Bab 4

Matahari masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya pagi ini, namun Kia sudah sibuk menyiapkan sarapan untuk Aldo, suaminya.

Meskipun Aldo bukanlah sumber kebahagiaan baginya, melainkan sumber penderitaan hidupnya. Namun demikian Aldo adalah suaminya. Kia memiliki kewajiban untuk mengurus dan melayani suaminya ini. Sebagai seorang istri Kia melakukan semua kewajibannya, walaupun ia melakukannya tidak sepenuh hati.

Meskipun dia melakukannya tidak sepenuh hati, tapi Kia masih melakukan kewajibannya dengan baik, tidak asal-asalan. Kendati demikian Aldo sama sekali tak pernah mau menghargai apa yang telah Kia lakukan. Seperti pagi ini.

"Tidak usah buatkan aku sarapan! Aku benci bau masakanmu," Aldo membanting piring berisi nasi goreng yang baru saja Kia sajikan ke hadapan Aldo.

Prankk!!! [Suara piring terjatuh di atas lantai].

Lagi lagi Kia selalu dibuat terkejut di pagi hari dengan ulah Aldo yang suka memecahkan piring. Senam jantung adalah rutinitas yang tak pernah tertinggal yang didapati Kia dari tingkah kasar Aldo.

Dia hanya bisa diam, ia tak mampu melawan, bukan karena dia tak memiliki tenaga, tapi dia takut dengan ancaman Aldo yang akan menghabisi Bi Ratmi dan juga Pak Ujang, jika ia berani macam-macam.

Kia tetap berdiri di samping kursi Aldo, sembari menghapus air mata yang membasahi pipinya. Sekuat apapun hati wanita jika setiap hari mendapatkan perlakuan kasar, lama-kelamaan akan rapuh juga.

"Air matamu tidak akan merubah apapun Kia, yang bisa merubah hidupmu hanya memberiku seorang anak. Jadi berhentilah menangis! Kau membuatku semakin muak denganmu." Ucap Aldo dengan tatapan tajamnya.

Aldo bangkit dari kursi duduknya, ia berdiri kemudian pergi meninggalkan Kia, dengan sengaja menyenggol tubuh Kia yang terlihat kurus dan tak terurus itu, hingga terhuyung dan hampir saja terjatuh ke atas lantai yang terdapat pecahan piring.

Brakkk!! [Suara pintu apartemen yang dibanting dengan keras oleh Aldo].

Lagi-lagi Aldo membuat jantung Kia hampir terkena serangan jantung, karena terus-terusan dibuat terkejut oleh dirinya. Begitulah keseharian Aldo jika berangkat bekerja, tak pernah ia tak membanting pintu saat meninggalkan apartemen.

Tubuh Kia merosot jatuh ke lantai, ia menangis sesenggukan, menahan sesak di dada. Terus diperlakukan seperti ini oleh Aldo. Ancaman Aldo untuk menjajakan dirinya ke club malam bagaikan bom waktu. Ya. Kia hanya menunggu waktu naas itu akan tiba, pasalnya sampai saat ini tanda-tanda kehamilan pada dirinya pun tidak terlihat.

Sembari membersihkan pecahan piring yang berantakan di atas lantai, sesekali dia menyeka air mata yang tak berhenti untuk terus menetes membasahi pipinya.

Usai membersihkan pecahan piring di atas lantai, Kia kembali dengan rutinitasnya sehari-hari di unit apartemen. Tak banyak yang ia bisa lakukan selain membersihkan apartemen milik Aldo ini.

Ingin keluar. Itu tidak mungkin, karena Aldo selalu mengunci pintu unit apartemen dari luar, ketika ia meninggalkan Kia seorang diri di apartemen. Hidup Kia kini seperti burung dalam sangkar. Terkurung tanpa kebebasan. Hanya di balkonlah tempat yang terindah bagi Kia untuk menikmati indahnya pemandangan ibu kota. Seperti saat ini setelah kepergian Aldo, Kia menenangkan dirinya di atas balkon apartemennya.

"Hai," tiba-tiba ada suara seorang laki-laki menyapa Kia.

Kia terkejut, saat mendengar suara laki-laki itu menyapanya.

"Kau?" Tanya Kia saat ia mendapati sosok pria yang tak dikenal berada di samping balkon unit apartemennya.

Kita menyangka unit apartemen di sebelah unit apartemennya, sudah diisi penghuni baru. Padahal setahu Kia, unit apartemen kanan dan kirinya adalah kepunyaan suaminya,Aldo.

"Iya aku, kenapa Nona? Kenapa wajahmu begitu terkejut melihatku?" Tanya pria itu yang begitu penasaran mengapa Kia begitu terkejut melihatnya.

