3. Cewek Gak Jelas

Cewek Gak Jelas

Dua tahun kemudian

Kami sedang membahas tentang pertandingan nanti sore ketika sebuah suara tetiba saja menggema di gedung olahraga, mengalahkan percakapan heboh yang dilakukan oleh lima belas gadis dalam waktu yang hampir bersamaan.

"Nikita, ke kantor saya. Sekarang juga!"

Sontak keheningan menjelma, dan semua mata tertuju ke arah sumber suara. Mrs. Lekovich masih berdiri di ambang pintu ruangannya, berkacak pinggang, dengan air muka yang sangat serius.

Uh oh. Jelas itu bukan pertanda bagus.

Isobel, Mariana, dan Paulina melirikku. Mata mereka menyiratkan rasa ingin tahu. Aku hanya mengangkat bahu dan terus mengelap keringat yang mengalir di tengkuk dan leher dengan handuk yang dari tadi tergeletak di atas tas. "Kalian duluan aja," perintahku sebelum berjalan ke arah pelatih kami yang auranya kini bertambah angker.

"Tutup pintunya sekalian," titah wanita tiga puluh tahunan itu tanpa melihat padaku saat aku membuntutinya dari belakang.

Aku tidak mempunyai pilihan lain selain menurut.

"So, Nikita," mulai Mrs. Lekovich tanpa basa basi setelah mengenyakkan tubuh ke atas kursi kerjanya di seberang kursi yang kududuki. "Ibu baru dapat kabar dari penasehat akademik. Katanya nilai kalkulus-mu jauh di bawah standar."

Oh, shxt.

"Dan Ibu yakin kamu tahu apa artinya kalau kamu tidak segera memperbaiki hal ini."

"Coach, aku ...." Sorot mata Mrs. Lekovich yang tajam seperti biasa berhasil membungkam siapa saja yang menjadi sasarannya.

"Miss Remington bilang kalau kamu bisa mencari tutor. Dan, kalau kamu tanya pendapat Ibu, kamu harus mencari seorang tutor." Wanita itu kemudian meletakkan kedua lengannya di atas meja, tubuhnya menjadi condong ke depan. Dia menekankan kata harus dengan intonasi, ekspresi, dan ujung telunjuk yang ditekankan ke atas permukaan meja. Sambil menatapku lekat, dia di kalakian berkata, "Temukan tutor itu segera, Niki. Perbaiki kekacauan ini dengan cepat. Sebelum Ibu harus menskorsmu dari tim. Walaupun kita sama-sama tahu bahwa tidak ada yang lebih baik darimu di tim itu, Ibu tetap akan melakukannya. Karena kamu, sebagai kapten dan seorang senior, harus bisa menjadi contoh bagi anggota tim dan siswa lain di sekolah ini. Kamu mengerti?"

Aku mengangguk.

Mrs. Lekovich kemudian menyuruhku ke luar.

Dengan senang hati aku meninggalkan ruangan yang mulai terasa menyesakkan itu.

***

Namun, "senang" bukanlah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana hatiku kini. Aku seharusnya sadar bahwa tidak ada yang bisa disembunyikan dari pihak sekolah, terutama masalah nilai. Aku seharusnya tidak membiarkan masalah ini.

Hal ini seharusnya tidak pernah terjadi.

Dxmn you, calculus!

Aku berusaha menahan kekesalan yang membuncah setelah pertemuan dengan Mrs. Lekovich. Marina dan Paula memahami ada sesuatu yang tidak beres dan memberiku ruang. Namun, Isobel sepertinya tidak bisa membaca suasana.

Atau cara berpikirnya saja yang agak lamban dalam mencerna kondisi.

Dia mengintiliku sesaat setelah berganti pakaian. "Lo ga apa-apa, Nik?" tanya Isobel dengan suara lembutnya.

Aku menggerutu dalam hati. Ini anak cantik-cantik sayangnya oon, ya! Gak lihat apa orang lagi gak mau diganggu?

"Tadi pelatih ngomong apa sama lo? Kok muka lo jadi kusut gitu habis dari sana?" desaknya lagi.

Aku menanggapinya dengan diam seraya terus merapikan pita yang mengikat rambut cokelat keemasanku di puncak kepala.

"Nik, Niki! Lo kok diam aja, sih? Ayo, dong, cerita sama gue. Kan gue juga pengin tahu!"

Dan gue pengin banget lo tutup tu bacot! Tapi, aku berhasil menguasai diri sehingga bukan kalimat itu yang melompat keluar dari mulut. "Apaan sih, Is? Lo urus aja kepangan rambut lo yang masih mencong itu!"

