...🍁🍁🍁...
Starla dengan kepanikannya mendengar suara sang ayah memanggil namanya dari luar. Tanpa sadar dia menjatuhkan alat tes kehamilannya. "Papa..."
"Starla! Kamu dimana? Papa udah pulang." ujar seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Ia memakai seragam rapi berwarna putih dengan beberapa lencana terlihat di pakaiannya. Ya, ayahnya Starla adalah seorang nahkoda.
Dengan cepat Starla mengambil alat tes kehamilan itu dan menyembunyikannya. Dia menyimpannya di laci kamar.
Tok,tok,tok!
Suara pintu yang diketuk, membuat jantung Starla berdebar semakin kuat. Tanpa ia sadari keringat bercucuran di wajahnya.
"Tenanglah Starla...tenang..." gadis itu berusaha menetralkan nafasnya perlahan-lahan. Ia tidak boleh terlihat gelisah didepan papanya.
Starla membuka pintu kamarnya, ia tersenyum melihat sesosok pria yang hampir berusia 40 tahun itu, masih terlihat muda, tampan dan gagah berdiri dihadapannya.
"Pa, papa udah pulang?" sambut Starla dengan senyuman yang dipaksakan.
Seketika senyuman di wajah Adrian menghilang kala ia melihat wajah putrinya. "Iya sayang. Tapi kamu nggak apa-apa? Wajah kamu pucat nak!"
'Apa Starla masih sedih karena Bisma memutuskan pertunangan mereka? Pasti Starla masih sedih, dia sampai sakit seperti ini' Adrian menatap putrinya dengan penuh kecemasan. Setelah Bisma memutuskan pertunangan dengan putrinya, Adrian sangat marah. Tapi saat mengetahui, ini keinginan dari Starla juga, tanpa mengetahui alasan jelasnya. Adrian berusaha untuk menerima keputusan Starla dan Bisma. Tetap saja Adrian merasa sakit hati, melihat putrinya menggalau seperti ini.
"Aku nggak apa-apa pah, cuma sedikit capek aja. Aku lagi banyak tugas, besok aku juga mulai ngajar PPL, Pa." ungkap Starla agar ayahnya tidak cemas.
"Kamu masih mikirin Bisma?" tanya Adrian seraya mengusap lembut pipi putrinya.
"Nggak pa, aku nggak mikirin dia. Ini sudah keputusan kami." Starla menggelengkan kepalanya. Dia berusaha terlihat baik-baik saja di mata Adrian.
'Aku memang masih memikirkan kak Bisma pah, tapi aku lebih memikirkan bagaimana bila aku benar-benar hamil? Aku nggak sanggup kalau sampai buat papa patah hati lagi' Jujur saja, Starla merasa bersalah setelah putusnya hubungan dengan Bisma dan keluarganya. Jika dia benar-benar hamil, pasti hal itu akan membuat hati papanya hancur. Belum lagi ia tidak tahu siapa pria yang sudah menghamilinya.
"Ya sudah kalau kamu merasa begitu. Jangan sungkan sama Papa sayang. Kamu bisa cerita apapun." Kata Adrian lembut. Setelah ibu Starla meninggal, Adrian berperan sebagai ayah dan ibu sekaligus. Dia tidak menikah lagi, karena ingin lebih fokus mengurus Starla. Padahal banyak wanita diluar sana yang tergila-gila dengan Adrian, meski pria itu sudah tidak muda lagi. Tapi Adrian menolak mereka demi fokus pada Starla. Menjadi orang tua tunggal untuk putri satu-satunya itu.
"Iya pa. Makasih pa."
"Ya udah, kita makan dulu ya sayang? Papa bawain makanan kesukaan kamu, kita makan bareng."
"Baik captain Vanders!" seru Starla seraya mengangkat tangannya dengan hormat pada papanya. Gadis itu tersenyum lebar, hingga menunjukkan dua gigi gingsulnya yang tampak manis.
Kemudian ayah dan anak itu pun makan bersama di ruang makan. Sambil makan-makan, captain Adrian Vanders alias ayah Starla, bercerita tentang ia yang melihat seorang remaja yang kebut-kebutan dan hampir menabrak orang, remaja itu juga membonceng kekasihnya. Starla hanya manggut-manggut mendengarkan cerita dari ayahnya.
****
Sore itu Saka terlihat berada didepan sebuah rumah di salah satu kompleks perumahan mewah bersama dengan pacarnya Elisa. Saka baru saja mengantar Elisa pulang, mereka habis ngedate seperti biasa. Elisa juga bertingkah manja pada Saka, karena sudah beberapa hari ini mereka tak bertemu.
"Ka, kamu kenapa sih? Dari tadi aku perhatikan kamu ngelamun terus. Kamu baik-baik aja kan beb?" tangan Elisa menangkup kedua pipi Saka, ia menatap kekasihnya dengan cemas.
