Bab 3 Kehilangan ibu

Situasi didalam ruang tindakan operasi darurat tidak selancar yang seharusnya, kondisi ibu Rahma mengalami penurunan usai ditemukan pendarahan di bagian dalam kepala yang merusak sistem syaraf dibagian belakang otak.

Selain itu pada bagian punggung yang awalnya hanya tampak lebam lecet ternyata juga terdapat patah di beberapa bagian tulang, operasi yang seharusnya berlangsung kurang dari tiga jam kini sudah lebih dari enam jam dan lampu operasi diatas pintu ruang tindakan belum juga padam.

Hal yang sama namun sedikit berbeda, Bapak Beni sudah dipindahkan keruangan intensif dengan beberapa peralatan medis yang masih menempel ditubuh.

Luka yang dialami pak Beni mampu diatasi dengan baik hanya saja sayangnya, pak Beni menderita penyakit bawaan yang membuat dirinya tidak bisa langsung dipindah ke ruang perawatan justru harus mendapatkan penanganan intensif disebuah ruangan steril khusus yang tidak seorangpun boleh masuk kecuali tim medis.

Sedangkan Vanya..

Sudah sejak satu jam yang lalu dia sadarkan diri namun kondisinya seakan mengalami rasa trauma yang membuat Vanya tidak mau merespon dokter yang menangani.

Vanya hanya terbaring dengan pandangan kosong menatap langit langit kamar yang berwarna biru pucat , seakan Vanya belum bisa menerima kejadian naas yang dialami keluarganya.

Hiks.. hiks...

Perlahan Vanya mulai terisak kala teringat bagaimana saat kecelakaan itu terjadi,

..."Awas !!!" teriakan bapak kala itu yang seketika membuat ibu memeluk Vanya yang juga terkejut lantaran sebuah mobil melaju terlalu kencang dan tiba tiba menghantam mereka sekeluarga....

Sebelum pingsan Vanya sempat melihat bagaimana bapak dan ibu tetap tersenyum meski tubuh mereka pasti menahan sakit yang luar biasa demi melindungi dirinya.

"Bapak~ Ibu~ hiks.. " Vanya mulai menangis, suara sesegukan mengiringi air mata yang semakin membasahi wajahnya.

Sekelebat ingatan tentang perayaan hari ulang tahun yang sederhana namun meriah, semakin membuat Vanya larut dalam rasa kesedihan dan tiba tiba saja..

"Bapak~ Ibu~ Aku harus mencari dimana mereka di rawat. " Vanya berjalan tertatih dengan selang infus yang masih menancap dan beberapa luka berbalut perban di tangan dan kepala.

Sepi..

Lorong rumah sakit tempat kamar Vanya berada sepi dan itu semakin membuat Vanya kebingungan kemana dia harus bertanya untuk menemukan kamar rawat kedua orang tuanya.

Perasaan cemas, gelisah bercampur khawatir Langkah Vanya yang tertatih itu tertahan saat sepasang orang dewasa bersama seorang dokter berjalan menuju kearahnya.

"Dok.. Dokter !! tolong bantu saya menemukan kamar rawat bapak dan ibu dok, tolong... hiks... " lirih Vanya berucap tak mampu menahan emosi kesedihannya.

"Nak, tenangkan dirimu ayo kita kembali ke kamarmu dan bicara. " ucapan lembut seorang wanita paruh baya yang cantik dan sangat keibuan.

"Tante.. tolong antarkan saya ke tempat resepsionis, saya harus mencari keberadaan bapak dan ibu, kami kerumah sakit ini bersama harusnya berada diruangan yang sama tapi saya tidak menemukan mereka huhuhuuu..." Vanya lagi lagi menangis tapi kali ini sebuah pelukan hangat seolah mengurangi sedikit kecemasan yang Vanya rasakan.

Pasangan orang dewasa itu adalah Lucy dan Devan Sanders, orang tua dari pelaku kejadian.

