tidak sanggup menghadapi semua tatapan benci yang tertuju padaku, terutama mendengar kemarahan bunda pada kami, aku tau aku salah saat itu, seandainya aku tidak memaksa ayah dan mama mengajak kami liburan, pasti kita masih bersama saat ini, maafkan aku ..." lirih Hardi yang langsung menuju ke kamar utama.
Ternyata semua kamar sudah di rubah oleh Vina, dan kamarnya begitu maskulin dengan warna dark blue yang begitu kental.
Tapi itu sesuai dengan kesukaannya, dan setelah beberapa lama akhirnya dia pun terlelap karena begitu lelah.
Sedang di rumah teman Vina, seorang gadis cantik dengan jilbab lebar keluar menyambutnya, "aduh akhirnya datang juga, itu Feby sudah menunggu, masuk ke kamar ya Vina," kata gadis cantik itu.
"Iya neng Hana, maaf ya habis kakak ku nyebelin pakek hilang segala," kata Vina yang langsung masuk kedalam rumah itu.
"Ya Allah gadis ini,kenapa begitu jujur dan tidak sopan,maaf ya Hana, seharusnya kami tak mengantarnya malam-malam, tapi ya tadi memang ada sedikit masalah," kata Alfi yang turun untuk menyapa gadis itu
"Tidak apa-apa mbak, lagi pula Feby juga belum selesai mengerjakan tugasnya," jawab Hana.
"Baiklah kalau begitu kami pamit, titip Vina ya, jangan sampai gadis ini melakukan hal yang tak terduga,"
"Tenang saja mbak, di sini itu peraturan jam malam sangat ketat," kata Hana
Ya dia Hana Khoirun Nisa, seorang gadis cantik yang terkenal sangat santun dan kuat dalam agama.
Gadis yang memiliki pekerjaan sebagai guru di salah satu SD ini, memang terkenal dengan kebaikan dan kesopanannya.
Meski begitu tak mudah membuat Hana yang begitu sempurna untuk di miliki.
Banyak lamaran datang padanya, dari mulai pengusaha hingga sesama guru tapi semuanya ditolak secara halus.
Dengan mengatakan jika dia belum siap menikah atau dengan jawaban saya masih ingin kuliah pasca sarjana.
Padahal gadis itu sudah memiliki seseorang yang membuatnya tak bisa melihat pria lain.
Pria yang selalu di sebut dalam sujudnya, pria yang selalu di doakan dalam setiap sholat malamnya.
Dia adalah pria yang menolong Hana saat berada dalam masalah, dia pemuda yang menolong Hana saat hampir di jambret.
Hana ingat betul, pemuda itu masih SMA terlihat dari seragam sekolah putih abu abu yang di kenakan oleh pria itu.
Keesokan harinya, Hardi sedang membuat pasta dengan bahan yang ada di kulkas, setelah itu membawanya kedalam mobil.
Ya beruntung tadi setelah sholat subuh dia memanaskan mobil untuk di bawa ke gudang.
Dia mencoba menghubungi adiknya Vina yang masih di rumah temannya, "assalamualaikum kak, ada apa?"
"Wa'alaikumussalam... kamu di jemput atau tidak, karena aku mau ke gudang dan tak bisa di ganggu setelah sampai,jadi pilih sekarang," kata Hardi yang mulai memundurkan mobil berwarna hitam itu.
"Jemput dong, sekalian minta uang saku ya, habis kata Tante sekarang aku di suruh minta sama kakak, kenapa gitu sih," kesal Vina.
"Biar aku tau kamu seminggu habis berapa, sudah kasih alamatnya aku jemput sekarang," perintah Hardi.
"Oke," jawab coba yang mengirimkan alamat temannya.
Sedang Hana dan Feby serta kedua orang tua mereka kaget, "kakak mu sudah pulang nak?"
"Iya Bu, setelah menyelesaikan kuliahnya, ya meski kakak juga masih belum bisa menerima kepergian orang tua kami, tapi untungnya dia mau pulang dan mengambil alih apa yang menjadi warisan kami, karena semua saudara sudah mulai menunjukkan sifat aslinya, dan yang terancam paling besar adalah saya," kata Vina sedih.
"Itulah kenapa kami senang jika kamu di sini, setidaknya bapak bisa membalas sedikit kebaikan juragan Hartono, sudah ayo sarapan nanti kakak mu keburu datang," kata pak Sodikin.
Pria itu memang orang yang dulu sering di bantu pak Hartono, Hardi mencari alamat itu dengan cukup sulit.
Untungnya dia bertemu seorang bapak yang tak segan menunjukkan rumah dari keluarga Feby ini.
Hardi membelokkan mobil, dan terlihat ada coba dan dua orang gadis lain yang satu memakai baju guru yang satu masih mengunakan baju sama seperti Vina.
"Kenapa kamu tak menjawab panggilan ku dek," kata Hardi yang turun dari mobil.
"Kakak... ku kira nyasar," kata Vina memeluk pria itu.
"Tentu saja tidak, untungnya ada seorang bapak-bapak yang tadi menolong ku, assalamualaikum semuanya saya Hardi kakak Vina, salam kenal," kata pria itu yang langsung menyelami pak Sodikin dan istrinya selaku orang tua.
"Iya nak Hardi, saya tak sangka sudah sebesar ini, padahal dulu kalau di ajak ke tempat panen masih kecil dan sangat cerewet, dan suka panggil pakde kumis," kata pak Sodikin.
"Loh ini pakde kumis, ya Allah maaf pakde saya tidak mengenali pakde karena kumis pakde gak kayak dulu," kata Hardi yang kembali berpelukan dengan pria itu.
Di sisi lain, Hana merasa ada getaran yang dia rasakan, dia mengenali pemuda itu.
Pemuda yang sudah menolongnya, pria yang dulu berani menghajar dua preman untuknya.
Kini tumbuh semakin dewasa dan tampan, "ya Allah... kenapa hati ku tidak tenang," batin Hana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
sutri hanik
lanjut kakak othor..up tiap hari . semangat💪💪
2023-06-03
0
Apriyanti
lanjut thor
2023-06-03
0