"Aku nggak apa-apa sayang, mungkin aku cuma kecapean aja. Maafin aku ya sayang, aku bukan bermaksud mengabaikan kamu!" jelas Saka lembut. Saka menyadari kesalahannya, saat dia dan Elisa jalan-jalan barusan. Saka banyak mengabaikan Elisa karena memikirkan Starla.
"Iya nggak apa-apa sayang. Jutsru aku yang minta maaf sama kamu, karena udah ngajak kamu jalan...padahal kamunya lagi capek. Maaf beb," ucap gadis itu yang lalu memeluk kekasihnya. Saka membalas pelukan Elisa, matanya berkaca-kaca menyiratkan rasa bersalah pada kekasihnya karena ia sudah tidur dengan wanita lain. Dengan kata lain, Saka sudah mengkhianatinya.
"Nggak sayang, ini salah aku. Maafin aku sayang." ucap Saka merasa bersalah, kemudian dia mengurai pelukannya. Dia belai rambut panjang sebahu Elisa dengan penuh kasih sayang.
"Kalau kamu merasa bersalah. Bisa nggak kamu kabulin satu permintaan aku?" tanya Elisa dengan tatapan intens pada kekasihnya. Tak hanya itu, dia juga menggigit bibir bagian bawahnya sendiri.
"Apa sayang?"
"Cium aku, beb."
"Hah?" Saka terperangah mendengar ucapan Elisa, seakan tak percaya dengan ucapan pacarnya itu.
"Kita kan pacaran dan belum pernah ciuman. Aku mau ciuman sama kamu, beb." ucap Elisa dengan tatapan penuh gairah pada pacarnya itu. Selama berpacaran dengan Saka, ia belum pernah melakukan hal intens, hanya sekedar pegangan tangan saja. Padahal berciuman adalah hal lumrah yang dilakukan sepasang kekasih. Bagi anak-anak zaman sekarang seperti Elisa.
"O-oke..." Saka merasa gugup. Kemudian dia pun mendekatkan wajahnya pada wajah Elisa. Debaran jantung Saka terdengar begitu kencang saat melihat Elisa yang terlihat pasrah untuk diciumnya. Gadis itu memejamkan mata, menanti ciuman dari Saka. Namun, hanya tinggal 2 sentimeter lagi bibir itu bersentuhan. Wajah Starla tiba-tiba saja muncul di pikiran Saka, bahkan yang Saka lihat saat ini bukanlah Elisa, melainkan Starla.
"Shiit!" umpat Saka yang lalu menjauhkan wajahnya dari Elisa. Mendengar umpatan itu, Elisa langsung membuka matanya.
Kenapa gue lihat wajah si guru ppl itu terus sih?
"Beb! Kamu bilang apa?" tanya Elisa tak mengerti. "Kamu marah sama aku?"
"No...no sayang, bukan sama kamu. Aku...aku tiba-tiba ngerasa sakit perut. Aku pulang dulu ya sayang." Saka pergi buru-buru dari rumah Elisa dengan mengendarai motor sportnya itu. Saka terus terbayang-bayang wajah Starla, apalagi kejadian malam itu. Namun Saka yakin, bila Starla tidak mengenalnya.
****
Untuk memastikan dia benar-benar hamil atau tidak, Starla pergi ke rumah sakit malam itu secara diam-diam tanpa ditemani siapapun. Ya, biasanya kemana-mana ia selalu ditemani Vita atau Gina. Kali ini dia pergi sendiri. Starla memeriksakan dirinya pada dokter dan benar saja, hasilnya Starla menang positif hamil. Meskipun garis samar-samar, tapi bisa dipastikan ada janin yang sedang tumbuh disana.
Sialnya! Starla merasa lemas setelah mengetahui fakta itu. "Ternyata beneran hamil." gumam Starla yang saat itu juga ingin menangis. Tapi ia tahan, karena rumah sakit adalah tempat umum. Dadanya sesak, sungguh sesak. Apa yang akan dikatakan papanya nanti bila papanya tau semua ini? Lalu apa yang harus ia lakukan dengan janin ini?
Dreett...dreet...
Saat dalam perjalanan pulang kembali ke rumahnya, ponsel Starla berdering. Starla melihat nama si penelpon itu dan langsung mengangkatnya.
"Halo."
"Star! Gue sama Galang udah nemuin siapa pemilik jam tangan ini."
Deg!
Starla bergeming mendengarnya, matanya melebar dan jantungnya berdebar.
...****...
Hayo mana komennya dong, nanti author tambah satu bab lagi 😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
RpeeWirana
keren ceritanya😊😊😊😊
2023-09-22
0
Tiahsutiah
semoa saka mau tanggung jawab
2023-08-12
0
Sugiharti Rusli
kasihan Starla, akibat rasa iri dari teman sendiri malah nusuk dari belakang
2023-08-07
0