"Iya, Sayang. Nanti Papa akan membelikan boneka untuk Mawar," ucap Rendra sambil menghapus air mata Mawar.
"Asyik. Terima kasih, Pah. Mawar sayang .... Papa," sahut Mawar dengan senyuman manisnya, dan ia langsung memeluk Rendra.
"Kenapa Mawar memanggil Mas, dengan panggilan Papa?" tanya Nindi yang memutuskan datang menghampiri Rendra dan Mawar, yang sedang berbicara berdua.
"Sa___sayang." Rendra kaget melihat kedatangan Nindi, yang datang menghampirinya yang sedang bersama Mawar.
"Jawab pertanyaanku, Mas! Kenapa Mawar memanggil Mas dengan panggilan Papa? Siapa sebenarnya Mawar, Mas?" tanya Nindi sekali lagi.
"Mawar itu sudah terbiasa memanggil Mas dengan panggilan Papa bukan Om, dan Mas tidak keberatan dengan panggilan itu. Kamu kenapa menanyakan tentang Mawar lagi? Padahal tadi Mas sudah bilang sama kamu, masa kamu tidak percaya dengan ucapan suami sendiri," jawab Rendra yang berusaha menjelaskan pada Nindy. Kalau Mawar itu anaknya Adit teman kerjanya.
Nindi tidak menanggapi jawaban Rendra, ia memperhatikan raut wajah Rendra dan Mawar secara bergantian.
"Apakah yang di katakan Mas Rendra itu benar?" gumamnya dalam hati yang bertanya pada dirinya sendiri.
"Mas mau mengantar Mawar ke dalam kamar tamu dulu. Ayo Mawar, Papa antarkan kamu tidur di kamar tamu," sambung Rendra berpamitan kepada Nindi. Sebelum ia mengajak Mawar pergi ke dalam kamar tamu.
"Aku merasa tidak yakin dengan jawaban dari Mas Rendra. Sebaiknya aku menyelidiki siapa Mawar sebenarnya,'' batin Nindi yang curiga dan tidak percaya dengan jawaban Rendra suaminya.
____________
Keesokan paginya.
"Selamat pagi, Sayang," sapa Rendra kepada anak dan istrinya, yang sudah menunggu kedatangannya di meja makan.
"Selamat pagi juga Ayah," sahut Arsen dan Rara secara bersamaan sambil tersenyum. Karena melihat kedatangan Rendra ayahnya, yang sudah mereka tunggu di meja makan. Untuk sarapan pagi bersama.
"Pagi Mas." Nindi pun ikut menjawab, sapaan dari Rendra suaminya.
Rendra pun mendekati Nindi, dan mencium keningnya. Sebelum ia duduk di meja makan bersama kedua anaknya.
Saat Rendra akan duduk di kursi meja makan, tiba-tiba saja Mawar yang baru datang langsung memeluk Rendra dari belakang.
"Papa, kapan Mawar bertemu dengan Mama?" tanya Mawar pada Rendra. Karena ia merindukan Mamanya, yang dirawat di rumah sakit.
Rendra melepaskan pelukan Mawar, dan berbalik ke arah Mawar yang berada di belakangnya.
"Nanti yah, Sayang. Kalau Mama sudah sembuh, dan di bolehkan pulang sama dokter. Mawar doakan saja. Semoga Mama cepat sembuh," jawab Rendra yang memberi pengertian kepada Mawar.
"Ayah, kok Mawar panggil Ayah dengan panggilan Papa sih?" tanya Arsen yang mendengar ucapan Mawar yang memanggil Rendra dengan sebutan Papa.
"Mawar itu sudah menganggap Ayah, sebagai Papanya juga, Sayang. Jadi Mawar bisa memanggil Ayah, dengan panggilan Papa bukan Om." Rendra memberikan penjelasan pada Arsen putranya.
"Rara gak suka, melihat kak Mawar dekat dengan Ayah. Apalagi sampai berpelukan seperti itu," ungkap Rara sambil melipat kedua tangannya di atas dada. Karena ia tidak suka melihat kedekatan Rendra ayahnya dengan Mawar.
"Bukannya kemarin Rara itu ingin punya kakak perempuan? Ini kak Mawar bisa Rara anggap, sebagai kakaknya Rara juga," ujar Rendra yang mengingat ucapan Rara kemarin. Saat ia mendapatkan tulisan Rara, yang menggambar sebuah keluarganya yang ada gambar seorang kakak perempuan.
"Rara kan, kemarin sudah bilang! Kalau Rara tidak jadi, berarti Rara tidak mau punya kakak perempuan. Kakaknya Rara cuman kak Arsen saja, titik." Rara berlari ke arah Nindi dan memeluknya.
Nindi pun menerima pelukan dari Rara, dan ia hanya melihat perdebatan antara anak dengan suaminya tanpa ikut campur.
"Aku akan menyelidiki tentang Mawar dan ibunya. Setelah Mas Rendra pergi bekerja," batin Nindi yang melihat kedekatan Rendra dan Mawar, yang di tunjukkan di depan kedua anaknya.
