Sarapan pagi selalu menjadi hal yang menyenangkan untuk keluarga bahagia nan lengkap, begitupun dengan keluarga Asa.
Sejak tadi senyuman manis menghiasi wajah Asa hanya untuk memperlihatkan pada semua orang bahwa dia baik-baik saja.
Asa sedang duduk berhadapan dengan sang bunda, di samping kirinya ada ayah Samuel yang tampak serius dengan hidangan di atas meja.
Sesekali gadis itu melirik ayahnya yang berwajah dingin.
"Asa mau numpang mobil ayah, kan searah," ucap Asa akhirnya.
Tidak ada pergerakan apapun dari Samuel, bahkan menganggukkan kepala tidak.
Ara yang menyadari lantas bicara. "Boleh banget dong Sayang, lagian ayah setelah sarapan berangkat, kalian bisa barengan."
"Ah iya, Ayana kok belum muncul ya, Bun? Tadi Asa udah ...."
"Huaaaaaaa Ayana udah telat Ayah, Bunda! Ayana lupa ada jadwal pagi banget!"
Suara pekikan itu terdengar dari anak tangga, tidak lama kemudian yang menimbulkan suara tiba dengan wajah cemberut.
Asa berdecak melihat tingkah adiknya. "Aduh itu rambutnya berantakan dek." Menghampiri Ayana dan merapikan rambutnya.
Sementara tatapan Ayana tertuju pada sang ayah yang sejak tadi menatap seolah bertanya.
"Ayana nggak bisa ikut sarapan, Ayana mau berangkat aja." Menghampiri kedua orang tuanya lalu mengecup punggung tangan.
Saat itulah ayah Samuel berdiri tanpa menghabiskan sarapannya.
"Habisin dulu, Bang!" pinta Ara.
"Nanti, takut Aya telat," sahut Samuel.
Asa bergeming melihat pemadangan yang entah ia harus menggambarkannya bagaimana. Dimulai dari ayah Samuel yang mengecup kening bunda Ara, lalu ayah Samuel menarik tangan Ayana.
"Ayo ayah antar!" ajak Samuel.
Melihat hal tersebut Asa buru-buru minum dan mengambil tasnya. Menyalimi punggung tangan bunda Ara lalu berlari menyaimbangkan langkah dengan Ayana dan ayah Samuel.
"Jadi kita anter Ayana dulu, Yah?"
"Kamu naik taksi aja," sahut Samuel setelah Ayana berada di dalam mobil.
Asa lantas mendongak untuk menatap ayahnya. "Nggak papa kok Yah, Asa nggak bakal telat kalau nganter Ayana dulu, lagian sepulang dari sekolah Ayana, ayah lewatin sekolah Asa," ucapnya masih mempertahankan keinginan untuk berangkat bersama.
Tidak salahkan Asa meminta diantar oleh ayah Samuel? Terlebih kantor dan sekolah searah, berbeda dengan sekolah Ayana yang memang berlawanan Arah.
"Ayah bilang naik taksi Asa! Kamu itu udah besar jangan keras kepala!"
"Tapi Yah, Asa juga pengen dianter sama ...."
"Ayah buruan! Aku telat!"
Asa menghembuskan nafas panjang melihat ayah Samuel melajukan mobil tanpa menunggunya untuk masuk.
Dia mengusap dadanya dengan senyuman.
"Nggak papa, naik taksi juga nggak masalah," gumamnya.
Dia memperbaiki tas yang ada di punggungnya lalu melangkah keluar pagar, tapi beberapa meter dia harus berhenti karena suara klakson mobil.
"Bunda?"
"Bunda tiba-tiba ada urusan, ayo bareng bunda aja!" ajak Ara.
"Baiklah." Asa lantas masuk ke mobil bundanya.
Menikmati pagi yang cerah meski kendaraan di jalan raya mulai padat. Entah motor, mobil maupun bus yang mengantar anak sekolah.
"Kenapa diam, Sayang?" tanya Ara.
"Nggak ada Bun. Asa cuma mikir aja kalau plot twist dalam keluarga kita itu, Asa bukan anak kandung kalian."
"Kok ngomongnya ngawur?" Suara Ara sedikit tinggi. Dada wanita itu terasa sesak.
"Iya kan Asa ngawur? Bisa-bisanya mikir sejauh itu, tapi katanya ayah sama bunda nikah itu saat umur 30 tahun, sekarang umur bunda ...."
"Asa! Bunda nggak suka ya kamu ngomong sembarangan! Kamu dan Ayana tuh putri Bunda. Nggak ada angkat-angkatan. Sekali lagi mikir macem-amcem bunda ngambek," omel Ara dengan bibir mengerucut.
Asa lantas tertawa, menguyel-uyel pipi bundanya karena gemas.
"Maafin Asa, Bunda. Janji nggak mikir hal-hal gituan." Mengecup pipi bundanya.
Tepat saat mobil yang dia tumpangi berhenti, Asa segera turun. Memalambaikan tangan pada bundanya masih dengan senyuman.
Langkah Asa memasuki pagar sekolah berhenti ketika melihat kerumunan dan keributan. Bisa dipastikan siapa yang mereka tunggu-tunggu saat ini.
Asa membalik tubuhnya saat mobil Van hitam berhenti tepat di sampingnya.
"Kak Altair?" guman Asa menebak.
Dan benar saja tepat saat pintu mobil terbuka, Altair turun dari mobil dengan seragam sekolah khas SMA Angkara. Kacamata hitam menghiasi wajah tampan tersebut.
Menyapa Asa? Tidak, keduanya bersikap seolah-olah tidak kenal. Itu semua atas pemintaan Asa sendiri semalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
hafizzul iqrom
asa yg dicuekin papanya aku yg mewek😭😭😭😭
2024-05-06
0
pisces
apa sebenarnya yg terjadi sebelumnya sehingga samuel kyk gitu, mbok ya ara negur samuel biar samuel sadar klo sikap dia itu menyakiti asa maupun ara, klo seandainya asa sakit dan gak bisa bangun lagi dan dia minta samuel menyayanginya apa akan dikabulkan, sekarang malah adiknya minta dijodohin lagi 😥
2023-06-03
2
ida
kasian asa...walaupun anak musuhnya tp asa kan ndak salah
2023-06-02
0