POV Nindi.
Aku begitu syok, dan tidak menyangka dengan apa yang baru saja aku dengar dan lihat. Mas Rendra begitu perhatian pada mamanya Mawar yang sedang dirawat di rumah sakit, mereka berdua terlihat seperti sepasang suami istri. Apalagi aku mendengar kata sayang, yang keluar dari mulut Mas Rendra. Apakah itu berarti! Mas Rendra ada hubungan dengan mamanya Mawar di belakangku?
Aku yang ingin mengetahui kebenarannya, langsung datang menghampiri mereka berdua.
"Ada hubungan apa antara kalian berdua?"
Pertanyaanku itu, membuat Mas Rendra berhenti menyuapi mamanya Mawar, dan mereka berdua seperti kaget melihat kedatanganku.
"A___aku dan ..."
_______
"Nyonya bangun, kita sudah sampai di rumah sakit kasih ibu," ucap Mang Narno supirku, yang membangunkanku yang tertidur di dalam mobil.
Ternyata tadi itu aku cuman mimpi, tapi kenapa mimpi itu seperti nyata?
"Nyonya kita sudah sampai di rumah sakit." Mang Narno mengulang lagi ucapnya, yang memberitahukan kepadaku. Kalau sekarang ini, sudah sampai di rumah sakit.
"Oh iya Mang," sahutku yang segera turun dari mobil, dan segera pergi ke dalam rumah sakit.
"Aku akan membuktikan kebenaran dari mimpiku barusan. Ketika aku sudah bertemu dengan mamanya Mawar," batinku yang sudah tidak sabar, ingin bertemu dengan mamanya Mawar.
Saat aku akan menanyakan kamar rawat mamanya Mawar pada resepsionis, aku lupa tidak mengetahui nama lengkapnya.
"Astaghfirullah. Nindi ...! Kenapa kamu bisa sampai lupa sih? Tidak menanyakan pada Mawar, siapa nama mamanya?" gerutuku dalam hati yang menyalahkan diriku sendiri. Karena tadi itu, aku langsung buru-buru pergi ke rumah sakit ini, tanpa menanyakan pada Mawar. Siapa nama mamanya?
Bagaimana aku bisa bertemu dengan mamanya Mawar? Dan mengetahui hubungan antara Mas Rendra dengan mamanya Mawar. Jika aku tidak mengetahui namanya, aku benar-benar lupa, tidak menanyakan itu dulu pada Mawar. Sebelum aku pergi ke rumah sakit.
Aku menghela nafas berat, dan memutuskan menghubungi nomor telepon rumah. Sebab aku akan menyuruh Bi Narsih, untuk bertanya pada Mawar. Siapa nama mamanya?
"Semoga saja, Mawar mau memberitahukan kepada Bi Narsih nama mamanya," batinku. Ketika aku sudah selesai berbicara dengan Bi Narsih.
Saat aku akan memasukkan handphone ke dalam tas. Tiba-tiba saja, aku mendengar ada orang yang memanggil namaku.
"Nindi ..."
Aku pun segera menengok, ke arah suara orang yang memanggil namaku.
"Marsel," lirihku yang melihat Marsel mantan kekasihku, yang berada di dalam rumah sakit ini juga.
Sudah lama aku tidak bertemu dengannya, semenjak aku memutuskannya.
Aku jadi sedih jika teringat dengan kejadian 12 tahun yang lalu. Saat Marsel meminta restu pada kedua orang tuaku, tapi kedua orang tuaku tidak merestui hubunganku dengannya.
Sebab Papa dan Mama menjodohkan aku dengan Mas Rendra, aku pun terpaksa memutuskan Marsel. Karena aku tidak bisa menolak perjodohan itu, sebab kedua orang tuaku menginginkan aku menikah dengan Mas Rendra.
"Maaf Marsel, bukannya aku tidak mencintaimu. Tapi aku tidak bisa menolak perjodohan ini, keputusan Papa yang menjodohkan aku dengan Rendra tidak bisa di bantah lagi. Meski aku sudah mencoba menolak perjodohan itu," ucapku yang meminta maaf pada Marsel, sambil menitikkan air mata. Karena tidak bisa hidup bersama Marsel orang yang aku cintai.
"Aku tahu kamu mencintaiku dan aku pun juga mencintaimu. Kamu tidak perlu meminta maaf kepadaku, seharusnya aku yang minta maaf sama kamu. Karena aku tidak bisa memenuhi syarat dari kedua orang tuamu, sehingga kamu harus menerima perjodohan itu. Semoga kamu dan Rendra bahagia," sahutnya yang mendoakan kebahagiaan untukku, dan ia menghapus air mataku. Sebelum ia pergi meninggalkanku.
"Nindi. Sedang apa kamu di sini?"
Pertanyaan Marsel mengagetkanku, yang tengah mengingat kejadian dulu.
"Nindi, kenapa kamu diam saja?" tanyanya lagi. Karena tadi itu, aku tidak langsung menjawab pertanyaannya.
"Aku mau menjenguk saudaraku yang dirawat di rumah sakit ini, kalau kamu?" jawabku sambil bertanya balik.
"Aku mau mengantarkan ini." Marsel memperlihatkan pesanan makanan yang ia bawa padaku, dengan cara mengangkat dua kantung plastik yang ia pegang.
"Kamu masih sama seperti dulu, masih perhatian pada siapapun orang yang sedang sakit," sambung Marsel pelan, dan aku masih bisa mendengar sedikit ucapannya itu.
"Kamu salah, Sel. Kali ini aku menjenguk orang yang sakit, bukan berarti aku perhatian kepadanya. Tapi kali ini, aku ingin menjenguk orang sakit. Karena aku ingin mengetahui hubungan suamiku dengan mamanya Mawar yang sedang dirawat di rumah sakit ini," gumamku dalam hati.
"Aku pamit, mau mengantarkan ini dulu ya," ujar Marsel yang berpamitan pergi kepadaku. Karena dia mau mengantar pesanan makanan yang dia bawa.
Aku mengagukkan kepala sambil tersenyum manis, mempersilahkan dirinya yang akan pergi.
Saat Marsel sudah pergi meninggalkanku. Aku mendapat panggilan telepon dari Bi Narsih, yang akan memberitahukan nama mamanya Mawar kepadaku.
"Bagaimana Bi? Apakah Bibi sudah mengetahui nama mamanya Mawar?" tanyaku penasaran. Karena aku sudah tidak sabar ingin mengetahui nama mamanya Mawar.
"Sudah Nyonya. Nama mamanya Mawar adalah Marsya Azahra," jawab Bi Narsih yang sudah mengetahui nama mamanya Mawar.
"Terima kasih Bi. Saya matikan panggilan teleponnya," aku mengucapkan rasa terima kasih pada Bi Narsih. Sebelum aku mematikan panggilan teleponnya.
Aku segera pergi menghampiri resepsionis lagi. Karena aku akan menanyakan kamar rawat Marsya Azahra, agar aku bisa bertemu dengannya.
"Saya akan mencari nama pasien Marsya Azahra terlebih dahulu," ucap resepsionis yang bernama Ineke, yang akan mencari nama pasien Marsya Azahra.
"Ibu Marsya Azahra ada di kamar rawat Anggrek," sambungnya yang memberitahukan kamar rawat mamanya Mawar.
"Terima kasih," aku mengucapkan rasa terima kasih pada Ineke resepsionis rumah sakit Kasih Ibu.
Aku yang sudah mengetahui kamar rawat mamanya Mawar, segera pergi ke sana.
Saat aku sudah sampai di depan pintu kamar rawat Anggrek. Aku langsung masuk ke dalam kamar rawatnya, dan melihat seorang wanita yang berada di kamar rawat seorang diri.
"Apakah kamu ini Marsya mamanya Mawar?" tanyaku padanya. Karena aku takut salah orang, sebab aku belum pernah bertemu dengan mamanya Mawar. Meski raut wajahnya sama persis, dengan yang ada di dalam mimpiku.
"Iya. Pasti kamu Nindi istrinya Mas Rendra, iyakan?" jawabnya sambil bertanya balik padaku.
"Iya, kok kamu tahu? Padahal aku baru pertama kali bertemu denganmu," ucapku yang merasa heran dengan Marsya, yang seperti sudah mengenalku.
"Ya tentu saja aku tahu. Karena Mas Rendra sering menceritakan kamu padaku, dan menunjukkan foto kamu yang ada di handphonenya," sahutnya menjelaskan kepadaku.
"Oh begitu ya," timpalku.
"Aku minta maaf, sudah merepotkan kamu dan Mas Rendra. Karena menitipkan Mawar pada kalian berdua," ujarnya.
"Ya tidak apa-apa, ini buah untukmu." aku menaruh buah yang aku bawa di meja yang ada di dekatnya.
"Kamu di sini sendirian saja, mana suamimu?" sambungku yang tidak melihat keberadaan Adit suaminya.
"Aku menyuruh suamiku, untuk masuk kerja. Karena ada pekerjaan yang tidak bisa ia tinggalkan, sebab kemarin dia baru saja mendapatkan cuti," jawabnya.
"Kalau aku boleh tahu, kamu sakit apa?" tanyaku lagi, yang menanyakan keadaannya. Meski aku sudah tahu dari Mawar.
"Kemarin saat mau pulang ke rumah, tiba-tiba saja perutku sakit hingga mengalami kontraksi sampai harus di rawat," jawabannya sama persis dengan yang Mawar katakan padaku.
Aku pun terlibat obrolan ringan dengan Marsya, seputar tentang pengalaman kehamilan yang aku dan dia alami. Aku jadi tahu, kalau dia baru hamil lagi saat usia Mawar sudah 10 tahun sama dengan Arsen putra pertamaku.
Setelah berbicara dengannya, dan aku tidak mendapatkan bukti hubungan antara Mas Rendra dengannya. Aku segera berpamitan kepadanya, dan meninggalkannya seorang diri.
Saat aku akan masuk ke dalam mobil, aku melihat Mas Rendra yang akan masuk ke dalam rumah sakit.
"Ini masih jam kerja. Kenapa Mas Rendra datang ke rumah sakit? Pasti kedatangan dia ke sini, mau menjenguk Marsya," gumamku dalam hati.
Aku yang penasaran, memutuskan masuk ke dalam rumah sakit lagi. Dan mengikuti Mas Rendra, yang kedatangannya itu. Pasti mau menjenguk Marsya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments