Kapan Sadar?

"Minum obatnya, terus istirahat. Jangan keluar, dan terus jangan lagi buat Abang bertengkar dengan mba Gita." ucap Kemal.

"Bang." panggil Clarisa.

"Iya." ucap Kemal singkat.

"Abang, merasa berat kah memiliki adik seperti Cla? kalau memang selalu buat, Abang dan mba Gita bertengkar, Cla tidak akan minta bantuan sama Abang. Cla hanya cari makan, buat biaya hidup dan kuliah. Cla juga selama ini tidak minta, atau makan sama keluarga Abang." ucap Clarisa.

"Abang tidak berat menolong kamu, tapi tingkah laku kamu. Bagaimana kalau sampai ada yang tahu, adik ipar anak dari seorang Sekda, tertangkap Polisi karena aksi balapan liar? mereka malu, dan Abang juga malu." ucap Kemal.

"Maafkan Cla, tapi Cla tidak bisa tinggalkan balapan karena Cla dapat uang dari sana, kerja di bengkel hanya cukup buat bayar kost an."

"Tapi kan Cla, kamu bisa dari bakat kamu ikut berbagai lomba balapan, jangan balapan liar gitu. Dan itu apa?" ucap Kemal sambil menunjuk sebuah rokok, yang berada di atas tumpukan buku.

"Kamu merokok! kamu minum juga kan? katakan sama Abang!" ucap Kemal.

"Iya Bang." ucap Clarisa.

"Ya Allah Cla, kamu itu parah. Abang salah didik kamu, Abang salah telah membebaskan kamu. Mau jadi apa kamu Cla, kamu adik Abang satu - satunya, Abang juga malu sama Polisi yang disana." ucap Kemal.

"Kita hidup hanya berdua Cla, kita tidak punya siapa - siapa lagi. Kalau kita kena musibah, hanya kita berdua Cla yang bisa saling tolong, kalau Abang tidak ada, kamu mau minta tolong sama siapa Cla. Sekarang kamu masih punya Abang, kalau Abang pergi duluan kamu akan cari bantuan kemana." ucap Kemal sembako mata berkaca - kaca.

"Abang enak, sejak dulu orang tua mba Gita perhatian, sejak SMP saat Abang pacaran sama mba Gita, Abang sudah di fasilitasi oleh mereka, mulai dari seragam sekolah, peralatan sekolah, bahkan kadang makanan. Hanya karena tidak enak, Cla harus kerja cari uang dengan bekerja di rumah makan sebagai tukang cuci piring. Sampai Abang SMA hingga masuk Tentara, sedangkan Cla siapa Bang, mungkin jalan Cla begini, toh bukan jadi pencuri."

"Tapi Cla, jangan yang ilegal, kan ada yang legal."

"Dari dulu juga, keluarga mba Gita tidak pernah suka sama Cla, entah kenapa? Mereka takut Cla minta makan dari Abang kali."

"Sudah, Abang mau pergi lagi. Hari ini Abang banyak waktu terbuang, pekerjaan Abang banyak di gantikan sama orang. Abang harus bergegas kembali, jangan lupa minum obatnya, dan kamu makan yang tadi Abang beli." ucap Kemal, lantas pergi dari kost an Clarisa.

Sedangkan Alfian mendengar percakapan tetangganya, dan Alfian lantas berpura - putra mengangkat jemuran pakaiannya.

Sedangkan Clarisa meringkuk menangis sambil memeluk bantal guling, pintu yang sedikit terbuka terdengar suara isakan tangis. Alfian dengan perlahan, menutup pintu kamar Clarisa pelan.

****

"Bu saya bayar untuk satu tahun ke depan." ucap Clarisa membayar uang kost pada Ibu Kost, yang datang menagih setiap bulan.

"Lagi ada rejeki ya?" ucap Ibu Kost.

"Iya bu, biar Cla tidak kepikiran buat bayat." ucap Clarisa.

"Makasih ya, kalau gitu saya mau menagih ke kamar lain."

Clarisa berdiri di depan pintu kamar kost nya, sambil merapikan sepatu miliknya, di rak sepatu. Pintu kamar Alfian terbuka, keduanya saling bertatap mata.

Alfian tidak menyapa Clarisa, pergi begitu saja. Clarisa lantas melipat kedua tangannya di dada, sambil menatap Alfian naik ke atas motornya.

"Dasar, tetangga songong." ucap Clarisa masuk kedalam kamarnya.

***

"Kok si Cla ponselnya kagak aktif, dia sudah bebas belum ya dari penjara." ucap Iyos.

"Tenang tuh anak, pasti sudah keluar. Kan Abang nya Tentara, apalagi dia menantu orang penting." ucap Sandi.

"Iya sih, tapi kagak biasanya dia non aktifkan ponsel." ucap Iyos.