Kini Nindi berusaha menenangkan kecemburuan anak perempuannya, yang tidak suka melihat Mawar dekat dengan Rendra ayah dari kedua anaknya.
"Rara, Ayah akan tetap menjadi ayahnya Rara dan kak Arsen. Kak Mawar itu sudah terbiasa memanggil Ayah dengan panggilan Papa, tapi bukan berarti Ayah itu papanya kak Mawar. Sebaiknya, sekarang ini kita sarapan dulu yah. Rara dan kak Arsen kan mau berangkat ke sekolah," ucap Nindi yang berusaha membujuk Rara. Agar mau sarapan pagi bersama.
"Rara tidak mau sarapan pagi bersama kak Mawar," tolak Rara sambil menunjuk ke arah Mawar, yang berada tidak jauh di dekat Rendra.
"Rara. Jangan seperti itu, Nak. Ayo kita sarapan pagi bersama," ajak Rendra yang datang menghampiri Rara.
"Rara tidak mau sarapan pagi bersama kak Mawar, dan Rara juga tidak suka melihat kak Mawar berdekatan dengan Ayah," ungkap Rara yang mengeluarkan isi hatinya, yang tidak suka melihat kedekatan ayahnya dengan Mawar.
"Ayah tahu. Kalau Rara itu cemburu melihat kedekatan Ayah dengan kak Mawar, tapi kak Mawar melakukan seperti itu. Karena dia cuman mengenal Ayah di sini, dan dia itu sedang merindukan orang tuanya yang berada di rumah sakit," tutur Rendra yang memberi pengertian pada Rara.
"Yuk kita sarapan pagi bersama. Nanti Rara dan kak Arsen terlambat pergi ke sekolahnya," sambung Rendra yang berusaha mengajak Rara, untuk ikut sarapan pagi bersama.
"Iya yah," balas Rara yang akhirnya menerima ajakan dari Rendra, yang mengajaknya sarapan pagi bersama.
Mereka semua pun sarapan pagi bersama. Setelah terjadi sedikit perdebatan, di antara Rara yang cemburu melihat kedekatan Rendra dengan Mawar.
_______
"Bunda. Ayah berangkat ke kantor dulu ya," pamit Rendra pada Nindi istrinya. Ketika ia dan kedua anaknya sudah selesai sarapan pagi.
"Iya Mas," sahutnya.
"Kamu baik-baik di rumah yah, Sayang." Rendra beralih pada Mawar, yang berada di samping Nindi.
Rendra mencium kening Mawar. Sebelum ia masuk ke dalam mobil, untuk mengantar kedua anaknya pergi ke sekolah.
"Ayah, ayo buruan. Nanti aku terlambat masuk sekolah," teriak Rara yang kesal. Karena ia melihat ayahnya, mencium kening Mawar di depan matanya.
"Iya, Nak." Rendra pun bergegas masuk ke dalam mobil, dan pergi meninggalkan rumahnya. Untuk mengantarkan kedua anaknya pergi ke sekolah, dan sekalian ia pergi bekerja ke kantor.
Setelah kepergian Rendra dan kedua anaknya. Nindi segera mendekati Mawar, yang berada di dalam rumahnya.
"Mawar, Tante boleh bertanya?" tanya Nindi pada Mawar. Saat keadaan di dalam ruang tamu hanya ada mereka berdua.
"Boleh," jawab Mawar singkat.
"Mama kamu sakit apa? Dan di rawat di rumah sakit mana?" cerca Nindi yang bertanya tentang mamanya Mawar. Karena ia penasaran, dan ingin mengetahui kebenarannya.
"Kalau tidak salah, kemarin itu Mama di rawat di rumah sakit kasih ibu. Karena kemarin itu, saat kita mau pulang ke rumah. Dede bayi dalam perut Mama kontraksi, dan Mama harus di rawat dulu di rumah sakit. Hanya itu yang aku dengar, Tante." Mawar memberitahukan alamat rumah sakit, dan ia juga memberitahukan tentang apa yang ia dengar pada Nindi.
"Kamu di sini, sama Bi Narsih dulu ya. Tante ada urusan sebentar di luar," ujar Nindi yang langsung berpamitan pergi pada Mawar. Setelah mengetahui alamat rumah sakit, tempat mamanya Mawar di rawat.
"Iya Tante," sahutnya.
Nindi pun segera pergi ke rumah sakit kasih ibu, untuk melihat kondisi mamanya Mawar yang di rawat di rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit.
Nindi langsung masuk ke dalam kamar rawat mamanya Mawar. Saat ia membuka sedikit pintu kamar rawat, ia begitu syok melihat suaminya yang berada di dekat mamanya Mawar, dan mereka berdua terlihat seperti sepasang suami istri.
"Makan yang banyak, Sayang. Biar kamu dan Dede bayi sehat dan bisa cepat pulang," ucap Rendra sambil menyuapi mamanya Mawar.
Degh!
"Kenapa Mas Rendra memanggil mamanya Mawar dengan kata sayang? Ada hubungan apa antara mereka berdua?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments