Karena perasaan takutnya yang semakin membesar, dengan reflek Shanika menarik gagang pintu Apartementnya sambil berkata “Se-sepertinya anda salah alamat!” yang seketika itu juga membuat Xyan yang ada dihadapannya segera menahan pintu Apartement Shanika tertutup dari luar “Apa-apaan ini?!” gerutu Xyan dengan ekspresi kesalnya.
“Akh! Pe-pergilah! Atau aku akan memanggil petugas keamanan dan polisi juga untuk menangkapmu!” panik Shanika sambil terus menarik gagang pintu Apartemennya yang ditahan dengan sangat kuat oleh Xyan dari luar.
Sedangkan Xyan yang mendengar perkataan Shanika dan melihat ekspresi panik dari wajah wanita itu langsung menghela nafas frustasinya dengan cukup kasar, setelah itu kembali berkata “Kamu kira aku datang ke sini untuk melukaimu, hah?” dengan nada bicaranya yang penuh penekanan kepada Shanika.
“Ka-kamu akan melukaiku?!” balas Shanika yang salah menangkap maksud dari perkataan Xyan dengan perasaan yang semakin ketakutan.
“Ah! Tidak! Aku datang ke sini hanya untuk memberimu peringatan saja. Jadi, dengarkan baik-baik!” ucap Xyan lagi, yang beberapa detik kemudian membuat Shanika berhenti menarik gagang pintu Apartementnya dan mulai memberanikan dirinya untuk melihat wajah Xyan yang ada dibalik pintu.
“Peringatan?” tanya Shanika dengan volume suaranya yang sangat pelan dan tatapan polosnya kepada Xyan.
Xyan yang merasa kalau Shanika akan mendengarkannya, detik itu juga berhenti menahan pintu Apartement Shanika dan melangkah mundur sambil berkata “Aku memberimu peringatan, karena kamu sudah terlalu berisik!” dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat serius.
Selama beberapa detik Shanika pun terdiam, setelah itu menepuk tangannya sendiri secara tiba-tiba sambil berkata “Ah! Kamu pasti orang yang tinggal di lantai atas,” dengan nada bicaranya yang penuh percaya diri dan menganggukkan kepalanya dihadapan Xyan.
Tapi, bukannya membalas perkataan Shanika yang ceria itu. Dengan reflek Xyan berkata “Tidak perlu banyak basa-basi… Mulai hari ini, aku harap kamu hanya menyalakan TV dengan volume dibawah angka lima!” dengan nada bicaranya yang terdengar sangat ketus dan penuh ancaman.
“Y-ya?! angka lima katamu?” kaget Shanika sambil memasang ekspresi bingungnya yang terlihat cukup aneh, karena untuk pertama kalinya ia bertemu dengan orang asing yang membicarakan mengenai volume TV.
“Dan satu lagi, berhentilah bermain-main dengan plastik!” sambung Xyan sambil mengacungkan jari telunjuknya dan terus menatap Shanika dengan tatapan tajamnya.
Detik itu juga, Shanika tidak habis pikir dengan apa yang Xyan katakan dan dengan reflek berkata “Sudah selesai bicaranya? Aku tidak pernah memainkan plastik… tapi, aku sedang merapikan-“ belum selesai Shanika bicara, dengan cepat Xyan memotong perkataannya.
“Aku tidak peduli kalau di pagi hari kamu berisik! Tapi, jika sudah di atas jam Tujuh malam… pastikan kamarmu tetap tenang. Mengerti?” ucap Xyan yang seketika itu juga membuat Shanika hanya bisa merapatkan bibirnya walaupun perasaannya sangat tersinggung.
Setelah puas bicara, Xyan pun segera melangkah pergi dari hadapan Shanika. Sedangkan Shanika hanya bisa terdiam sambil melirikkan tatapan tajamnya kepada Xyan yang sedang berjalan menuju pintu lift “Ck! Tidak ada gunanya berdebat dengan pria aneh sepertimu!” gerutu Shanika dengan suara yang sangat pelan.
“Tapi, untuk apa juga aku menuruti perkataannya?!” pikir Shanika dengan perasaan tidak pedulinya “Ah, menyebalkan sekali!” gerutu Shanika lagi sambil menutup pintu Apartementnya dengan kasar, yang seketika itu juga membuat Xyan yang masih menunggu pintu lift bergumam “Sudah aku duga, dia masih anak-anak yang
merepotkan!” sambil berusaha menenangkan emosinya.
***
Keesokan harinya, Xyan yang sedang fokus bekerja di kantor perusahaannya. Tidak lama kemudian kedatangan Gavin yang sedang membawa dokumen penting untuknya “Ini dokumen mengenai wanita itu, Tuan.” Ucap Gavin sambil meletakkan dokumen yang ia bawa di atas meja kerja Xyan.
“Tidak ada hal yang mencurigakan darinya, kan?” tanya Xyan sambil membuka dokumen yang diberikan oleh Gavin kepadanya dan dengan serius mulai membaca isi dokumen yang sudah berada ditangannya itu.
“Tidak ada, Tuan.” Jawab Gavin dengan cepat.
“Wanita itu memiliki nama panggilan Shanika, ia baru saja menginjak umur dua puluh tahun… keluarganya masih lengkap dengan Ibu dan Ayahnya,” sambung Gavin yang berusaha menjelaskan biodata Shanika.
Tapi, dengan tiba-tiba Xyan berkata “Ah, ada satu masalah di sini!” yang seketika itu juga membuat Gavin terdiam dan mengangkat alisnya dengan ekspresi bingungnya kepada Xyan yang berada dihadapannya.
“Wanita itu sepertinya akan masuk kuliah di Universitas Nivella,” sambung Xyan sambil mengerutkan dahinya, karena setiap mendengar nama Universitas Nivella entah kenapa Xyan terus merasa tertekan.
Gavin yang merasakan perubahan dari aura atasannya itu pun mulai berusaha menenangkan Xyan dengan mengatakan “Tapi, Tuan. Saya dengar hanya orang-orang pilihan saja yang bisa masuk ke Universitas itu! Itu artinya, wanita bernama Shanika memiliki otak yang sangat pintar, kan?” ucap Gavin sambil memaksakan senyuman cerianya dihadapan Xyan.
“Kamu kan tahu sendiri, puluhan tahun yang lalu pernah terjadi pembantaian di tanah Universitas itu! Saat ini pasti ada banyak makhluk tingkat tinggi yang tinggal di tanah itu,” balas Xyan dengan ekspresi wajahnya yang terlihat sangat serius.
Gavin yang mendengarkan perkataan Xyan itu pun menganggukkan kepalanya seakan setuju dengan perkataan Xyan, hingga beberapa detik kemudian Gavin mulai memperhatikan ekspresi Xyan dengan tatapan lekatnya dan tanpa sadar berkata “Apa Tuan saat ini sedang mengkhawatirkan wanita itu?” dengan wajah polosnya.
Yang seketika itu juga membuat Xyan yang sedang serius berpikir langsung menolehkan kepalanya ke arah Gavin, setelah itu langsung berdeham sambil berkata “Ekhem! Kata siapa aku mengkhawatirkan wanita itu?!” gerutu Xyan dengan nada bicaranya yang meninggi.
“Benar-benar sangat merepotkan dan entah kenapa, aku tidak bisa mengabaikannya!” sambung Xyan saat ia teringat betapa takut dan panik ekspresi Shanika saat ia datang menemuinya kemarin malam.
Setelah membicarakan Shanika, Xyan pun duduk terdiam seperti melamun sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya. Yang detik itu juga membuat Gavin kembali berkata “Memang sangat tidak masuk akal. Tapi, barusan saya sempat meragukan darah iblis yang mengalir di tubuh anda, Tuan.” Ucap Gavin dengan tatapan lekat
dan ekspresi polosnya kepada Xyan.
“Siluman sepertimu tidak akan pernah paham perasaan manusia setengah Iblis sepertiku!” balas Xyan sambil bangkit dari duduknya dengan cepat.
“Eh? Tuan mau pergi kemana? Jangan bilang, anda ingin segera menemui wanita itu?!” kaget Gavin dengan kedua bola matanya yang melebar.
“Bodoh sekali! Tentu saja aku mau menghadiri rapat! Untuk apa juga aku menemui wanita itu?” balas Xyan dengan nada bicaranya yang ketus untuk terus mempertahankan harga dirinya di mata Gavin.
“Ya… saya mengerti,” ucap Gavin sambil berusaha menahan tawanya dengan sekuat tenaganya, saat ia melihat Xyan mulai melangkah pergi keluar dari dalam kantornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments