"Kakak ..."
Begitu Queen menjauhi semua orang, gadis cantik tersebut segera mengubah panggilan suara menjadi panggilan video call. Saat itu juga, Queen bisa melihat wajah Kakak lelakinya. Alvian Reindri Ann Wijaya. Lelaki yang sudah beberapa tahun meninggalkan rumah dan belum sekalipun pulang untuk menemui seluruh keluarga.
Semenjak terjadi peristiwa di masa lalu, Vian yang sadar dan sangat merasa bersalah atas kesalahannya, ia memilih pergi untuk menemukan jati dirinya. Ia sangat bertekat, kalau dirinya pasti bisa bertahan hidup dan sukses tanpa bayang-bayang kedua orang tuanya ataupun semua keluarga.
Queen tahu, kesalahan Vian cukup fatal. Tapi mau bagaimanapun kesalahan Vian, lelaki tersebut tetap saudaranya. Mereka keluar dari rahim yang sama. Hubungan darah yang tidak bisa di putus oleh apapun. Yang lebih penting lagi, Queen sangat bangga dengan Vian karena sekarang Vian sudah banyak berubah. Dan yang lebih penting lagi, Vian bahkan mau memberikan kabar pada dirinya.
"Happy graduation, adikku sayang. Hai, sedang dalam keadaan bahagia seperti ini, kenapa menangis?"
Queen mengusap air matanya yang sudah membasahi pipi. Beruntung make upnya tidak rusak karena buliran bening tersebut.
"Queen wisuda apa Kakak tidak bisa menyempatkan waktu untuk pulang sebantar. Jika tidak ingin menemui Mama dan Papa, setidaknya temui Queen saja. Sebenarnya Kakak ini ada di mana?" sekalipun mereka sering berhubungan, nyatanya Vian tidak memberitahu tempat tinggalnya saat ini pada Queen.
"Kalau aku punya waktu luang, aku pasti akan segera pulang untuk temui Queen dan semua keluarga."
"Sok sibuk banget Kakak ini. Mama sama Papa sebenarnya sudah sangat rindu sama Kakak. Om Zen juga sering tanyain Kakak ke Mama. Queen yakin, Om dan Maira sudah maafin Kakak. Pulang ya Kak," jelas Queen penuh harapan.
Mendengar seluruh ucapan Queen, membuat perasaan Vian semakin merasa bersalah. Setelah semua yang telah ia lakukan, bisa-bisanya Zen dan Ruby bisa memaafkan dirinya.
"Jika aku sudah siap, pasti aku akan cepat pulang. Queen, harus jadi anak yang membanggakan Mama dan Papa. Jangan seperti Kakak yang sudah membuat beliau kecewa."
Cukup lama Queen dan Vian saling berbincang. Baru saja Queen akan menuju ke perkumpulan seluruh orang yang sedang menunggu dirinya, siapa yang menduga jika kini ada seorang lelaki yang menghentikan langkah kakinya.
"Aris," gumam Queen. Ia terkejut melihat lelaki yang entah sudah berapa kali menyatakan cinta padanya. Dan sekarang lelaki tersebut membawa sebuket bunga dan tersenyum hangat pada Queen.
"Happy graduation, Queen," ucapnya sambil memberikan sebuket bunga yang di dominasi dengan bunga mawar asli berwarna merah bercampur dengan warna pink.
"Terima kasih Aris. Tapi maaf, aku tidak bisa menerima bunga tersebut," sungguh Queen tidak tega sebenarnya. Ia tahu kalau Aris sangat tulus mencintai dirinya. Tapi mau bagaimana lagi. Karena Queen juga tidak bisa memaksakan hatinya yang tidak bisa membalas perasaan Aris. Bahkan Queen juga tidak ingin memberikan harapan pada Aris.
"Bunga ini hanya sebuah pertanda ucapan selamat untuk kamu, Queen. Aku sama sekali tidak bermaksud yang lainnya."
Melihat kejujuran di mata Aris, Queen akhirnya menerima sebuket bunga tersebut. Membuat Arie senang karena Queen sudah berkenan menerima sesuatu darinya. Karena selama ini, sekalipun Queen tidak memberi celah pada dirinya.
"Terima kasih."
"Sama-sama."
"Oh iya, setelah ini kamu mau melanjutkan kuliah atau mau mencoba bekerja dulu?" demi mempunyai waktu untuk mengobrol dengan Queen, maka Aris harus menciptakan topik agar mereka bisa saling berbincang sekalipun itu hanya sebentar.
"Aku mau kuliah, Aris."
"Di kampus ini lagi, atau pindah?" Aris semakin penasaran dengan rencana kedepannya Queen.
"Entahlah. Aku belum mematangkan pilihan aku. Oh iya, Maaf Aris karena aku harus kembali ke keluargaku yang sejak tadi menungguku. Sekali lagi terima kasih bunganya."
Aris menatap sendu punggung Queen yang semakin menjauh. "Kenapa kamu tidak memberikan aku kesempatan. Membuka sedikit hati kamu buat aku. Kamu justru mencintai lelaki yang aku rasa tidak mencintai kamu, Queen."
"Maaf, karena sudah menunggu terlalu lama," ucap Queen tidak enak hati pada semua orang yang belum juga memasuki mobil.
"Tidak apa-apa. Queen baru menangis?" tanya Reina saat melihat kedua mata Queen yang nampak memerah.
"Hanya menangis haru, Ma," Queen tersenyum manis agar kedua orang tuanya tidak khawatir pada dirinya.
"Hayooo ... Bunga itu dari siapa?" Divya mulai menggoda Queen. Ia jadi ikut senang kalau ternyata Queen memiliki kedekatan dengan seseorang.
"Iya, dari siapa bunga itu Queen?" Hendri jadi ikutan penasaran.
"Ini hanya dari seorang teman, Pa, Kakak."
"Teman atau pacar? Mengaku saja kalau memang memiliki seseorang yang begitu spesial," sepertinya Divya belum mau berhenti untuk meledek sekaligus mengintrogasi adiknya tersebut.
"Teman, Kak. Queen sama sekali tidak punya pacar."
Mendengar ucapan Queen, entah kenapa hati Zantisya begitu sangat lega. Tidak bisa di pungkiri, kalau Zantisya begitu berharap kalau Queen memiliki hubungan spesial dengan Safir. Mengingat bagaimana dekatnya mereka berdua. Mengingat kalau hanya Queen yang sering Safir bawa pulang ke rumah.
"Dari Aris?" pertanyaan Safir yang begitu tiba-tiba tentu membuat semua orang terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 188 Episodes
Comments
Call me Peri
Emngnya Vian kenapa gak mau pulang?🗿🧚
2023-07-02
0
🥀⃞Weny🅠🅛
mantapkan dulu hatimu Queen, semoga hatimu berlabuh ke hati yang benar😊
2023-07-01
0
༄𝑓𝑠𝑝⍟🥀⃞🕊️⃝ᥴͨᏼᷛtrisak⃟K⃠👏
Sebenernya queen, suka sama siapa? nkasihan juga si cowok 🥺
2023-06-30
0