Well.

Matanya terbelalak mendengar jawaban ketus dariku. Tak lama, bibirnya mulai bergetar.

Shxt. Ini anak cengeng banget lagi, ah!

Aku menghela napas panjang, mencoba mengendalikan diri bersamaan dengan situasi ini. "Sorry, Is, gue gak bermaksud marah sama lo. Gue cuma lagi repot aja," kilahku sambil memberikan isyarat ke sekeliling. "The Lions mau tanding. Kita mau tampil. Gue gak mau fokus gue pecah. Nanti, habis ini, gue kasih tahu. Oke?"

Seperti anak kecil, dia mencebik. Isobel lalu mengangguk lemah.

Waktu, cepatlah berlalu.

***

Adegannya terlalu familier.

The Lions menang—tim Palisades High tidak punya kesempatan sama sekali, kemudian kami mengganti baju di ruang ganti, dan konvoi menuju ke rumah Kayden—yang berarti juga menuju ke arah rumahku. Kami minum, nge-dance, "bermain-main", kemudian minum lagi, joget lagi, "bermain-main" lagi.

Di lapangan, pertandingan dan cheerleading bisa mengalihkan perhatianku. Di sini, kegembiraan yang diciptakan Kay menjadi penggantinya. Aku bisa berlagak bahwa hari ini hidupku baik-baik saja.

Sampai Isobel memecah semua kesenangan itu dengan pertanyaannya. "So, Niki, ceritain dong ke kita-kita kenapa lo dipanggil sama Mrs. Lekovich tadi sore?"

Kurasakan tubuhku menegang, tidak menerima invasi yang dilakukan oleh gadis yang biasanya pemalu itu. Suaranya yang lembut, dan cara bicara yang sering terkesan ragu-ragu, barusan terdengar berkebalikan. Seperti sebuah tantangan.

Lengan Kayden yang sedari tadi melingkari pinggangku ikut meregang. Tetapi, dia tidak melakukan apa-apa soal itu. Dia lebih memilih untuk memperhatikan terlebih dahulu.

"Maksud lo?" Aku balik bertanya dengan sebelah alis terangkat setelah sekilas melihat gelas di tangan Is.

She's drunk.

Aku memutar bola mata. Udahlah. Ngapain juga diladeni. Cewek lagi gak sadar banget ini. Besok dia juga lupa sama kelakuannya.

Tanpa menghiraukan Is, aku menoleh pada pacar yang sedang memangkuku. "Kay, aku mau pulang."

Dan dengan demikian, pesta perayaan kemenangan The Lions berakhir sampai di sana.

***

Rumahku dan Kayden sebenarnya bersebelahan. Akan tetapi, dengan adanya halaman seluas kira-kira seratus atau dua ratus meter di antara kedua buah bangunan, dan ini sudah lewat tengah malam, Kay mengantarku menggunakan mobilnya.

"Kamu oke, Yang?" usutnya sambil meraih tanganku.

Aku mendesah.

"Kok kamu gak cerita sama aku?" Secercah kecupan mendarat di punggung tangan yang digenggamnya . "Kamu kan tahu kamu bisa cerita apa aja sama aku."

Aku mendesah lagi.

"Yang," bujuknya pula. Saat itu mobil sudah berhenti di depan rumahku. Kay melongok. "Gak ada orang di rumah, ya? Papa mana?"

Pertanyaan-pertanyaan itu tidak diucapkan Kayden dengan nada ingin tahu remaja yang bermaksud mengambil kesempatan dalam ketiadaan sosok orang tua. Sebaliknya, Kay mengutarakan pertanyaan itu karena benar-benar ingin tahu. Malahan ada sedikit nada sedih di balik suaranya.

"Tadi Mrs. Lekovich panggil aku soal nilai kalkulus," ungkapku tiba-tiba.

Kayden menatapku sejenak sebelum mengikuti taktik pengalihan isuku. "Shxt, Yang. That's sxck. Terus?"

"Aku disuruh nyari tutor. Kamu tahu gimana kalau nilai aku gak berubah pas ujian nanti."

Dia berputar sedikit sehingga kini tubuhnya menghadap padaku. "Udah dapat?"

Aku menggeleng. "Belum sempat nyari. Kan tadi masih sibuk."

"Oke, oke. Hm ...." Kay menopang lengan kirinya ke setir dan mengetuk-ngetukkan jarinya di sana. "Ah!" serunya tak berapa lama. "Aku sekelas sama si Songong. Dia pasti bisa ngajarin kamu."

"Si Songong?" ulangku, tak begitu yakin dengan siapa yang dimaksud oleh Kay. "Emang dia mau?"

Dia meremas tanganku sekali sebelum kembali mendaratkan kecupan di sana. "Udah, biar aku yang urus. Kamu tenang aja, oke? Gak usah sedih lagi."

Tatapannya lembut, selembut suaranya yang berhasil menenangkan sebagian kegalauan. "Thanks, Sayang," bisikku sambil menghambur ke dalam pelukannya.

"Anything for you."

Kayden James Ford benar-benar rela melakukan semuanya untukku.

To be continued ....

Terpopuler

Comments

Yuyu

Yuyu

kay ♥️ niki

2023-06-02

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Everything's Gonna Be Okay
3 3. Cewek Gak Jelas
4 4. I Wonder Why
5 5. Sakit
6 6. What the Fudge?
7 7. Spoke Too Soon
8 8. The Magic of Kayden
9 9. Sonofabxtch
10 10. Hard Truth
11 11. Last Chance
12 12. Your Personal Cheerleaders
13 13. Loch Ness Monster in the Library
14 14. Alibi
15 15. What Do You Want?
16 16. What is Wrong with Me?
17 17. Have A Good Day
18 18. Bersamanya
19 19. Gak Usah Ragu
20 20. Camkan Itu
21 21. Eyes Wide Open
22 22. Here We Go Again
23 23. It Hurts
24 24. Daaaang
25 25. Miracle does Happened in Rockefeller
26 26. Becky
27 27. Me Too
28 28. Awas Aja
29 29.l Ah, Marinal
30 30. That's Not Why
31 31. It Takes Two to Tango
32 32. Look at Me
33 33. Jangan Ngadi-Ngadi
34 34. Judge A Book by Its Cover
35 35. Pengakuan yang Bikin Nyelekit
36 36. Starbxcks is the New War Zone
37 37. Please, Stop
38 38. Wish You Were Here
39 39. I Love You, I'm Sorry
40 40. Perfect
41 41. Bahasa Laki-Laki
42 42. Theory, Theory on the Wall
43 43. Seuprit Demi Seuprit
44 44. Kayden, the Jayus-Man
45 45. Not-So Lounging at Lounge
46 46. You are My Life
47 47. I Don't Want A Dream
48 48. Let's Face It
49 49. Ah, No
50 50. Princess Treatment
51 51. Salah Orang
52 52. Ada Apa dengan Kita?
53 53. Beckham's Layers
54 54. Okay
55 55. It Ends with This
Episodes

Updated 55 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Everything's Gonna Be Okay
3
3. Cewek Gak Jelas
4
4. I Wonder Why
5
5. Sakit
6
6. What the Fudge?
7
7. Spoke Too Soon
8
8. The Magic of Kayden
9
9. Sonofabxtch
10
10. Hard Truth
11
11. Last Chance
12
12. Your Personal Cheerleaders
13
13. Loch Ness Monster in the Library
14
14. Alibi
15
15. What Do You Want?
16
16. What is Wrong with Me?
17
17. Have A Good Day
18
18. Bersamanya
19
19. Gak Usah Ragu
20
20. Camkan Itu
21
21. Eyes Wide Open
22
22. Here We Go Again
23
23. It Hurts
24
24. Daaaang
25
25. Miracle does Happened in Rockefeller
26
26. Becky
27
27. Me Too
28
28. Awas Aja
29
29.l Ah, Marinal
30
30. That's Not Why
31
31. It Takes Two to Tango
32
32. Look at Me
33
33. Jangan Ngadi-Ngadi
34
34. Judge A Book by Its Cover
35
35. Pengakuan yang Bikin Nyelekit
36
36. Starbxcks is the New War Zone
37
37. Please, Stop
38
38. Wish You Were Here
39
39. I Love You, I'm Sorry
40
40. Perfect
41
41. Bahasa Laki-Laki
42
42. Theory, Theory on the Wall
43
43. Seuprit Demi Seuprit
44
44. Kayden, the Jayus-Man
45
45. Not-So Lounging at Lounge
46
46. You are My Life
47
47. I Don't Want A Dream
48
48. Let's Face It
49
49. Ah, No
50
50. Princess Treatment
51
51. Salah Orang
52
52. Ada Apa dengan Kita?
53
53. Beckham's Layers
54
54. Okay
55
55. It Ends with This

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!