"Mas, aku hanya sedang mencari charger ponsel"
Zaina benar-benar tidak tahu kenapa Gevin harus menatapnya dengan begitu dingin. Ini bukan Gevin yang dia kenal, Gevin yang ramah dan juga sangat perhatian.
Gevin menghembuskan nafas pelan, dia tahu jika tidak sepantasnya harus marah pada Zaina yang belum mengetahui apa-apa tentang perasaannya.
"Kita duduk dulu sebentar, ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu"
Zaina mengangguk, dia mengikuti Gevin untuk duduk di atas sofa. Zaina menatap tangan Gevin yang masih memegang foto Lolyta dan dirinya itu. Entah kenapa Zaina mulai merasa ada hal buruk yang mungkin terjadi.
"Zaina, aku tahu jika kamu juga pasti sangat terkejut dengan pernikahan ini. Aku juga tidak bisa melakukan apapun, karena Ibu yang terus memaksa aku untuk menikah. Kamu juga pasti tepaksa 'kan dengan pernikahan kita ini?"
Zaina tidak menjawab, dia malah bingung kemana arah tujuan ucapan Gevin ini. Karena sebenarnya dia benar-benar tidak merasa terpaksa sedikit pun untuk menjalani pernikahan ini.
"Kita lakukan sandiwara pernikahan di depan mereka"
Seketika Zaina langsung menoleh pada suaminya. Tangannya meremas rok yang dia pakai, berharap jika dia hanya salah dengar saja.
"Maksud Mas?"
Gevin setengah memutar tubuhnya untuk menghadap Zaina. Dia simpan foto yang dia pegang di atas meja, lalu dia meraih tangan Zaina dan menggenggamnya dengan lembut.
"Kita menikah bukan karena cinta, Zaina. Jadi kita lakukan saja sandiwara pernikahan di depan orang tau kita. Bersikap seolah kita sangat bahagia dengan pernikahan ini. Kamu mengerti 'kan maksud aku?"
Zaina mendongakan wajahnya, menahan air mata yang siap meluncur begitu saja dari matanya. Zaina tidak ingin terlihat sangat menyedihkan karena dia yang mencintai suaminya, namun suaminya malah menjadikan pernikahan ini sebagai sandiwara semata.
"Aku mengerti Mas, tapi kenapa? Kita sudah menikah dengan resmi"
"Ya, aku tahu. Tapi aku masih belum bisa mencintai siapapun lagi setelah Lolyta. Maaf Zaina, jika aku telah melibatkan kamu dalam masalah hidupku ini. Tapi aku benar-benar tidak akan bisa menjalani pernikahan seperti kebanyakan orang, karena aku tidak mencintaimu"
Deg..
Hunjaman besar yang menusuk langsung di relung hatinya. Tidak pernah menyangka jika di malam pertamanya ini malah menjadi malam yang menyakitkan bagi Zaina.
Tanpa sadar dan tidak bisa di tahan lagi, air matanya menetes begitu saja. Melihat Zaina yang menangis, membuat Gevin semakin merasa bersalah. Dia mengusap air mata Zaina.
"Maafkan aku Za, tapi kalau memang kamu tidak akan kuat dan tahan dengan situasi ini. Kamu boleh minta cerai saja padaku. Aku tidak papa"
Malam pertama pernikahan mereka, namun suaminya malah mengatakan kata cerai. Apa memang seperti ini kisah Zaina, yang mencintai Gevin sejak dulu. Dan ketika dia bisa menikah dengannya, malah harus menerima kenyataan yang begitu pahit.
Zaina menggeleng pelan, dia mengusap bawah matanya untuk menghilangkan sisa air matanya. "Tidak papa Mas, aku bisa kok jika harus bersandiwara di depan orang tua kita. Asalkan aku minta satu syarat saja padamu, apa boleh?"
Gevin langsung mengangguk, tentu saja dia akan memperbolehkan Zaina mengajukan sebuah syarat. Karena dirinya sudah menghancurkan hidup seorang gadis dengan sebuah pernikahan yang seperti ini.
"Kita memang menikah tanpa cinta dan hanya melakukan sandiwara pernikahan. Tapi aku minta, kita jangan tidur terpisah. Tetap di satu kamar yang sama, karena jika tiba-tiba orang tua kita datang dan mengetahui jika kita tidur di kamar yang terpisah, tentunya tidak akan melancarkan sandiwara kita ini"
Setidaknya dengan seperti ini, aku bisa lebih dekat dengan suamiku. Berharap suatu saat nanti dia bisa melihat aku dan menyadari cintaku.
Gevin berpikir sejenak, tapi apa yang di ucapkan oleh Zaina barusan memang ada benarnya juga. "Baikalah, aku bisa tidur di sofa dan kamu di tempat tidur. Yang penting kita tidur di kamar yang sama"
Zaina tersenyum miris mendengarnya, saking tidak maunya Gevin menyentuh dia sampai Gevin lebih memilih untuk tidur di sofa. Namun Zaina juga tidak bisa melakukan apapun, bisa untuk tetap tidur satu kamar saja sudah sangat bersyukur. Meski tidak tidur satu ranjang.
Dan malam ini sandiwara mereka di mulai, keduanya turun untuk makan malam. Menuruni anak tangga dengan Gevin yang merangkul pinggang Zaina. Tentu saja hal itu membuat Zaina sangat berdebar, namun dia tetap terlihat bisa saja.
Ingat Zaina, dia hanya sedang bersandiwara.
"Wah pengantin baru lengket banget nih" goda Genara sambil terkekeh pelan di akhir kalimatnya.
Zaina hanya tersenyum, meski hatinya benar-benar terluka dengan semua ini. Ada luka yang menganga lebar, namun sama sekali tidak mengeluarkan darah. Sakitnya yang luar biasa.
Gevin menarik kursi untuk istrinya, dia benar-benar memerankan perannya dengan sangat baik. "Silahkan duduk Sayang"
Deg...
Lagi-lagi Zaina tidak bisa menahan diri untuk tidak berdebar. Apalagi ketika Gevin yang memanggilnya Sayang. Sungguh sebuah panggilan yang tidak pernah Zaina sangka akan dia dengar dari Gevin.
"Te-terima kasih"
Vania tersenyum melihat anaknya yang terlihat begitu bahagia dengan pernikahan ini. "Ayo makan Za, kamu harus isi amunisi dulu sebelum nanti malam tenaga kamu akan terkuras habis"
Zaina hanya tersenyum, dia tidak polos dan tentu mengerti apa yang di maksud oleh Ibu mertuanya itu. Namun Zaina sadar jika hal itu tidak mungkin terjadi. Karna Gevin sendiri yang sudah mengatakan jika pernikahan ini hanya sebuah sandiwara.
Zaina mengambilkan makanan untuk suaminya, dia juga sedang memerankan seorang istri yang baik dan begitu bahagia dengan pernikahan ini.
"Terima kasih Sayang"
"I-iya"
Semua orang tidak akan tahu jika pernikahan mereka ini hanya sebuah keterpaksaan dan sebuah sandiwara. Karena Gevin yang bisa begitu natural memerankan peran suami yang mencintai istrinya ini.
"Oh ya, Papa sudah siapkan tiket honeymoon untuk kalan"
Uhuk..uhuk..
Zaina langsung terbatuk-batuk ketika mendengar ucapan Papa Gara barusan. Honeymoon? Bagaimana mungkin? Pernikahan mereka ini hanya sebuah sandiwara pernikahan.
"Sayang, pelan-pelan dong makannya ah" Gevin langsung menyodorkan minum pada Zaina yang tersedak karena kaget dengan ucapan Papanya.
"I-iya, terima kasih Mas"
"Ciee,, Dipanggil Mas nih" goda Genara dengan kekehan kecil.
"Aku terserah Papa saja, sebenarnya aku juga sudah merencanakan untuk honeymoon kami. Tapi karena Papa sudah menyiapkan, tentu saja aku senang. Jadi tidak keluar uang sendiri 'kan"
"Kamu ini"
Zaina hanya diam dan fokus dengan makanannya. Mendengar ucapan Gevin dan Papa Gara, benar-benar membuat Zaina bingung. Memikirkan bagaimana nanti saat dia menjalani bulan madu dengan suaminya yang hanya menjadi sandiwara pernikahan saja.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
uyhull01
haihhh kau ini Vin, lma lama juga kmu akan bucin sama zaina,
2023-06-06
0