Part 3

Ketika malam tiba keluarga Zaidan sudah kembali ke pondok meninggalkan Zaidan di rumah Syahira dan besoknya mereka berdua akan kembali ke pondok, namun kali ini Syahira kembali sebagai istri dari Zaidan bukan seorang santri lagi.

Syahira duduk bersama keluarganya, tapi tidak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Syahira merasa gugup dengan adanya Zaidan di rumah, Syahira juga tidak kunjung melepaskan cadarnya di hari-hari biasanya Syahira kadang-kadang melepaskan cadarnya karena tidak ada orang lain di rumah tapi sekarang ada Zaidan di tengah-tengah mereka meskipun sudah sah tapi Syahira yang belum terbiasa merasa canggung.

Begitu juga Zaidan yang hanya berbicara dengan abang, ibu dan ayah Syahira saja menjawab beberapa pertanyaan dari mereka.

" Usman ini sudah malam biarkan ustadz Zaidan istirahat. Syahira ajak suami kamu ke kamar" ucap ummi Fatimah meminta.

" Iya ummi, mari ustadz" ucap Syahira sopan dan juga masih segan dengan Zaidan.

Zaidan merasa canggung dengan apa yang diucapkan Syahira dan ummi Fatimah tapi mereka sudah menjadi suami istri pastinya mereka akan tidur satu kamar.

Zaidan meminta izin terlebih dahulu kepada Usman dan kiyai Mansur sebagai rasa hormat, dan bangun dari tempat duduknya mengikuti Syahira yang membawanya ke kamarnya.

Ceklekkk!

Suara pintu terbuka, Zaidan yang masih ragu untuk masuk berdiri di depan pintu beberapa saat kemudian barulah dia masuk setelah meyakinkan dirinya sendiri. Sementara Syahira masih berdiri di depan pintu seraya memegang handle pintu.

Ummi Fatimah yang melihat Syahira masih berdiri tidak bergerak di depan pintu berinisiatif membantu anaknya yang masih canggung dan kaku itu tidak lupa juga wajah tersenyum yang diperlihatkan merasa lucu dengan anaknya sendiri.

" Syahira kenapa masih berdiri di sini, udah nggak papa! Sana masuk, buat cucu yang menggemaskan untuk ummi dan Abah. Jangan lupa kunci pintunya" ucap ummi Fatimah mendorong Syahira masuk ke dalam dan menutup pintu kamar, Fatimah mengerti situasi anaknya saat ini yang masih merasa canggung.

Untung saja Zaidan tidak mendengar apa yang dikatakan oleh ummi Fatimah, kalau sampai Zaidan mendengarnya Syahira pasti sangat malu dibuatnya.

Zaidan masih fokus melihat isi kamar Syahira yang sangat rapi, semua tertata sangat rapi di tempatnya. Rasa canggung semakin mendominasi keduanya, namun Zaidan sebisa mungkin mencoba untuk tidak memperlihatkan pada Syahira. Syahira yang tidak pernah membawa masuk siapapun ke kamarnya apalagi seorang laki-laki masih enggan bergerak di tempatnya berdiri.

Zaidan yang merasa Syahira masih belum bergerak dari tempatnya menoleh ke belakang dan mendapati Syahira terlihat bengong di sana.

" Maaf membuat kamu tidak nyaman" ucap Zaidan merasa tidak enak dengan Syahira. Zaidan mengucap kata 'kamu' untuk Syahira karena merasa usia Syahira yang dibawanya.

" Saya tidak akan berbuat yang macam-macam jadi kamu tenang saja" sambung Zaidan seolah mengerti apa yang menjadi beban pikiran Syahira.

" Maaf ustadz...saya" Syahira bingung harus bersikap seperti apa untuk saat ini.

" Saya mengerti, kalau kamu merasa tidak nyaman saya akan tidur di sofa" ucap Zaidan.

Satu poin plus muncul di benak Syahira tentang Zaidan, Zaidan yang begitu pengertian dan juga tidak memaksa kehendaknya padahal bisa saja Zaidan protes sekarang karena dia adalah suami Syahira dan apa yang dilakukan Zaidan membuat hati Syahira tersentuh.

" Ustadz bisa tidur di kasur biar saya yang tidur di sofa" balas Syahira merasa tidak enak dengan Zaidan yang begitu pengertian.

" Tidak apa-apa biar saya aja yang tidur di situ," balas Zaidan lagi.

" Kalau begitu kita tidur di kasur saja" ucap Syahira. Tidak mungkin dia membiarkan Zaidan tidur di sofa apalagi sofa yang ada di kamar Syahira tidak akan bisa membuat Zaidan nyaman, Zaidan begitu tinggi pasti tidak akan cukup untuk Zaidan.

" Apa kamu yakin?"Tanya Zaidan memastikan.

" Saya yakin, saya juga tidak mau Allah murka terhadap saya" ucap Syahira, Syahira yang sudah belajar ilmu agama tentu saja paham dengan apa balasan yang akan dia dapatkan.

" Kalau begitu saya juga bisa mendapatkan hak saya malam ini!"

Syahira mematung mendengar apa yang keluar dari mulut Zaidan, Syahira mengeti apa yang dimaksud Zaidan tapi dia belum siap untuk yang satu itu, Syahira menatap ke arah Zaidan berdiri kemudian kembali menunduk karena merasa gugup dan juga takut. Syahira bingung harus menjawab apa sekarang, membiarkan Zaidan mendapatkan haknya tali Syahira belum siap, menolak juga akan membuat Allah marah padanya.

Syahira terdiam membisu tidak berani menjawab apa-apa, dia sedang mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

" Saya hanya bercanda, kalau begitu boleh saya ke kamar mandi sebentar!" Ucap Zaidan kemudian, ada sedikit lega di hati Syahira ketika Zaidan mengucapkan itu tapi ada perasaan tidak enak juga karena secara tidak langsung Syahira sudah menolak suaminya.

" Di mana kamar mandinya?" Tanya Zaidan lagi

" Di sebelah sana ustadz," balas Syahira.

" Terima kasih, dan ya!  Tidak perlu memanggil saya ustadz, saya ini suami kamu" ucap Zaidan sebelum meninggalkan Syahira yang masih betah berdiri di tempatnya.

Setelah Zaidan masuk ke dalam kamar mandi, Syahira semakin tidak enak hari hati dengan Zaidan meskipun mereka baru saja bertemu tapi Zaidan tetaplah suaminya yang sah Dimata negara dan juga agama. Allah sudah menghalalkan mereka sebagai sepasang suami istri, sebuah takdir yang Syahira sendiri tidak bisa menolaknya.

" Apa yang harus aku lakukan sekarang, apa aku harus memberikan haknya malam ini tapi aku... Tapi aku juga takut Allah akan murka terhadapku kalau menolak suami"  Syahira di buat bingung dengan pikirannya sendiri di satu sisi dia belum siap tapi di sisi yang lain takut Allah akan murka terhadapnya.

Syahira menarik napas panjang kemudian menghembuskannya pelan, berjalan ke arah tempat tidur dan duduk di tepi kasur.

Ceklekkk!

Suara pintu kamar mandi terbuka membuyarkan lamunan Syahira dan berdiri kembali. Zaidan merasa gemas sendiri melihat sikap malu-malu Syahira, di tambah Syahira masih saja menggunakan cadarnya padahal sudah ada di kamar. Zaidan melangkah mendekati Syahira, saat di kamar mandi Zaidan meyakinkan dirinya sendiri untuk bersikap santai apalagi dia seorang laki-laki tidak mungkin mereka akan terus canggung seperti sepanjang malam.

" Syahira apa saya bisa meminta sesuatu sama kamu?" Tanya Zaidan ketika sudah ada di dekat Syahira, Syahira menatap ke arah Zaidan dan Zaidan paham dengan itu.

" Tenang saja, saya hanya meminta kamu melepaskan cadar dan hijab kamu saya ingin melihat wajah kamu, kamu tidak keberatan kan?" Sambung Zaidan tidak mau Syahira salah paham dengan permintaannya. Sudah sejak tadi Zaidan ingin melihat wajah istrinya tapi Syahira yang masih malu-malu tidak kunjung melepaskan cadarnya.

Syahira mengangguk tanda tidak keberatan dengan permintaan Zaidan perlahan membuka cadarnya. Begitu cadar lepas dari wajah sang istri Zaidan terpana dengan kecantikan Syahira yang alami.

" Subhanallah," ucap Zaidan mengagumi kecantikan istrinya, begitu juga saat Syahira melepaskan hijab yang dia kenakan.

" Apa boleh saya meminta kalau sedang di kamar seperti ini kamu tidak tetap seperti ini saja" Tanya Zaidan lagi. Syahira mengangguk tanda tidak keberatan denga apa yang di pinta sang suami.

" Terima kasih, kalau begitu istirahatlah saya tidak akan mengganggu kamu lagi. Tapi kamu yakin saya bisa tidur di tempat tidur kamu?" ucap Zaidan.

" Iya silahkan. Saya permisi ingin ke kamar mandi sebentar" ucap Syahira.

Terpopuler

Comments

王贝瑞

王贝瑞

Waduh buat cucu😄

2023-06-24

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!