Zaina menatap pantulan dirinya di cermin, gaun pengantin yang melekat di tubuhnya terlihat begitu indah. Masih tidak percaya jika saat ini dirinya akan menikah dengan pria yang selama ini dia cintai, namun Zaina tidak berani mengungkapkan perasaannya ini karena Gevin yang sudah berpacaran dengan Lolyta saat kuliah. Padahal Zaina sudah jatuh cinta padanya sejak mereka duduk di bangku sekolah menengah atas.
"Kak, sudah siap?"
Zaina tersenyum pada Bundanya yang baru saja masuk ke dalam kamar. Jenny juga sudah terlihat cantik dengan kebaya yang dia kenakan. Matanya sudah berkaca-kaca ketika melihat anak perempuannya yang sebentar lagi akan menjadi seorang istri dan tidak akan lagi menjadi gadis kecilnya.
"Anak Bunda, cantik sekali..." Jenny memegang lengan Zaina, dia menatap anaknya itu dengan berkaca-kaca. "...Selamat ya, semoga pernikahan kamu ini akan menjadi pernikahan yang pertama dan terakhir dalam seumur hidup kamu. Dan kamu juga harus bahagia dengan pernikahan ini"
Zaina menganggu sambil tersenyum, dia memeluk Bundanya dengan erat. Meski Jenny hanya ibu sambung baginya, namun kasih sayang Jenny tidak pernah berbeda pada Zaina ataupun pada kedua adiknya. Jenny selalu bisa adil terhadap semua anak-anaknya.
"Terima kasih ya Bunda, karena Bunda sudah mau menjadi ibu aku. Dan Bunda yang sudah merubah masa kecilku menjadi lebih baik, aku bahagia bisa mempunyai Bunda dalam hidup ini"
Jenny mengelus punggung anaknya itu, tentu dia juga tidak mau jika sampai dirinya menambah luka dalam diri anak kecil yang di tinggal Ibunya sejak dia lahir. Jenny menyayangi Zaina seperti anaknya sendiri.
"Ayo kita keluar sekarang"
Zaina mengangguk, dia keluar dari kamar dengan di dampingi oleh Bundanya. Zaina terkekeh kecil ketika melihat dua adik laki-lakinya yang sudah rapi dengan jas dan dasi kupu-kupu. Melihat adik pertamanya yang memang sedikit cuek dan dingin, sangat berbanding terbalik dengan adik kedunya yang begitu jahil.
"Wah, Kak Zaina cantik sekali" ucap Haiden yang menjadi anak bungsu di rumah ini.
"Ayo Kak" Hilmi langsung merangkul lengan Kakaknya, tanpa banyak berbasa-basi seperti seperti adiknya.
Jenny hanya menggeleng pelan dengan dua anak laki-lakinya yang mempunyai sifat yang sangat berbanding terbalik. Namun kehidupannya lebih berwarna dengan kehadiran anak-anaknya ini.
Halaman rumah yang sudah ramai dengan orang-orang dan juga hiasan yang menjadi suasana halaman yang terasa begitu berbeda. Zaina berjalan di atas karpet merah dengan di temani oleh kedua orang tuanya dan dua adiknya di belakang mereka. Di ujung karpet ini ada Gevin yang sudah terlihat tampan dengan jas yang dia kenakan dan warnanya yang senada.
Daddy Hildan menyerahkan tangan Zaina pada Gevin. "Dengan ini, Daddy serahkan putri Daddy ini untuk kamu sayangi dan cintai"
Jenny sudah tidak bisa menahan air mata bahagia yang dia rasakan ketika melihat anaknya yang setelah ini bukan lagi putri kecilnya. Zaina akan menjadi seorang istri dan seorang Ibu setelah ini.
Akhirnya keduanya selesai menjalani pernikahan, Zaina dan Gevin telah resmi menjadi suami istri. Tangisan haru dari Jenny dan Vania benar-benar membuat suasana menjadi mengharu biru.
"Sudah Sayang, anak kita itu menikah. Bukan mau berangkat perang"
Vania langsung memukul kaki suaminya yang malah bercanda di saat seperti ini. Tidak tahu jika dia sedang sangat terharu dengan pernikahan anaknya. Pada akhirnya Gevin bisa menikah dengan wanita yang baik dan mencintainya. Vania senang karena melihat anaknya yang bisa menikah dengan wanita yang mencintainya dengan tulus.
Genara dan kedua adik Zaina sengaja naik ke atas pelaminan, memberikan selamat untuk Kakak-Kakak mereka.
"Selamat ya Kak Zaina, akhirnya aku punya Kakak Ipar juga" ucap Genara sambil memeluk Zaina
"Terima kasih ya Gen"
Hilmi menjabat tangan Gevin, dia menatap Kakak Iparnya itu dengan lekat. "Jaga Kakak aku baik-baik ya, dia itu terlalu baik dan juga terlalu rapuh"
Haiden yang berada di samping Kakak laki-lakinya itu hanya menggelengkan kepala heran. Bisa-bisanya di acara pernikahan Kakaknya, Hilmi malah mengucapkan kalimat yang bernada ancaman seperti itu.
Haiden merangkul bahu Kakaknya itu, dia ingin mencoba mencairkan Hilmi yang sudah membeku seperti balok es. "Kak Gevin, Kak Zaina, selamat ya atas pernikahan kalia. Aku do'akan kalian bahagia dan segera punya anak. Hehe"
"Ya ampun, kamu ini ada-ada aja deh"
Terkadang Zaina selalu merasa heran dengan sikap kedua adiknya ini. Namun dia juga tidak jarang merasa terhibur dengan kedua adiknyaini.
"Maaf ya, tadi ucapan Hilmi"
"Tidak papa, aku sudah tahu kok sifat mereka kayak gimana"
Zaina mengangguk, mereka sering bertemu. Jadi sudah seperti keluarga sejak kecil, semuanya karena orang tua mereka yang bersahabat baik sejak dulu.
######
Acara pernikahan telah selesai, saat ini Zaina sedang berada di dalam mobil untuk kembali ke kota tempat tinggal suaminya dan keluarganya. Meski sempat ada drama kecil karena Bundanya yang masih belum merelakan dia untuk pergi. Namun semuanya bisa teratasi karena Jenny juga tahu jika anak perempuan yang sudah menikah pasti harus ikut kemana suaminya pergi. Jadi dia tidak bisa menahan-nahan.
Sampai di rumah Gevin langsung mengambil barang-barang yang sudah dia sipakan sebelumnya. "Pa, Bu, aku langsung bawa Zaina ke Apartemen saja ya. Kan aku sudah pernah bilang jika aku akan langsung tinggal di Apartemen setelah menikah"
"Iya, Ibu tahu itu. Tapi apa langsung hari ini juga, Nak? Apa kalian tidak capek? Istirahat saja semalam, dua malam disini"
"Iya Vin, kasihan juga istri kamu yang terlihat begitu kelelahan" Papa Gara juga ikut menimpali, membuat Gevin tidak bisa menolak.
"Yasudah, aku dan Zaina akan tinggal disini untuk malam ini. Besok baru kita akan pindah"
"Nah gitu dong, sekarang bawa istrimu ke kamar. Dia terlihat begitu kelelahan"
"Bibi, Paman, aku ke kamar dulu ya" pa,it Zaina
"Loh kok masih manggil seperti itu, mulai sekarang panggil Ibu dan panggil Papa ya" ucap Vania sambil tersenyum hangat pada Zaina
"Iya Bu"
Mungkin Zaina memang harus menyesuaikan diri untuk semua panggilan itu. Zaina masuk ke dalam kamar, dia duduk di sofa dan menunggu suaminya yang membawakan koper dan tas miliknya.
"Barang-barangnya tidak usah di keluarkan semua, keluarkan saja yang kamu perlukan. Besok kita akan pindah ke Apartemen"
"Baik Mas"
Gevin berhenti melangkah sejenak saat mendengar Zaina yang memanggilnya seperti itu. Benar-benar terasa aneh, namun hatinya berdebar mendengarnya.
Zaina menatap sekeliling ruangan ini, dimana ada foto suaminya yang terpajang di dinding dan di atas nakas. Zaina berjalan ke arah nakas dan membuka laci nakas itu untuk mencari charger. Namun ternyata yang dia temukan adalah sebuah foto Lolyta.
"Kenapa Mas Gevin masih menyimpan ini?"
"Apa yang kau lakukan?!"
Gevin datang dan langsung merebut foto di tangan Zaina, membuat Zaina begitu terkejut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
angel
masukkan buat athor tolong di sesuai kan panggilan org tua nya ...klu daddy pasangannya mommy..klu papa pasangannya mama ....tolong disesuaikan ya thor biar lbh enak bacanya
2024-12-18
0
uyhull01
korban patah hati si Gevin ini🤭
2023-06-06
0
senokica
smoga gevin g sperti hildan dulu
2023-06-01
0