Bab 4 Pertemuan pertama

Sementara itu masih di rumah sakit yang sama tapi beda lantai,

Zeevan didalam kamar inapnya mulai gelisah lantaran sang mommy tak lekas kembali, hanya ada Daddy Devan yang tengah sibuk memainkan ponselnya . Meski sedang liburan namun Daddy Devan tetap memantau langsung laporan perusahaan yang dikirim via e mail oleh sang asisten kepercayaan.

"Dad, dimana mommy.. " ucap Zee yang tidak bisa tidur,

"Mommy sedang menemani Vanya, gadis yang kamu tabrak. Why ? " tanya Daddy Devan tanpa Mengalihkan fokusnya dari layar ponsel.

"Heumm Dad.. bagaimana kondisi mereka saat ini, a.. aku.. "ucapan Zee terpotong merasa ragu menanyakan hal tersebut.

"Vanya baik baik saja hanya mengalami luka ringan dan trauma pasca kejadian, Ayahnya kini sedang di rawat di ruang intensif karena penyakit bawaan yang ternyata selama ini bersarang ditubuhnya lalu Ibu gadis itu, meninggal di dalam ruang penanganan. " ucap Daddy Devan sesekali melirik sang putra yang menekuk wajahnya.

"Apa menurut Daddy, mereka akan menuntut ke jalur hukum ?" Zee tampak melangkah mendekati tempat duduk sang ayah.

"Bisa saja, atau juga kita selesaikan lewat jalur kekeluargaan. Biasanya orang orang dengan kasta rendah seperti mereka akan menerima jalan damai jika kita menuruti keinginan mereka. Tapi apapun itu kamu akan tetap menanggung akibat dari perbuatanmu sendiri son, jadi.. " Ucapan Daddy Devan terjeda saat terdengar suara pintu kamar dibuka dari luar.

Kedua pria itu menoleh bersamaan, ternyata dokter Made. Dokter Made menyampaikan jika pasien bernama Beni telah siuman dan ingin bertemu pihak keluarga dari pelaku penabrakan.

"Dad.. " tampak Zee meragu saat harus mengikuti langkah kaki sang ayah dan dokter ke arah lantai tempat ruangan intensif steril berada.

"Everything is gonna be fine son, come on. " Daddy Devan meraih tangan sang putra lalu berjalan bergandeng beriringan.

Tiba di lorong lantai khusus tempat ruanga perawatan steril, dokter Made meminta Ayah dan Anak tersebut untuk bersiap.

Usai mengenakan pakaian medis steril sekali pakai, kini Dokter Made, Daddy Devan dan Zee berdiri di dekat ranjang pasien yang tampak membuka lemah kedua matanya.

"Tuan Beni, perkenalkan ini adalah tuan Sanders dan putranya. Mereka adalah pihak keluarga yang akan siap menerima segala tuntutan yang anda ajukan. " dokter Made berucap pelan dan sopan sembari membantu menaikkan sedikit ranjang pasien agar dalam posisi setengah duduk.

Tampak bapak Beni menatap lemah satu persatu dua pria di hadapannya. Sorot netra pak Beni tampak sedih, guratan keriput disekitar wajah semakin menandakan betapa rapuhnya beliau.

"Kami sangat meminta maaf, dan kami berjanji akan mengabulkan apapun keinginan anda pak. Mau itu lewat jalur hukum atau kekeluargaan yang pasti semua masalah harus segera di selesaikan secara damai. " ucap sopan Daddy Devan.

"Ughuk.. saya sangat sedih kala mendengar berita tentang istri saya yang meninggal dunia diruang operasi. Saya merasa gagal menjadi pelindung keluarga kecil saya, terlebih kondisi saya sekarang ini yang.. ughuk.. bisakah saya meminta satu hal pada anda tuan ?" ucap lemah pak Beni yang terdengar pelan tapi berusaha tegar sambil menatap lekat kearah Zee yang menunduk usai beradu pandang.

"Katakan pak.. apapun itu demi selesainya permasalahan ini bagi dua belah pihak.. " Daddy Devan mendekatkan diri saat pak Beni ingin membisikkan sesuatu.

Entah apa yang pak Beni bisikkan pada Daddy Devan tapi saat ini Zee tampak mengkerutkan sedikit keningnya meraba raba apa yang akan terjadi nanti.

Daddy Devan tampak mengangguk serius sesaat sebelum menarik diri dan kembali berdiri ke posisi semula.

"Saya akan penuhi keinginan anda pak, dan sebagai buktinya asisten saya akan membuatkan surat pernyataan secara resmi dan sah. Saya selaku ayah dari Zeevan Sanders pasti akan bersikap tegas dan adil percayalah. " senyum tegas Daddy Devan membuat Zee sang putra semakin penasaran.

Apa yang sebenarnya terjadi.. batin Zee pensaran.

Selanjutnya pak Beni tampak kembali berbaring dengan perasaan yang lebih tenang setidaknya masa depan putri kesayangan semata wayang akan terjamin seandainya harus menyusul sang istri pak Beni sudah merasa siap.