"Sshhh.. tenang ya semua pasti akan baik baik saja, ayo.. " Mommy Lucy membantu memapah Vanya kembali ke kamarnya.

Sedangkan Devan Sanders berjalan dibelakang bersama seorang dokter yang diperintahkan secara khusus untuk merawat Vanya.

Daddy Dev dan dokter sempat saling melempar pandang usai masuk ke dalam ruang perawatan.

Vanya di rawat di kamar VIP, tentu saja keluarga Sanders yang menanggung semua biayanya tanpa sepengetahuan Vanya yang bahkan tidak mungkin menyadari hal tersebut.

Kini Vanya sudah kembali duduk diatas ranjang pasien dengan mommy Lucy yang menggenggam erat tangan Vanya seolah menyalurkan kekuatan.

"Nak.. kami memiliki kabar bersangkutan dengan kedua orang tuamu, Pasien bernama Beni saat ini tengah mendapatkan perawatan intensif di ruang steril. Kondisi pasien stabil meski memiliki riwayat penyakit bawaan namun tindakan operasi berjalan dengan lancar. " ucap sang dokter berusaha mengatakan dengan cara yang sehalus mungkin agar jangan sampai Vanya semakin histeris emosional.

"Hiks~ bapak~ huhuhuuu... " Vanya menangis lagi tersedu dan mommy Lucy masih senantiasa menguatkan lewat usapan lembut di punggung tangan.

Ketiga orang dewasa itu kembali saling tatap seolah saling meyakinkan satu sama lain jika satu lagi berita tentang ibu pasien yang harus di sampaikan,

"Dan untuk pasien ibu Rahma, maaf tapi beliau tidak bisa diselamatkan. Tim dokter sudah berusaha lebih dari yang seharusnya namun pendarahan dibagian kepala merusak susuan syaraf otak dan itu membuat pasien gagal merespon hingga meninggal dunia saat masih dalam ruang tindakan. " ucapan dokter terdengar seperti suara petir yang menggelegar memekakan telinga,

NGIIINGGGG..

Vanya seperti tersetrum aliran listrik dahsyat dan membuat tubuhnya mematung tak percaya, "ibu~ ibu pasti baik baik saja kan dok, apa dokter sedang bercanda karena ini adalah hari ulang tahun saya ? hahahaaa itu sama sekali tidak lucu dokter !!"

Sekejap ekspresi Vanya seperti ingin menangis lalu sekejap lagi tertawa menganggap apa yang diucapkan dokter hanyalah bualan semata.

"Ibu dan bapak pasti Selamat kan dok, ayolah bawa saya menemui mereka. Bapak dan Ibu memang sering bercanda dirumah tapi kali ini candaan mereka sama sekali tidak lucu. Hahahaa.. saya harus memastikan langsung, tolong bawa saya menemui mereka dokter. " tubuh Vanya gemetar berusaha menutupi kabar buruk yang disampaikan dokter tentang kedua orang tuanya.

Nafas Vanya terasa sesak naik turun, seperti dirinya ingin menolak semua fakta yang terjadi lalu tiba tiba ,

Brugh..

Tubuh Vanya terkulai pingsan tepat ke arah mommy Lucy yang kemudian dengan sigap menangkap punggung Vanya.

Daddy Devan dan dokter juga sigap membenarkan posisi pasien lalu menyuntikkan satu dosis cairan obat penenang lewat selang infus.

"Kasihan sekali gadis kecil ini, dalam satu kejadian dia harus kehilangan sosok ibu yang pasti sangat dia sayangi. Sayangku... " Mommy Lucy menatap sang suami dengan netra penuh harap harap cemas.

"Kita akan lakukan yang terbaik sayang, kamu ingin menunggui gadis kecil ini atau ikut aku kembali ke kamar Zee ?" suara Daddy Devan selalu terdengar lembut dan hanya pada mommy Lucy dia bersikap selembut itu.