"Kau tinggal di apartemen ini?" Kia bukannya menjawab malah balik bertanya pada pria itu.

"Ya aku tinggal di sini nona, aku baru hari ini pindah." Jawab pria itu sembari tersenyum manis kepada Kia.

"Kau menyewanya atau membelinya?" Tanya Kia lebih mendalam, Kia ingin memastikan apakah benar yang ia dengar saat Aldo bicara dengan seseorang ditelepon. Jika suaminya itu kini sedang menghadapi krisis keuangan.

"Bagaimana? Mengapa kau menanyakan hal itu? Ini pertanyaan yang sangat privasi Nona." Jawab pria itu yang tersenyum kemudian sejenak menunduk dan kembali melihat Kia yang masih menatapnya dengan penuh tanya.

"Oh, maaf. Jika pertanyaanku kurang sopan. Hanya saja aku sedikit bingung, pasalnya Ya aku tahu unit yang sedang kau tempati itu adalah milik suamiku." Ucap Kia ketika sadar pertanyaan yang ia lontarkan menyinggung perasaan lawan bicaranya.

"Oh jadi Pak Aldo adalah suami Nona?" Sahut pria itu yang ternyata mengenali Aldo.

"Iya, dia suamiku." Jawab Kia dengan suara yang sedikit pelan dan meragu.

"Aa... Kupikir Pak Aldo masih single, tapi ternyata dia sudah memiliki seorang istri yang cantik seperti Nona." Ucap pria itu sedikit kecewa mengetahui jika dia adalah istri pemilik unit apartemennya yang lama.

"Jadi kau membelinya atau menyewanya, Tuan?" Tanya Kia masih dengan topik yang sama.

"Apa suamimu tidak memberitahu mu, jika dia telah menjual unit Apartemen ini padaku?" Pria asing ini malah balik bertanya pada Kia.

Kia seketika menggelengkan kepalanya, menandakan jika ia tidak diberitahu apapun mengenai Aldo yang menjual unit apartemen yang kini ditempati oleh pria asing ini.

"Oh jadi Nona tidak diberitahu oleh suami Nona. Sayang sekali Nona harus mengetahuinya dari mulut lancang saya ini." Ucap pria asing itu seperti tak enak hati dengan Kia.

Sejenak keduanya saling diam, tak tahu apa lagi yang harus mereka obrolkan. Namun perlahan tapi pasti pria itu makin mendekati Kia. Meskipun posisi mereka saling berseberangan.

"Kita belum berkenalan Nona. Perkenalkan nama ku Dion, Dion Dirgantara. Kau bisa panggil aku Dion, jangan panggil aku dengan Pak, atau Tuan, aku tidak setua itu." Ucap pria asing itu memperkenalkan dirinya pada Kia dengan senyum memesona.

"Aku Kiandra," balas Kia dengan senyum kakunya.

"I got you," gumam Dion dalam hatinya, ketika mendengar Kia menyebut namanya.

"Dion kau teman kerja suamiku atau---" tanya Kia pada Dion namun pertanyaannya terpotong karena Dion langsung saja menjawab pertanyaan Kia yang ia mengerti.

"Aku tidak kenal dengan suami mu Kia, aku membeli unit apartemen ini, melalui agen penjualan properti dan aku pernah bertemu sekali dengan suamimu, saat mengurus berkas kepemilikan unit Apartemen ini beberapa hari yang lalu." Jawab Dion yang membuat hati Kia lega.

"Oh, ku kira kau mengenalnya." Ucap KIA dengan ekspresi wajah yang tak setegang tadi.

"Akhirnya aku memiliki teman bicara, siapa tahu dia bisa membantuku keluar dari Apartemen ini." Guman Kia di dalam hatinya.

"Kau mau minum kopi bersamaku? Datanglah ke unit apartemenku, aku punya kopi Robusta yang sangat nikmat untuk menemani kita berbagi cerita, sepertinya tidak enak bicara berjauhan di balkon seperti ini." Ucap Dion mengajak Kia untuk bertandan ke unit apartemennya.

Tiba-tiba Kia kembali memberikan senyum kaku pada Dion. Membuat Dion mengerutkan dahinya dan menyadari dugaannya, jika Kia sedang terkurung di unit apartemen suaminya yang kejam ini.

Terpopuler

Comments

Aditya

Aditya

sedih rasanya sudah capek " masak malah dibuang,semoga Dion bisa membantu kia keluar dari sangkar kekejaman aldo

2023-07-12

0

🍁KAT❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁KAT❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

Iiihhh Aldo, ga tau brtrm ksh, sana srpan rumput. 🤦‍♀️

2023-07-04

0

тαуσηg

тαуσηg

buatlah jadi bucin kia biar dia takluk

2023-07-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!