"Jadi semalam itu, hadiah gimana?" tanya Boy.

"Gagal kata pihak sponsor, karena ada Polisi." jawab Iyos.

"Gagal gimana? kan jelas tuh si Malvin menang, kok bisa gagal. Wah bisa ribut nih, gank kita bisa terseret nanti, yang lain pasti bakal ikut nyerang." ucap Tomi.

"Katanya, dia menang itu karena saat Polisi datang, itu bukan pencapaian murni tapi lari karena takut." ucap Iyos.

"Malvin itu bisa nekat dia, kalau sampai ini ribut kita terseret yang tidak ikut campur."

"Betul tuh, kita harus segera bilang ke yang lain. Jangan sampai, mereka ikut terbawa emosi." ucap Sandi.

"Iya, kita harus bisa mencegah mereka."

****

Tok.. tok..

Clarisa mendengar suara ketukan pintu kamarnya, lantas membuka pintu kamarnya. Alfian segera membuang muka, saat Clarisa membuka pintu kamar dengan hanya memakai kemben dan celana pendek santai.

"Ini buat kamu, sebagai tanda maaf." ucap Alfian sambil memberikan, sebuah martabak manis.

"Apaan ini?" ucap Clarisa sambil menyembunyikan tangannya.

"Buat kamu, sebagai tanda maaf saya." ucap Alfian yang masih membuang muka.

"Lo nggak sopan, bicara sama gua mukanya kesana." ucap Clarisa.

"Kamu kenapa pakai seperti itu? memperlihatkan belahan yang begitu menonjol." Alfian langsung menutup mulutnya, dengan tangan.

"Ini asli loh, tidak pakai silikon. Kalau Lo mau coba juga boleh, bisa langsung masuk." ucap Clarisa dengan mengedipkan salah satu matanya.

Alfian langsung meletakkan kantong plastik berisi martabak di bawah lantai, dan langsung masuk kedalam kamar kost nya, dan menutup pintu dengan di banting.

Hahahaha...

"Baru di goda gitu saja ngacir." ucap Clarisa mengambil martabak pemberian dari Alfian.

"Thanks ya. " ucap lantang Clarisa.

****

Notifikasi pesan masuk, alfian membaca pesan tersebut, dan menyunggingkan senyumnya saat seseorang mengirim pesan padanya. Lantas Alfian membalas dengan, sebuah pesan suar.

"I love you too, besok lagi ya." ucap Alfian.

Clarisa memakan martabak pemberian dari Alfian, martabak manis dengan toping pisang, keju dan cokelat.

"Kenyang banget, lumayan hari ini ngirit uang."

***

"Pak ini tugas saya." ucap Clarisa pada dosennya.

Dosen tersebut memeriksa tugas milik Clarisa dan langsung memberikan nilai A plus, Clarisa tersenyum saat dosen tersebut memberikan nilai yang baik.

"Terima kasih Pak."

"Cla, kamu mau ikut lomba pembuatan robot tidak?"

"Lomba Pak! kapan dan dimana?"

"Lomba antar kampus, lumayan hadiahnya 10 juta, kamu bisa bentuk Tim terdiri dari 5 orang."

"Boleh Pak, kalau boleh Bapak saja yang tentukan Tim nya, agar kampus kita menang Bapak bisa cari mahasiswa terbaik."

"Ok, kamu siap kan?"

"Siap Pak. "

"Nanti Bapak kabari lagi, kamu siapkan saja materinya, dan kamu pelajari tentang susunan mesinnya."

"Siap Pak."

Clarisa keluar dari ruang dosen, untuk kembali ke dalam kelas. Lantas Clarisa bertemu dengan Malvin, pria yang menganggap Clarisa saingan di jalanan.

"Mungkin sedang apesnya gua, 100 juta melayang. Gua tahu siapa sponsor itu, ini nggak adil buat gua. uang itu milik gua, dan ingat malam itu gua berhasil mengalahkan Lo." ucap Malvin.

"Lo mau ngomong apa terserah, soalnya gua malas berurusan sama pria tapi banci kayak Lo. " ucap Clarisa sambil menunjuk ke arah wajah Malvin

.

.

.

Terpopuler

Comments

aqifa naila

aqifa naila

maaf ya author .....kamu bikin cerita gini amat ya bikin aq nangis terus , kasihan clarisa, Gita sebagai Kaka ipar kalo tahu cla tu anak yatim minta Ama bapakmu biayain hidup cla biar gak bikin malu seperti kata kamu .....

2023-06-24

1

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈

Clarissa ternyata gadis yang pintar tapi sayang kelakuannya masih seperti itu

2023-06-08

2

Ryanti Yanti

Ryanti Yanti

semangat cla,,,kamu pasti bisa💪💪💪💪

2023-06-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!