"Dokter, pastikan pasien ini beserta ayahnya mendapatkan perawatan terbaik, soal administrasi anggap saja beres. Asistenku akan mengurus semuanya. " tatap tajam Daddy Devan membuat dokter mengangguk hormat setuju.

"Baik tuan Dev, lalu bagaimana dengan proses pemakaman pasien bernama Rahma apakah kita tunggu pasien ini sadar atau kita lakukan tindakan sekarang juga ?" jasad ibu Rahma masih bersemayam di kamar jenasah.

Pihak rumah sakit masih menunggu keputusan selanjutnya karena tim medis tidak berani mengambil tindakan tanpa persetujuan pihak keluarga.

Terpopuler

Comments

mama Al

mama Al

ya Allah yang sabar Vanya

2023-06-24

2

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

🦋⃟‌Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ

pasti tuh hari paling sedih disaat hari ultah nya yang seharusnya bahagia harus kehilangan ibunya tuk selamanya🥺🥺.. lanjut semangat💪👍👍

2023-06-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Perayaan hari istimewa
2 Bab 2 Kecelakaan
3 Bab 3 Kehilangan ibu
4 Bab 4 Pertemuan pertama
5 Bab 5 Janji seorang ibu
6 Bab 6 Kertas Wasiat
7 Bab 7 Menolak menikah dengan pembunuh
8 Bab 8 Kembali ke rumah
9 Bab 9 Mencari Vanya
10 Bab 10 Kehilangan Bapak
11 Bab 11 Pernikahan ZeeVanya
12 Bab 12 Mie instan kuah campur telur
13 Bab 13 Malam pertama Zeevan dirumah kayu bercat biru
14 Bab 14 Pertengkaran kecil di kamar Vanya
15 Bab 15 Mengunjungi makam untuk terakhir kali
16 Bab 16 Pingsan
17 Bab 17 Menginap di hotel
18 Bab 18 Ciuman pertama
19 Bab 19 Perang bantal
20 Bab 20 Hari terakhir sebelum kembali ke Paris
21 Bab 21 Malam terakhir di Bali
22 Bab 22 Pesawat pribadi
23 Bab 23 Terbang ke Paris
24 Bab 24 Tiba di mansion Sanders
25 Bab 25 Perdebatan kecil Zee dan Daddy Devan
26 Bab 26 Kamar nuansa K pop untuk Vanya
27 Bab 27 Drama urusan mandi
28 Bab 28 Makan malam
29 Bab 29 Rencana Zee
30 Bab 30 Naik motor
31 Bab 31 Kencan
32 Bab 32 Terlambat menjemput
33 Bab 33 Tidak ingin kamu menyesal
34 Bab 34 Menghabiskan waktu di Mansion
35 Bab 35 Ciuman diatas kuda
36 Bab 36 Goes to Paris
37 Bab 37 Janjian hang out
38 Bab 38 Menjebak Zee
39 Bab 39 Gagal menjebak
40 Bab 40 Help me, Vanya
41 Bab 41 Merenggut dalam keterpaksaan
42 Bab 42 Maaf..
43 Bab 43 Berangkat ke kampus bareng
44 Bab 44 Merasa risih
45 Bab 45 Teman pertama Vanya
46 Bab 46 Tugas pertama di kelas desain
47 Bab 47 Apa masih sakit ?
48 Bab 48 Ketiduran
49 Bab 49 Mengintai diam diam.
50 Bab 50 Hari pertama Zee sebagai pegawai magang
51 Bab 51 Lunch bareng Merry
52 Bab 52 Gedung kecil rahasia
53 Bab 53 Sore hari
54 Bab 54 Pulang larut
55 Bab 55 Sofa panas
56 Bab 56 Tanda merah di leher
57 Bab 57 Selingkuh
58 Bab 58 Kecemburuan sosial
59 Bab 59 Jangan marahan