Maafkan bapak Vanya, semoga kamu bisa menerima keputusan bapak secara legowo. Gusti sang hyang widhi akan senantiasa menyertaimu anakku.. batin pak Beni yang sejurus kemudian tampak kembali beristirahat memejamkan mata dengan nafas teratur.

Ketika kembali ke ruang inap, Zee memberanikan diri bertanya pada sang ayah, "Dad, apa yang kalian bicarakan tadi ? kesepakatan apa sih ? "

"Tunggu saja besok, saat asisten Daddy tiba kamu akan tahu." Daddy Devan terkekeh sedikit menggoda sang putra yang masih penasaran.

"Jangan memutuskan hal yang aneh aneh tentangku tanpa persetujuan dariku Dad, aku serius. " respon Zee membalas kekehan sang Daddy.

Sampai menjelang pagi mommy Lucy tak juga kembali ke ruang inap sang putra. Zee yang gelisah lantaran tidak bisa tidur mencoba mencari sang mommy keruang inap gadis yang malang itu.

Vanya.. ya aku akan ingat nama itu baik baik.. batin Zee sambil melenggang santai menuju lantai lain tempat Vanya dan sang mommy berada.

Sementara itu, Mommy Lucy sejak lima belas menit yang lalu sudah terbangun lantaran merasakan pergerakan dari ranjang pasien.

Mommy Lucy yang tertidur sambil duduk dikursi mengerjapkan mata berkali kali saat bertanya pada Vanya yang ternyata ingin kekamar mandi.

Selesai dari kamar mandi Vanya kembali duduk disebuah sofa bersama mommy Lucy. Temaram sinar jingga tampak dari luar jendela rumah sakit pertanda matahari mulai terbit.

"Tante.. bagaimana dengan proses pemakaman ibuku ? apa aku bisa ikut mengantarkan beliau ke pusara peristirahatan terakhirnya ?" tanya Vanya sendu menatap keluar jendela.

Mata sembab tidak bisa disembunyikan, Vanya benar benar puas menangis sejak semalam dan kini hatinya harus bisa belajar mengikhlaskan agar sang ibu juga tenang di alam keabadian.

"Asal kamu berjanji, tidak akan histeris atau emosional maka aku akan dampingi kamu sampai ke pusara orang tuamu. Tapi kalau kamu tidak bisa maka sebaiknya kamu tetap dikamar ini saja. " ucap mommy Lucy keibuan sambil menepuk lembut pucuk kepala Vanya.

"Aku pasti bisa menahan diri tante, aku akan berusaha ikhlas meski sulit tapi aku tidak mau ibuku sedih melihat aku terus menangis. " Vanya tersenyum dan senyuman kali ini terlihat sangat manis.

Baru saja mengakrabkan diri dengan tante baik hati yang sejak semalam menemani dirinya tiba tiba terdengar suara kaki yang melangkah masuk usai memutar kenop pintu tanpa permisi.

"Mommy !!"

Suara seorang pria bule muda yang tampan membuat Vanya membelalakkan netranya, bukan karena tahu jika pria itu adalah pelaku penabrakan tapi jujur saja jarang sekali Vanya melihat pria setampan itu.

Astaga Gusti Sang Hyang Widhi, ganteng sekali..

