Pangeran mahkota

Sania sadar, jika ada banyak orang mengikutinya diam-diam dari belakang, tanpa perlu melirik langsung, hanya perlu energi tenaga dalam yang dia sebar ke sekitar semua orang itu bisa diketahui.

Gambaran jelas terlihat di pikiran Sania, hal ini memang sudah biasa terjadi mana kala dirinya pergi ke luar rumah.

Dia adalah pusat perhatian, para lelaki di kerajaan Losborn akan berbaris menjadi iring-iringan di belakang, sebagaimana acara parade dan mengikuti kemana dirinya pergi.

Begitu pula untuk sekarang, namun kali ini Sania harus waspada, dia tidak sedang berada di rumah, orang-orang pun tidak tahu jika dirinya adalah putri pewaris kepala keluarga klan harimau merah.

Jika di kerajaan Losborn, Sania bisa tenang, karena atas nama klan harimau merah siapa pun harus berpikir ulang mana kala mereka ingin berbuat jahat.

Tapi disini bukan tempat tinggal Sania, bisa dipastikan ada beberapa yang memiliki niat jahat dan mungkin juga akan mencelakainya.

Sania melihat melalui persepsi tenaga dalam, jika ada lima belas orang, lima pemuda pengangguran kurang kerjaan, tiga bapak-bapak yang mungkin di usir oleh mertua mereka, dua pedagang minuman, tiga prajurit kerajaan dan sisanya adalah pencuri yang mencari kesempatan diantara keramaian di sekitar Sania sekarang.

Mencoba untuk tidak peduli, Sania segera masuk ke satu toko yang menjadi tempat makan.

Setiap pasang mata lelaki melirik dan mengikuti langkah Sania ketika berjalan menuju meja pojok ruangan. Dan semua orang yang mengikuti pun berbaris rapi melihatnya dari luar jendela.

Setelah sania memesan beberapa makanan kepada pelayan yang datang.

Satu lelaki berjalan masuk penuh wibawa, aura ketampanannya pun menarik perhatian para wanita dan membuat setiap lelaki pun menyerah.

Tapi lelaki itu tiba-tiba saja menarik kursi yang berada di meja Sania dengan wajah tersenyum seperti punya niat tertentu.

"Tuan di sini masih banyak meja kosong, jadi untuk apa anda duduk di meja ku ?." Ucap Sania dengan nada malas dan tidak senang di dekati oleh orang lain.

"Tentu saja aku ingin berkenalan dengan anda nona cantik." Jawab lelaki itu penuh kepercayaan diri tinggi.

"Baiklah, aku Sania, jadi ?, Apa sekarang anda sudah bisa pergi." Pinta Sania memaksa.

Namun lelaki itu tertawa...."Aku tidak sedang terburu-buru, jadi biarkan aku duduk di sini lebih lama... Kenalkan aku Wersno, Wersno Fluel, pangeran mahkota kerajaan Fluel ini."

Ekspresi Sania tampak datar, dia tidak tertarik dengan status yang di miliki oleh Wersno..."Oh begitu, apa tuan pangeran tahu, jika tuan sudah menganggu waktu ku, di sini aku ingin makan bukan untuk berkenalan."

"Jangan khawatirkan itu. Anggap saja aku sebagai orang asing yang tidak terlihat atau semacamnya, aku tidak keberatan."

"Tapi aku yang keberatan di sini." Tegas Sania.

Sania bersiap pergi tanpa perlu menunggu makanannya datang, dan tepat ketika dia sudah berdiri, pelayan pun mengantarkan pesanan ke meja.

"Nona anda mau kemana ?." Pelayan itu tidak bisa membiarkan pelanggannya pergi setelah memesan dan tidak mau membayar.

"Aku sudah tidak nafsu untuk makan." Jawab Sania.

"Setidaknya anda harus membayarnya." Pelayan itu memohon.

Tidak mau berlama-lama menanggapi pangeran Wersno, Sania segera mengeluarkan kantong yang berisi uang untuk membayar.

Namun, pangeran Wersno menghentikan tangan Sania..."Tidak perlu nona Sania, biar aku yang membayar."

Dia sendiri lah yang mengeluarkan satu koin emas dan diberikan kepada pelayan. Tentu itu jauh lebih banyak dari pesanan milik Sania.

"Kau bisa ambil kembaliannya."

"Terimakasih tuan pangeran Wersno." Pelayan pun membungkuk hormat dengan rasa syukur yang begitu banyak.

Penuh kebanggaan di wajah Wersno karena bisa memperlihatkan diri di hadapan Sania, tapi saat Dia menoleh, sosok sania sudah lenyap meninggalkan rumah makan itu.

Wersno berlari mengejar, dia pun mencari ke kiri dan kanan tapi keberadaan Sania tidak bisa ditemukan.

Hanya saja, terlintas senyum di wajah Wersno, dia semakin tertarik dengan satu kecantikan bernama Sania itu. Sepanjang hidup pangeran mahkota kerajaan Fluel, semua yang dia inginkan akan didapat dengan mudah.

Termasuk juga para wanita, tidak perlu dia bersusah-susah merayu, menggobal atau menggunakan biro jodoh, mereka akan datang dan menawarkan diri meski itu hanya menjadi teman penghibur saja.

Tapi mengetahui jika Sania bukan wanita yang bisa dia dapat dengan mudah, keinginan Wersno untuk memiliki Sania semakin besar.

"Aku baru pertama kali melihat wanita secantik dia, aku harus mendapatkannya." Wersno merasa bersemangat.

Wersno pun akhirnya pulang ke istana bersama para prajurit yang menjaganya di belakang.

Sesampainya di istana, hal pertama yang dia dapatkan adalah semprotan emosi dari ayahanda tercinta sang raja Jonzar. Dimana tindakan Wersno saat memberhentikan kereta kuda dan keluar begitu saja tidak mencerminkan kewibawaan seorang pangeran mahkota.

"Tindakanmu itu keterlaluan, membuat malu ayah dan ibumu ini sebagai seorang raja, kau harusnya tahu orang-orang disana sangat menghormati kita, tapi kau pergi begitu saja tanpa memberi alasan apa pun." Ucap Jonzar memberi peringatan keras terhadap Wersno putranya.

Membungkuk patuh tanpa rasa bersalah, Wersno masih tersenyum sendiri seperti tidak biasanya..."Maaf ayahanda, aku pergi karena melihat sesuatu."

"Memang apa yang kau lihat sampai tidak peduli soal statusmu."

Tanpa perlu membuat alasan Wersno pun mengatakannya dengan jujur...."Aku melihat wanita luar biasa cantik dan aku ingin mendekatinya."

"Hanya karena seorang wanita." Semakin marah Jonzar ketika mendengar jawaban Wersno.

"Ini bukan sekedar 'hanya karena' ayahanda, tapi dia...." Wersno coba membela.

Segera pembelaan Wersno dihentikan oleh Jonzar..."Di kerajaan ini ada banyak wanita yang secara suka rela datang dengan sendirinya, tapi kenapa kau malah pergi mencari wanita yang entah apa asal usulnya."

"Ini berbeda ayahanda, dia sangat cantik, jika dibandingkan dengan semua wanita muda yang ada di kerajaan Fluel, tidak satu ujung jari pun pantas untuk disandingkan dengan dia." Ungkap Wersno penuh kekaguman.

"Pada akhirnya semua wanita itu sama, saat dia tahu kau adalah pangeran mahkota, mereka akan memohon agar bisa mendapat perhatian." Jonzar tersenyum mengejek karena dia pun mengalaminya.

Wersno secara tegas membantah...."Tidak ayahanda, dia berbeda, meski aku sudah katakan dengan tegas jika aku adalah pangeran, tapi wanita itu tidak peduli, dia seperti memiliki harga diri tinggi yang tidak bisa digoyahkan."

Jonzar kini merasa penasaran tentang sosok wanita yang ditemui oleh Wersno itu, dia tentu memikirkan dua hal, pertama status wanita itu cukup besar sehingga menolak ajakan seorang pangeran, paling tidak sosoknya adalah putri raja, atau anak dari kasta atas.

Kedua, dia adalah wanita dengan seorang suami.

Tapi Jonzar meyakini bahwa anaknya tidak memiliki kelainan untuk menyukai wanita sudah bersuami, setidaknya itu yang dia perhatikan selama ini.

"Apa kau yakin dia sangat cantik ?." Jonzar meminta jawab Wersno.

"Tentu saja, kapan aku salah menilai orang lain." Balasnya tanpa sedikitpun ragu.

Semakin banyak Jonzar mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, apa kau tahu siapa nama wanita itu ?."

"Namanya Sania."

"Baiklah, aku minta kepada para prajurit dan tim pengintai untuk mencari siapa sosok wanita bernama Sania tersebut." Tegas ucapan Jonzar memberi perintah.

"Baik tuan ku." Satu orang yang berjaga di dalam ruangan pun pergi melaksanakan tugas.

Bagi seorang raja, satu ucapannya adalah perintah, dan kini ratusan prajurit bersama kelompok pengintai pun di kerahkan untuk mencari keberadaan seorang wanita bernama Sania.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!