Energi dingin

Lirikan mata Jin Liu menatap Zizou dan Sehan dengan anggukan kecil seperti sebuah kode. Zizou perlahan berjalan mendekati Sania yang sudah tergeletak tidak bergerak.

Coba memastikan bahwa Sania sudah tidur, Zizou pun menepuk bahunya pelan. Tapi tetap saja, tidak ada tanda apa pun yang membuat Sania sadar.

"Apa itu berhasil..." Tanya Jin Lin saat melihat Sania berbaring.

"Ya senior, wanita ini sudah pingsan." Jawab Zizou mengacungkan jempol.

"Tentu saja, kemampuan kabut ilusi milikku tidak mungkin di ragukan lagi, bahkan sekelas raja tempur tidak mungkin bisa mengelak." Jawab Sehan yang sebelumnya hanya terdiam dan hanya menganggukkan kepala.

"Kau benar-benar luar biasa Sehan." Puji Zizou begitu senang.

Ternyata, satu orang yang sejak awal diam itu menggunakan satu kekuatan miliknya, mengeluarkan kabut bersamaan asap dari api unggun, tentu tidak membuat Sania tahu.

Dari awal pertemuan mereka dengan Sania, ketiganya tertarik untuk merasakan kecantikan luar biasa Sania. Hingga niat buruk pun terlintas dalam pikiran.

Bahwa semua yang terjadi saat ini adalah rencana mereka bertiga, berhenti di tengah hutan agar tidak ada orang tahu, termasuk pak kusir mendapat upah sogokan agar diam saja.

Dan kini, mereka tidak lebih seperti serigala kelaparan yang meneteskan air liur ketika melihat keindahan dari lekuk tubuh Sania penuh nafsu.

Satu persatu ikat baju dibuka oleh tangan manusia biadab dengan nafas mengendus dan mencium aroma harum dari tubuh wangi seorang wanita.

Setelah baju terlepas, kini hanya tersisa kain tipis yang menutupi batas akhir dari aset pribadi berbentuk bulat sempurna di baliknya.

Satu orang tidak bisa menahan diri, karena pancaran aura keindahan sosok Sania membuat siapa pun hilang kendali.

Termasuk Zizou, dia sudah tidak bisa menahan hasrat luar biasa yang memberontak ingin keluar dari sangkarnya.

"Senior Jin, boleh aku melakukannya untuk pertama kali." Zizou coba bicara dan mengambil antrian dari Jin Lin

"Huh ?, Apa yang kau katakan ?, Seenaknya sendiri ingin menikmati pertama kali, kau pikir kau siapa." Jin Lin marah dan menolak permintaan Zizou.

"Tapi senior, aku belum pernah melakukannya dengan wanita, jadi aku mohon."

"Aku pun baru pertama kali, jadi sebagai kakak tertua harusnya aku yang terlebih dulu menikmati wanita ini."

Namun untuk Sehan Drom pun tidak mau ketinggalan, dia sama seperti kedua saudara seperguruannya itu.

"Tunggu, ini bukan tentang siapa yang lebih senior diantara kita, karena jika tidak dengan kemampuan khusus ku, rencana ini mustahil terwujud."

Jin Lin dan Zizou Sangha pun tidak bisa membantahnya, tapi Jin Lin sebagai seorang yang lebih tua dan lebih senior dari mereka tidak mau kalah.

Pertengkaran pun terjadi dimana masing-masing tidak ada yang mau mengalah untuk mendapat hak pertama.

"Kalian berani melawan ku ?." Di tarik pedang dari sarungnya untuk mengacung ke depan wajah mereka berdua.

Sehan yang tidak pernah mengenal rasa takut dan sama-sama menarik pedang sebagai bentuk perlawanan.

"Aku tidak takut senior, ini bukan tentang siapa yang lebih tua, tapi siapa yang berhak mendapatkannya, disini aku lah orang dengan kontribusi besar."

Zizou ragu-ragu, meski dia lebih senior dari Sehan, tapi bicara soal keberanian dia hanya sepenggal omong kosong dan selalu berlindung dibalik punggung Jin Lin.

Kini Jin Lin tidak bisa berkompromi, dia merasa telah diabaikan sebagai seorang senior dan berniat untuk menyerang Sehan.

Tapi belum sempat mereka saling bertarung, sebuah kabut menyebar di sekitar, perasaan dingin hingga uap udara terlihat jelas keluar dari mulut.

Hingga api unggun yang menyala pun padam dan tanah pijakan perlahan menjadi Es.

"Ini... Energi dingin." Jin Lin terkejut.

Duri-duri es tajam muncul dari bawah kaki, mereka bertiga segera melompat dan menghindari semua duri-duri itu yang tentu bisa membuat siapa pun tewas.

Sebagai seorang ahli beladiri raja tempur Jin Lin tentu tidak mudah untuk kalah, dia segera memasang posisi melawan.

"Kalian pikir bisa seenaknya sendiri untuk menikmati tubuhku, kalian tidak pantas, bahkan untuk sekedar menyentuh ujung jariku." Ucap satu sosok wanita yang berdiri.

Dia adalah Sania, dia telah terlepas dari kekuatan milik Sehan dan kini menunjukkan niat membunuh kepada mereka bertiga.

"Padahal kami pikir bisa melakukannya dengan cara lembut, tapi ternyata adik Sania tidak bisa dianggap remeh."

"Sudah cukup bicara omong kosong ini, biar aku bunuh kalian."

Jin Lin tertawa, dia merasa ucapan Sania terlalu meremehkan seorang murid akademi pedang suci tingkat dua dari istana dalam.

Meski mereka sama-sama seorang ahli raja tempur, tapi Jin Lin sudah berada di dalam tahap akhir, terlebih lagi soal pengalaman bertarung. Dia telah banyak melawan sosok-sosok kuat yang memiliki peringkat atas di akademi.

"Itu terdengar lucu, kau pikir mudah mengalahkan ku, akan aku perlihatkan bagaimana kau harus memohon agar tidak terluka."

Jin Lin menarik pedangnya dan bersiap melepas satu serangan ke arah Sania.

Melesat lurus dalam kecepatan tinggi, tanpa ada yang menghalangi dan siap menusuk tubuh Sania dimana dia belum sempat memberi perlawanan.

"Kau terlalu sombong untuk ukuran manusia biasa." Ucap Sania.

Sania mengayunkan pedang perak di tangannya, kabut dingin menyebar cepat lebih dari sebelumnya, duri-duri es panjang muncul di permukaan tanah.

Tubuh Jin Lin dan dua murid akademi pedang suci kini tenggelam dalam bongkahan es dan menjadikannya seperti patung.

Langkah kaki wanita itu berjalan mendekat, Jin Lin, Sehan Drom dan Zizou Sangha yang kini sudah beku tanpa bisa bergerak lagi. Hanya perlu satu satu sentuhan tangan membuat semua bongkahan es hancur, berubah menjadi potongan-potongan kecil dengan darah yang muncrat.

Tidak ada keraguan di mata Sania untuk melihat bagian-bagian tubuh yang telah hancur itu.

Sorot mata Sania tanpa ekspresi menatap ke tiga mayat yang tergeletak dengan tubuh tidak utuh.

Kabut dingin yang menutupi wilayah di sekitarnya perlahan pudar, sebuah kereta kuda dengan empat mayat yang tergeletak di sekitarnya adalah korban keganasan dari binatang iblis lipan merah tersebut.

"Mereka benar-benar tidak berguna." Ungkapnya tersenyum mengejek.

'Jangan bicara seperti itu, Wilea kita harus menghormatinya.' suara lain terdengar di pikiran Sania.

"Baiklah, baik, kita lupakan itu, setidaknya untuk sekarang, kita harus mencari tempat istirahat."

'Tapi bagaimana dengan mayat-mayat ini, apa kau tega membiarkannya begitu saja.'

"Memang apa yang kau ingin lakukan, membawanya, bahkan mereka adalah orang berdosa."

'Bukan seperti itu...baiklah mereka pantas mendapatkanya.'

"Benar sekali, anggaplah untuk memberi makan binatang iblis di tempat ini."

Suara yang terdengar di dalam pikiran itu adalah jiwa Sania asli, sedangkan jiwa di tubuhnya dikenal sebagai Phoenix biru, binatang mistik suci

Tidak peduli dengan kondisi mereka sekarang, Sania mengambil kantong penyimpanan khusus yang berisi perbekalan dan dia pun berjalan pergi ke kereta kuda.

Kusir terbangun, dia kaget saat tahu bahwa wanita yang dibawa oleh murid akademi pedang suci sudah lebih dulu kembali.

"Tuan kita pergi sekarang." Ucap Sania kepada pak kusir.

"Nona, tapi bagaimana dengan mereka bertiga."

"Mereka sudah tewas dibunuh binatang iblis." Santai saja Sania menjawab.

"Tapi nona..." Kusir pun ragu-ragu.

"Jika kita berlama-lama di sini para binatang iblis itu akan datang dan membunuh kita, apa kau mau itu terjadi..." Ucap Sania sembari mengancam.

Segera saja kusir mencambuk kuda dan bergerak pergi meski hari masih malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!