2. Keahlian Chika

Kyos menjawab, "sekilas saja aku bisa menebak arti tatapanmu untuk Jiem, maka semua orang juga bisa tau kalau kamu suka padanya, aku penasaran sejak kapan kamu suka pada Jiem?"

Kali ini Klara yang berfikir, ia bahkan hampir lupa kapan tepatnya rasa suka itu muncul.

"Mungkin sejak saat itu, ketika dia melindungiku dari cowok aneh bernama Jovan." Klara mulai bercerita, Kyos mendengar dengan seksama.

Ketika itu Klara duduk di bangku kelas 5 SD, ke mana-mana ia selalu bersama Jiem, tapi hari itu Jiem sakit sehingga Klara pulang sekolah sendiri.

Saat Klara melewati gang sempit tak jauh dari sekolah, Klara melihat seorang anak laki-laki yang memakai seragam sekolahnya di palak oleh anak SMP. Klara tidak bisa tinggal diam dan membantunya. Walaupun Klara sendirian, ia berani melawan para anak bandel tersebut. Dia berakhir babak belur tapi itu tak seberapa di banding kedua anak SMP yang mendapat tendangan maut darip warga pagar nusa seperti Klara. Dia ahli pencak silat.

"Kamu nggak papa?" tanya Klara kepada anak laki-laki yang masih menangis itu. Klara melihat celananya kotor karena dia duduk di tanah. Klara berusaha membantunya berdiri tapi dia tidak mau.

Dia masih menangis, Klara menepuk pundaknya berusaha menenangkan, ayah mengajari Klara untuk melakukan itu ketika melihat teman menangis.

"Nggak usah nangis lagi, kamu sudah aman," ucap Klara.

"Kenapa kamu bantuin aku? Kamu siapa?" tanyanya ketika mulai menghapus air mata dengan telapak tangannya. Masih sesenggukan.

Klara mengulurkan tangan, "Namaku Klara Agriana, kamu bisa panggil aku Klara. Aku kelas 5 SD kelas B. Namamu siapa?"

Perlahan dia menyambut uluran tangan Klara, "namaku Jovan Alamsyah, aku kelas 5 SD kelas A,"

Semenjak itu Jovan sering main ke kelas Klara dan membelikan Klara makanan. Jiem selalu bertengkar dengan Jovan. Ketika Jovan menunggu di depan gerbang untuk pulang bersama, Jiem selalu mengajak Klara pulang lewat pintu belakang. Klara heran sampai bertanya-tanya kenapa Jiem sangat tidak menyukai Jovan.

"Kenapa sih kita harus lewat pintu belakang? Emangnya kenapa kalau kita pulang bareng Jovan?"

"Jovan itu bukan anak baik, aku nggak suka sama dia, pokoknya kita nggak boleh deket-deket sama dia."

Jawaban yang sama dan pertanyaan yang sama sering Klara lontarkan untuk Jiem, walaupun Klara tidak mengerti tapi Klara tetap menurut karena ia percaya pada Jiem.

Sampai mereka masuk SMP, Jovan mengikuti mereka. Waktu kelas 2 SMP, Jiem semakin populer dan dia menjadi ketua osis, biasanya dia selalu menghalangi Jovan yang ingin dekat dengan Klara, tapi ketika itu dia ada rapat pengurus. Membuatnya seharian tak bisa bersama Klara.

"Klara, aku mau ngomong bentar." Jovan berada tepat di depan meja Klara ketika Klara duduk di kelas sendirian. Semua orang ke kantin pergi duluan, Klara masih di kelas karena lupa tidak mengerjakan PR yang harus dikumpul setelah istirahat.

"Kamu mau ngomong apa?"

Dia mengulurkan bunga, Klara pun menatapnya heran.

"Aku suka kamu, kamu mau ya jadi pacarku?" dia sedikit bergetar. Pengakuan yang tidak membuat Klara terkejut. Karena semua orang sudah bilang kalau Jovan menyukainya.

"Emb... Gimana ya.. kita masih kecil, aku nggak mau pacaran. Kita temenan aja ya..." Jawab Klara singkat. "Permisi, aku mau ke kantin dulu." Klara hendak meninggalkannya, dan berjalan keluar kelas.

"Tunggu!" Jovan menarik tangan Klara dan menggenggamnya kuat-kuat sampai membuatnya kesakitan.

"Lepas!" Klara berusaha menarik tangannya.

"Aku tidak mau jawaban tidak! Aku mau kamu jadi pacarku!" teriaknya.

"Sekarang aku tau kenapa Jiem ngelarang aku temenan sama kamu, ternyata kamu emang orang jahat! Sakit! Lepasin tanganku!"

"Nggak bakal aku lepas sebelum kamu nrima aku!" Jovan menggenggam tangan Klara lebih keras dari sebelumnya.

Dia gila, dia benar-benar gila. Klara tidak tahan dan membanting tubuhnya dengan jurus pencak silat yang Klara pelajari kemarin.

Bhukk... Jovan dibanting di lantai, napasnya kelihatan sesak. "Jangan macem-macem sama aku! Tanpa Jiem pun aku tetep bisa jaga diri!" Klara meninggalkannya yang masih telentang di lantai.

Semenjak itu dia tambah gila sampai mengikuti Klara di SMA. Klara tidak tau apa yang dilakukan Jiem padanya, tapi dia menyerah dan pindah ke luar negeri ketika naik kelas 2 SMA. Semenjak itu Klara tidak pernah melihat Jovan lagi.

Perasaan nyaman dan aman muncul ketika Jiem melindungi Klara. Tanpa sadar Klara jatuh cinta dan bergantung padanya untuk waktu yang lama. Di mata Klara, Jiem bukan hanya sahabat ataupun cinta pertama tapi juga calon suami dan ayah untuk anak-anaknya kelak.

"Tapi endingnya kamu menikah denganku, padahal kita belum kenal sama sekali waktu itu." Kyos memotong cerita Klara.

"Nggak ada yang tau jodoh, berarti sejak kecil aku mencintai jodoh Via. Sia-sia banget perasaanku waktu itu." Klara mendesah.

"Papa... Mama... " Panggil putri kecil mereka berlari ke mendakat. Ternyata dia sudah banyak. Klara langsung menggendong Chika ke pangkuan.

"Ternyata kamu udah bangun, maaf Mama nggak tahu."

Chika mengangguk, "Ma, nenek."

Klara terkejut mendengar omongan Chika. "Nenek siapa?"

"Nenek itu." Cika menunjuk pintu yang kosong.

"Chika pergi tidur lagi ya, ini udah malem, besok Papa cari nenek-nenek yang manggil kamu, tapi Chika jangan ke gudang belakang kayak kemarin." Kyos mengambil Chika dari gendongan Klara dan memberikan Chika kepada pengasuh.

"Nenek-nenek siapa?"

"Sejak kecil Chika memang bisa melihat hal gaib, tapi dia belum bisa membedakan mana yang nyata dan gaib. Kadang dia berbicara sendiri, waktu aku tanya, katanya dia berbicara dengan temen berkepala botak. Aku ingin membawanya berobat tapi aku pikir itu memang keistimewaannya. Selagi itu tidak berbahaya aku membiarkannya."

Klara terkejut mendengar pengakuan suaminya, Klara memang tertinggal jauh dalam pertumbuhan Chika. Tapi penyakit keturunan bisa merasakan hal gaib dari neneknya ternyata menurun ke Chika.

Malam harinya, Klara terbangun setelah mendengar bunyi aneh, ia menoleh ke samping, suaminya tengah tertidur pulas.

"Aku pingin ngeliat Chika," ucap Klara.

Dia bangun, meraih tongkatnya. Berjalan tertatih keluar kamar. Dia melihat jam di dinding, sekarang pukul dua malam.

Perlahan Klara masuk ke kamar Chika, suara benda jatuh mengagetkannya, ia segera menoleh ke pojokan kamar. Tidak ada apapun. Dia melihat sekeliling, boneka Chika menggelinding hingga sampai ke kakinya.

Klara menunduk, mengambil boneka itu dan melihat sekitar, tidak ada siapapun selain Chika yang sedang tertidur. Bulu kuduk Klara sudah berdiri sejak tadi.

"Siapapun kamu, jangan ganggu putriku. Aku tidak melarang kalau kamu mau bermain dengan putriku, tapi jangan buat dia celaka."

Klara bicara sendiri, tapi ia yakin makhluk yang menganggu putrinya mendengar semua ucapannya.

Klara duduk di samping Chika, mengusap kepala balita cantik tersebut, wajahnya mirip Kyos. Dia mendekat dan mencium kening anak.

"Sehat sehat ya sayang, jangan buat Mama semakin merasa bersalah karena lama meninggalkan mu."

Anak Kyos bukan hanya Chika, Klara pikir Kyos akan mengasuh anak dari mantan tunangan Kyos, ternyata pria itu hanya menganggap anaknya cuma satu, yakni Chika.

Klara ingin mempertemukan Chika dengan saudaranya, bagaimana pun juga mereka sedarah.

Terpopuler

Comments

lyani

lyani

br kali ini bc novel kak Umay yg sdh end

2024-01-07

1

Susilawati

Susilawati

yakin mereka sodaraan, aku malah curiga bukan anak nya kyos deh

2023-11-08

0

fiendry🇵🇸

fiendry🇵🇸

menarik

2023-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!