Penjara

"Tara, Komandan mana?" tanya Alfian, saat baru sampai.

"Komandan, ada di rumahnya." jawab Tara.

"Katanya, mau ketemu sama saya!" ucap Alfian.

"Ya ke rumahnya, bukan disini."

"Kamu itu gimana sih, kalau chat yang jelas. Biar saya tidak datang kesini. Kamu bilang dong di rumahnya, biar saya tidak datang kesini."

"Tunggu, kamu bilang saya chat kamu? komandan minta ketemu sama kamu! bukanya komandan juga punya nomer kamu, kenapa suruh saya. Masalahnya, saya tidak merasa chat kamu." ucap Tara menjelaskan.

"Nih, baca! " tunjuk Alfian memperlihatkan isi chat nya.

"Tunggu, ini memang nomer saya. Tapi saya tidak merasa chat kamu begini."

"Terus siapa? masa ini ponsel kamu kirim pesan sendiri."

"Tunggu, ini kan jam nya belum lama. Kalau tidak salah ini ponsel tadi di pinjam sama itu cewek, yang sedang di bina." tunjuk Tara pada Clarisa.

Alfian menghela nafas Panjang, dan langsung menghentakkan satu kakinya, dan merasa di kerjain.

Alfian pun berjalan mendekat dengan berkacak pinggang, Clarisa yang melihat Alfian langsung tersenyum dan berdiri.

"Sini kamu." perintah Alfian yang menjauh dari mereka.

Clarisa mengikuti langkah Alfian, dan meminta Clarisa masuk kedalam salah satu sel tahanan kosong.

"Dim, kunci." perintah Alfian.

"Siap Bang." ucap Dimas lantas mengunci sel tahanan tersebut.

"Hey.. kok gua di masukin kedalam sel sih? gua itu itu sudah ada yang jamin." teriak Clarisa.

"Siapa yang jamin! disini tidak ada wali kamu." ucap Alfian.

"Kan Lo yang jamin gua."

"Hah.. saya! saya siapanya kamu? tetangga!"

"Calon jodoh! "

Hahahahhaha...

Dimas yang mendengarnya langsung tertawa, dan berhenti saat Alfian menatap tajam ke arah Dimas.

"Kamu saya tahan, karena sudah mengerjai Polisi." ucap Alfian langsung pergi.

"Hey.. calon jodoh! hey.. " panggil Clarisa.

"Selamat menikmati malam panjang di penjara." ucap Dimas.

"Aaaaaarrrgghhhh sialan! " ucap Clarisa kesal.

****

"Gimana adik kamu Bang?" tanya Gita, yang sedang memakaikan sepatu pada putranya, Gibran.

"Abang tinggal saja, agar dia bisa berpikir untuk kapok." ucap Kemal.

"Adik kamu itu, tidak akan pernah kapok. Sebelum Abang, buang tuh si Clarisa ke hutan rimba. Biar dia main sama binatang buas disana, baru dia sadar." ucap Gita yang sudah merasakan kesal pada adik iparnya.

"Abang akan biarkan dia disana, terserah mau Polisi apakan dia. Semoga bisa jera, Abang juga capek."

"Bagus, kalau kakaknya punya pikiran seperti itu. Adik satu jangan terlalu di manja, kalau di manja itu keterlaluan lama - lama. Buktinya, selalu buat malu kita."

"Abang berangkat dulu, Gibran sudah siap?"

****

"Clarisa!" ucap Tri.

"Hi." ucap Clarisa yang lemas karena mengantuk, dan tidak bisa tidur.

"Kok bisa di penjara? jangan - jangan kamu balapan lagi! "

"Iya, tapi ini di penjara gara - gara tuh Bang, Polisi namanya Alfian." ucap Clarisa.

"Alfian! kamu punya kasus apa?" ucap Tri.

"Tanya saja sama orangnya."

****

"Kenapa Clarisa bisa kamu masukan dalam sel?" tanya Tri.

"Dia sudah mengerjai seorang Polisi, dan mengerjai saat jam tidur! " jawab Alfian.

"Ya tapi, nggak usah di penjara gitu." ucap Tri.

"Biarkan saja, lagian tidak berurusan dengan saya, dia tetap di penjara. Tuh lihat kawan - kawannya, karena belum ada yang wali yang datang." ucap Alfian.

"Kamu bebaskan dia." ucap Tri memohon.

"Tunggu walinya, dan biar dia jera. " ucap Alfian.

Sedangkan Clarisa duduk bersandar sambil mengantuk, namun tidak bisa tidur. Tri lantas memberikan air minum dan roti, melalui celah jeruji.

"Makan, dari semalam kamu juga belum minum kan?" ucap Tri.

Clarisa menganggukkan kepalanya, saat berjalan Clarisa tidak kuat menopang tubuhnya karena kepala yang sangat pusing dan berat.

Buuuugghhh

"Clarisa! " ucap Tri kaget.

"Kunci mana kunci, buka sel nya." teriak Tri.

Saat itu Haikal yang bertugas, dan langsung membuka sel tahanan itu. Tri lantas dengan segera menggotong tubuh Clarisa untuk di bawa ke ruang kesehatan.

"Mau di bawa kemana dia?" tanya Alfian.

"Nggak perlu tahu, ini gara - gara kamu dia pingsan." jawab Tri membawanya ke ruang kesehatan.

Alfian lantas mengikuti langkah kaki Tri, dan berakhir di ruang kesehatan. Petugas pun dengan segera, memeriksa kondisi tubuh Clarisa.

"Dia dehidrasi dan kecapekan, akan saya infus dulu agar lebih baik." ucap petugas kesehatan.

"Kok dia lemah gitu!" celetuk Alfian.

"Dia itu cewek, beda sama kita. Gimana nggak dehidrasi, kamu yang penjarakan dia tidak kasih minum. Tidur saja, hanya ada tikar. Biasa dia tidur enak, sekarang nggak enak." ucap Tri.

"Salah siapa berurusan dengan Polisi." celetuk Alfian.

"Bener - bener tuh, walau salah juga harus punya rasa kemanusiaan."

***

Alfian mengintip dari jendela, terlihat Clarisa sudah sadar, dan sedang di temani Tri. Dan terlihat Tri begitu sangat perhatian, Alfian pun lantas pergi menjauh.

"Saya akan hubungi Bang Kemal." ucap Tri.

"Sepertinya Bang Kemal, sengaja tidak kesini untuk menjamin gua." ucap Clarisa.

"Kenapa?" tanya Tri.

"Semalam dia hanya datang sebentar, dan pergi." jawab Alfian.

"Kamu kenapa sih, suka balapan? dan senang banget kena tilang, karena aksi kebut - kebutan."

"Hobby saja, keren saja kalau sudah beraksi di jalanan."

"Gitu ya."

"Thanks ya, sudah temani gua."

"Sama - sama."

****

Kemal berjalan ke arah ruang kesehatan, saat akan mengeluarkan Clarisa mendapatkan kabar adiknya pingsan.

"Bang." ucap Clarisa saat Kemal masuk.