"Siapa Aris?" tanya semua orang secara bersamaan. Siapa yang bisa menduga jika kini semua orang menjadi sangat penasaran.
"Aris itu seseorang yang hamp," ucapan Safir seketika terhenti saat bunga yang Queen bawa langsung Queen arahkan ke wajah Safir. Membuat Safir mencium bagaimana wanginya buket bunga mawar tersebut.
"Jangan dengerin apa yang di bilang Safir. Bunga ini hanya dari seorang teman. Bukan dari seseorang yang seperti Mama dan Papa pikirkan," jelas Queen agar tidak ada yang salah paham.
"Mama kira tadi dari calon mantu," ucap Reina terus terang.
"Mantu? Kenapa Mama mau minta mantu dari Queen. Masih ada yang seharusnya lebih dulu kasih mantu ke Mama dan Papa. Yang pasti bukan dari Queen," ucapnya mengingatkan Reina kalau Queen masih memiliki 2 Kakak. "Tidak baik mendahului yang lebih tua," gerutu Queen.
Mendengar ucapan Queen, membuat Safir dan Divya saling melirik sebentar. Tanpa satu orang pun ketahui kalau kini keduanya saling berbalas senyum seolah memberikan isyarat yang sebentar lagi akan mereka sampaikan.
"Sudah-sudah, sebaiknya sekarang kita menuju studio," ajak Arjuno. Waktu sudah semakin siang. Matahari juga semakin terik. Sinarnya mulai menyengat kulit tubuh mereka.
Kini dua mobil mewah sudah melaju. Meninggalkan area Universitas untuk menuju lokasi tujuan mereka saat ini. Selama di dalam perjalanan, Queen dan Safir melakukan sambungan video call dengan Nissa yang bersanding dengan Yusuf. Dan juga Zen yang bersanding dengan Ruby. Semua orang memberikan ucapan selamat untuk Queen dan juga Safir. Wajah Queen begitu bahagia saat bisa saling berbincang dengan keluarganya yang tinggal di Jakarta. Sedangkan Wajah Safir masih nampak tenang. Safir tersenyum saat Ruby mengarahkan kameranya ke arah ketiga keponakan kembarnya tersebut. Sampai tanpa terasa, dua mobil mewah itu sampai pada studio tujuan mereka.
Dua keluarga tersebut mengambil foto masing-masing dan juga foto bersama. Setelah Queen dan Safir foto berdua, setelahnya mereka berfoto dengan Arfan saja. Lalu yang terakhir foto bersama dengan Divya. Posisi gadis yang sudah dewasa tersebut berada di antara Safir dan Queen.
"Beberapa hari lagi, harinya akan tiba sesuai dengan perjanjian kita," ucap Safir berbisik.
"Aku tunggu hari itu," ucap Divya begitu sangat pelan.
"Apa Kak?" Queen yang sepertinya samar-samar mendengar Divya berucap, membuat Queen mengira kalau dirinya tidak mendengar dengan baik ucapan Kakaknya tersebut.
"Apa?" Divya jadi terkejut dan juga menahan diri agar tidak terlihat panik. Mungkinkah Queen mendengar obrolan pelannya bersama dengan Safir.
"Kakak tadi bilang sesuatu? Apa Queen tidak mendengarnya?" tanyanya untuk memastikan.
"Tidak. Kakak tidak bicara apapun. Kenapa?"
Setelah selesai melakukan pemotretan seperti yang di inginkan, semua orang saling berpamitan karena mereka memilih untuk segera pulang ke rumah. Lelah sekali rasanya. Karena semua orang harus bersiap sejak pagi-pagi sekali. Terlebih lagi Queen, yang harus mempercantik diri lebih awal.
Waktu berjalan begitu saja. Hingga kini, malam telah menyapa. Seharusnya saat ini semua orang sudah memasuki kamar mereka masing-masing. Tapi saat ini, Reina memilih memasuki kamar anak pertamanya.
"Sedang apa Kak?" begitu mengetuk pintu dan sudah di persilahkan masuk, Reina segera memasuki kamar anaknya yang kini sudah berusia 26 tahun.
"Sedang melihat beberapa laporan saja Ma."
"Pekerjaan penting? Mama keluar kalau memang sedang sibuk," Reina jelas tidak inging mengganggu kesibukan anaknya.
"Tidak penting juga kok. Ada apa Ma?" Divya segera mematikan ipad-nya. Ia harus fokus dengan Reina yang sepertinya ingin mengajaknya berbicara.
"Tidak ada apa-apa. Mama hanya ingin saja melihat Kakak," ucap Reina sambil mendaratkan tubuhnya di tepi ranjang.
"Mama ini sudah seperti tidak pernah bertemu dengan Divya saja," ucapnya sambil menggelengkan kepalanya pelan. Divya jadi heran dengan gerak gerik Reina saat ini.
"Usia Kakak sudah berapa tahun ini? 26 tahun ya?"
Sepertinya sekarang Divya sudah memahami arah tujuan Reina saat ini. Divya memilih mengangguk pelan. "Benar Ma."
"Kak, Mama bukannya apa-apa. Mama juga tidak bermaksud memburu-buru Kakak untuk melakukan hal apapun. Tapi Mama hanya ingin tahu, tapi tolong jangan tersinggung."
"Ada apa Ma?"
"Sebenarnya Kakak ini memiliki kedekatan dengan lelaki di luar sana atau tidak? Mama tanya seperti ini karena Kakak sudah lama tidak bercerita soal lelaki yang Kakak tolak perasaan cintanya. Kakak juga tidak bercerita kemungkinan di luar sana ada lelaki yang memang Kakak tunggu."
"Divya punya seseorang yang sangat Divya suka, Ma. Hanya tinggal menunggu ucapannya, yang pasti sebentar lagi lelaki itu akan datang membawa kedua orang tuanya untuk bertemu Papa dan Mama. Sesuai dengan janji yang sudah dia buat."
Seketika itu wajah Reina langsung bersemu bahagia. Ia sudah berpikir kalau anaknya memang sengaja menjomblo dan tidak berminat akan menikah. Siapa yang menduga jika selama ini Divya sedang menunggu seseorang.
"Benarkah? Siapa lelaki itu?" tanya Reina yang sudah sangat penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
erinatan
wah kalo emang safir divya dapet berondong dunk
2025-02-16
0
mimih
Safir kah laki2 itu div🤔🤔
2023-09-08
0
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
Wkwk boleh aja kok Queen ... kalau suka ya gas
2023-09-06
1