Terpopuler

Comments

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

up lagi dong thor.. semangat👍

2023-06-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perayaan hari istimewa
2 Bab 2 Kecelakaan
3 Bab 3 Kehilangan ibu
4 Bab 4 Pertemuan pertama
5 Bab 5 Janji seorang ibu
6 Bab 6 Kertas Wasiat
7 Bab 7 Menolak menikah dengan pembunuh
8 Bab 8 Kembali ke rumah
9 Bab 9 Mencari Vanya
10 Bab 10 Kehilangan Bapak
11 Bab 11 Pernikahan ZeeVanya
12 Bab 12 Mie instan kuah campur telur
13 Bab 13 Malam pertama Zeevan dirumah kayu bercat biru
14 Bab 14 Pertengkaran kecil di kamar Vanya
15 Bab 15 Mengunjungi makam untuk terakhir kali
16 Bab 16 Pingsan
17 Bab 17 Menginap di hotel
18 Bab 18 Ciuman pertama
19 Bab 19 Perang bantal
20 Bab 20 Hari terakhir sebelum kembali ke Paris
21 Bab 21 Malam terakhir di Bali
22 Bab 22 Pesawat pribadi
23 Bab 23 Terbang ke Paris
24 Bab 24 Tiba di mansion Sanders
25 Bab 25 Perdebatan kecil Zee dan Daddy Devan
26 Bab 26 Kamar nuansa K pop untuk Vanya
27 Bab 27 Drama urusan mandi
28 Bab 28 Makan malam
29 Bab 29 Rencana Zee
30 Bab 30 Naik motor
31 Bab 31 Kencan
32 Bab 32 Terlambat menjemput
33 Bab 33 Tidak ingin kamu menyesal
34 Bab 34 Menghabiskan waktu di Mansion
35 Bab 35 Ciuman diatas kuda
36 Bab 36 Goes to Paris
37 Bab 37 Janjian hang out
38 Bab 38 Menjebak Zee
39 Bab 39 Gagal menjebak
40 Bab 40 Help me, Vanya
41 Bab 41 Merenggut dalam keterpaksaan
42 Bab 42 Maaf..
43 Bab 43 Berangkat ke kampus bareng
44 Bab 44 Merasa risih
45 Bab 45 Teman pertama Vanya
46 Bab 46 Tugas pertama di kelas desain
47 Bab 47 Apa masih sakit ?
48 Bab 48 Ketiduran
49 Bab 49 Mengintai diam diam.
50 Bab 50 Hari pertama Zee sebagai pegawai magang
51 Bab 51 Lunch bareng Merry
52 Bab 52 Gedung kecil rahasia
53 Bab 53 Sore hari
54 Bab 54 Pulang larut
55 Bab 55 Sofa panas
56 Bab 56 Tanda merah di leher
57 Bab 57 Selingkuh
58 Bab 58 Kecemburuan sosial
59 Bab 59 Jangan marahan
60 Bab 60 Pembalasan untuk Sabrina
61 Bab 61 Rasanya asing tapi aku suka. Seperti kamu..
62 Bab 62 Sofa ruang teather
63 Bab 63 Operasi tangkap tangan
64 Bab 64 Kecelakaan
65 Bab 65 Ancaman kartu mati
66 Bab 66 Campur tangan bestie
67 Bab 67 Pulang dari Rumah sakit
68 Bab 68 Kencan pertama sebagai pasangan suami istri
69 Bab 69 Bertemu idola
70 Bab 70 Pagelaran acara perayaan ulang tahun Kampus
71 Bab 71 Sweet ending
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Perayaan hari istimewa
2
Bab 2 Kecelakaan
3
Bab 3 Kehilangan ibu
4
Bab 4 Pertemuan pertama
5
Bab 5 Janji seorang ibu
6
Bab 6 Kertas Wasiat
7
Bab 7 Menolak menikah dengan pembunuh
8
Bab 8 Kembali ke rumah
9
Bab 9 Mencari Vanya
10
Bab 10 Kehilangan Bapak
11
Bab 11 Pernikahan ZeeVanya
12
Bab 12 Mie instan kuah campur telur
13
Bab 13 Malam pertama Zeevan dirumah kayu bercat biru
14
Bab 14 Pertengkaran kecil di kamar Vanya
15
Bab 15 Mengunjungi makam untuk terakhir kali
16
Bab 16 Pingsan
17
Bab 17 Menginap di hotel
18
Bab 18 Ciuman pertama
19
Bab 19 Perang bantal
20
Bab 20 Hari terakhir sebelum kembali ke Paris
21
Bab 21 Malam terakhir di Bali
22
Bab 22 Pesawat pribadi
23
Bab 23 Terbang ke Paris
24
Bab 24 Tiba di mansion Sanders
25
Bab 25 Perdebatan kecil Zee dan Daddy Devan
26
Bab 26 Kamar nuansa K pop untuk Vanya
27
Bab 27 Drama urusan mandi
28
Bab 28 Makan malam
29
Bab 29 Rencana Zee
30
Bab 30 Naik motor
31
Bab 31 Kencan
32
Bab 32 Terlambat menjemput
33
Bab 33 Tidak ingin kamu menyesal
34
Bab 34 Menghabiskan waktu di Mansion
35
Bab 35 Ciuman diatas kuda
36
Bab 36 Goes to Paris
37
Bab 37 Janjian hang out
38
Bab 38 Menjebak Zee
39
Bab 39 Gagal menjebak
40
Bab 40 Help me, Vanya
41
Bab 41 Merenggut dalam keterpaksaan
42
Bab 42 Maaf..
43
Bab 43 Berangkat ke kampus bareng
44
Bab 44 Merasa risih
45
Bab 45 Teman pertama Vanya
46
Bab 46 Tugas pertama di kelas desain
47
Bab 47 Apa masih sakit ?
48
Bab 48 Ketiduran
49
Bab 49 Mengintai diam diam.
50
Bab 50 Hari pertama Zee sebagai pegawai magang
51
Bab 51 Lunch bareng Merry
52
Bab 52 Gedung kecil rahasia
53
Bab 53 Sore hari
54
Bab 54 Pulang larut
55
Bab 55 Sofa panas
56
Bab 56 Tanda merah di leher
57
Bab 57 Selingkuh
58
Bab 58 Kecemburuan sosial
59
Bab 59 Jangan marahan
60
Bab 60 Pembalasan untuk Sabrina
61
Bab 61 Rasanya asing tapi aku suka. Seperti kamu..
62
Bab 62 Sofa ruang teather
63
Bab 63 Operasi tangkap tangan
64
Bab 64 Kecelakaan
65
Bab 65 Ancaman kartu mati
66
Bab 66 Campur tangan bestie
67
Bab 67 Pulang dari Rumah sakit
68
Bab 68 Kencan pertama sebagai pasangan suami istri
69
Bab 69 Bertemu idola
70
Bab 70 Pagelaran acara perayaan ulang tahun Kampus
71
Bab 71 Sweet ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!