60 Bab 60 Pembalasan untuk Sabrina
61 Bab 61 Rasanya asing tapi aku suka. Seperti kamu..
62 Bab 62 Sofa ruang teather
63 Bab 63 Operasi tangkap tangan
64 Bab 64 Kecelakaan
65 Bab 65 Ancaman kartu mati
66 Bab 66 Campur tangan bestie
67 Bab 67 Pulang dari Rumah sakit
68 Bab 68 Kencan pertama sebagai pasangan suami istri
69 Bab 69 Bertemu idola
70 Bab 70 Pagelaran acara perayaan ulang tahun Kampus
71 Bab 71 Sweet ending
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 Perayaan hari istimewa
2
Bab 2 Kecelakaan
3
Bab 3 Kehilangan ibu
4
Bab 4 Pertemuan pertama
5
Bab 5 Janji seorang ibu
6
Bab 6 Kertas Wasiat
7
Bab 7 Menolak menikah dengan pembunuh
8
Bab 8 Kembali ke rumah
9
Bab 9 Mencari Vanya
10
Bab 10 Kehilangan Bapak
11
Bab 11 Pernikahan ZeeVanya
12
Bab 12 Mie instan kuah campur telur
13
Bab 13 Malam pertama Zeevan dirumah kayu bercat biru
14
Bab 14 Pertengkaran kecil di kamar Vanya
15
Bab 15 Mengunjungi makam untuk terakhir kali
16
Bab 16 Pingsan
17
Bab 17 Menginap di hotel
18
Bab 18 Ciuman pertama
19
Bab 19 Perang bantal
20
Bab 20 Hari terakhir sebelum kembali ke Paris
21
Bab 21 Malam terakhir di Bali
22
Bab 22 Pesawat pribadi
23
Bab 23 Terbang ke Paris
24
Bab 24 Tiba di mansion Sanders
25
Bab 25 Perdebatan kecil Zee dan Daddy Devan
26
Bab 26 Kamar nuansa K pop untuk Vanya
27
Bab 27 Drama urusan mandi
28
Bab 28 Makan malam
29
Bab 29 Rencana Zee
30
Bab 30 Naik motor
31
Bab 31 Kencan
32
Bab 32 Terlambat menjemput
33
Bab 33 Tidak ingin kamu menyesal
34
Bab 34 Menghabiskan waktu di Mansion
35
Bab 35 Ciuman diatas kuda
36
Bab 36 Goes to Paris
37
Bab 37 Janjian hang out
38
Bab 38 Menjebak Zee
39
Bab 39 Gagal menjebak
40
Bab 40 Help me, Vanya
41
Bab 41 Merenggut dalam keterpaksaan
42
Bab 42 Maaf..
43
Bab 43 Berangkat ke kampus bareng
44
Bab 44 Merasa risih
45
Bab 45 Teman pertama Vanya
46
Bab 46 Tugas pertama di kelas desain
47
Bab 47 Apa masih sakit ?
48
Bab 48 Ketiduran
49
Bab 49 Mengintai diam diam.
50
Bab 50 Hari pertama Zee sebagai pegawai magang
51
Bab 51 Lunch bareng Merry
52
Bab 52 Gedung kecil rahasia
53
Bab 53 Sore hari
54
Bab 54 Pulang larut
55
Bab 55 Sofa panas
56
Bab 56 Tanda merah di leher
57
Bab 57 Selingkuh
58
Bab 58 Kecemburuan sosial
59
Bab 59 Jangan marahan
60
Bab 60 Pembalasan untuk Sabrina
61
Bab 61 Rasanya asing tapi aku suka. Seperti kamu..
62
Bab 62 Sofa ruang teather
63
Bab 63 Operasi tangkap tangan
64
Bab 64 Kecelakaan
65
Bab 65 Ancaman kartu mati
66
Bab 66 Campur tangan bestie
67
Bab 67 Pulang dari Rumah sakit
68
Bab 68 Kencan pertama sebagai pasangan suami istri
69
Bab 69 Bertemu idola
70
Bab 70 Pagelaran acara perayaan ulang tahun Kampus
71
Bab 71 Sweet ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!