Karangan cerita

Cahaya fajar menyingsing naik ke atas langit.

Kereta kuda yang Sania tumpangi kini akan memasuki wilayah daratan tengah, kerajaan Fluel dimana itu menjadi satu-satunya jalan untuk mereka lewati jika ingin pergi ke akademi pedang suci.

Hanya saja, kereta kuda dihentikan oleh para prajurit yang sedang bertugas menjaga gerbang perbatasan kerajaan Fluel.

Cukup serius pembicaraan antara pak kusir dengan para penjaga.

Sania pun mendengar...

"Maaf tuan, kami tidak mendapat kabar apa pun jika murid-murid akademi pedang suci akan melewati kerajaan Fluel, jadi kami ingin meminta bukti surat jalan atau tanda pengenal dari mereka." Ucap penjaga itu.

"Tapi aku tidak bisa, saat aku membawa para murid akademi pedang suci melewati hutan besar Tuwahun, kejadian buruk datang, ada binatang iblis menghadang jalan kami dan ketiga murid itu coba melawan, hanya saja mereka semua kalah." Pak kusir pun coba menjelaskan.

"Lalu bagaimana bisa kau selamat sampai disini tanpa terluka." Mereka curiga dengan semua cerita dari pak kusir.

"Soal itu... Aku kabur karena ketakutan, jadi sampailah aku disini dengan selamat."

Namun diberikannya tatapan mata emosi ...."Kau pengecut, bagaimana mungkin kau meninggalkan pertarungan dan kabur seorang diri."

Pak kusir tidak bisa menerima penghakiman dari penjaga yang seenak jidat mengatakan dirinya pengecut...."Memang apa yang harus aku lakukan ?, ikut bertarung ?, Aku bahkan tidak pernah memegang pedang. Jika aku tetap di sana, itu hanya akan menambah korban saja, terlebih lagi aku membawa seorang wanita."

"Seorang wanita ?." Prajurit itu penasaran.

Tanpa perlu menunggu prajurit meminta Sania keluar, dia secara inisiatif membuka pintu dan menunjukan dirinya.

"Tuan, ada apa ?." Sania bertanya, meski pun dia sudah mendengar semua penjelasan dari pak kusir kepada para prajurit.

"Nona, mereka tidak percaya dengan cerita kita, jadi apa nona bisa menjelaskan semuanya." Pak kusir pun menjawab.

"Itu bukan masalah."

Mata para prajurit seakan terhipnotis oleh kecantikan Sania yang berjalan mendekat, aura keanggunan terpancar dari ujung kaki hingga rambut. Tidak hanya mereka saja, tapi juga orang-orang di sekitar saat sedang mengantri untuk mendapat surat izin masuk pun hanya bisa terdiam di tempat.

Sania memang dikenal sebagai kecantikan abadi di kerajaan Losborn, semua lelaki yang merasa sehat jasmani dan rohani, tentu tidak akan menolak keindahan seorang wanita seperti dirinya.

Para putra dari klan-klan besar selalu datang untuk mengajukan lamaran, tapi Sania menolak semua lelaki muda dengan masa depan cerah itu.

Begitu pula dengan para prajurit yang kini berada dekat di hadapan Sania tidak lebih satu jengkal.

Sania pun mengarang sebuah cerita tentang lima ekor binatang iblis tingkat tinggi serupa lipan merah yang tiba-tiba saja muncul menghadang mereka.

Dengan penuh keberanian dan keyakinan, tiga murid akademi pedang suci bernama Jin Lin, Zizou Sangha dan Sehan Drom berusaha melawan sekuat tenaga.

Namun nasib baik tidak berpihak kepada mereka.

".... Ketiganya tewas demi menyelamatkan ku, aku tidak tahu harus berbuat apa...." Itu karangan yang Sania ceritakan dengan sedikit penyesuaian ekspresi agar lebih meyakinkan.

Seakan mudah saja dilakukan oleh Sania, para prajurit seakan mudah saja menerima cerita yang dia buat..."Ah kami mengerti, itu memang terdengar buruk, biar nanti kami akan mengirim beberapa prajurit untuk melihat kondisi murid akademi pedang suci di sana."

"Maafkan aku karena tidak bisa membantu dan hanya menjadi beban saja." Lemas ekspresi Sania.

"Bukan salah anda nona, mereka adalah lelaki pemberani yang rela mengorbankan nyawa demi seorang wanita. Itu memang sudah menjadi kewajiban para lelaki." Tegasnya dengan sikap wibawa.

Mudah saja Sania meyakinkan para prajurit itu agar semua urusan berjalan lancar, dia pun bisa masuk tanpa perlu membayar pajak atau biaya pembuatan surat izin masuk kerajaan Fluel.

Hanya saja. Kereta kuda dan kusir menolak untuk melanjutkan perjalanan, dia tidak ingin disalahkan oleh akademi pedang Suci jika para guru disana tahu bahwa murid-murid mereka telah tewas.

Sania pun harus melanjutkan perjalan seorang diri ke akademi pedang suci yang berada di pegunungan Soulland.

*******

Kerajaan Fluel tidaklah besar, bahkan menjadi kerajaan terkecil di daratan tengah, namun soal kekayaan, tempat ini memiliki sumber daya alam mineral seperti tambang emas dan permata yang menjadikan kerajaan Fluel makmur sejahtera.

Begitu pula dengan semua penduduknya, tampak jelas dari bangunan rumah yang ada di dalam kota, masing-masing rumah tersusun rapi, sederhana tapi terlihat mewah untuk sekedar bangunan kayu dan batu.

Tidak ada kawasan kumuh, seakan-akan para penduduk hidup dalam kecukupan, memiliki pekerjaan dan keluarga sederhana yang bahagia.

Ini sudah menunjukan kualitas dari raja Jonzar Fluel yang dikenal dermawan dan bijak untuk mengatur sebuah kerajaan.

Seorang lelaki muda, berwajah tampan, rambut pirang, tubuh atletis dan berstatus sebagai putra mahkota kerajaan Fluel, Wersno Fluel tampak murung selagi duduk di dalam kereta kuda yang membawanya di jalanan kota.

Tepat di depannya, sosok pria dan wanita paruh baya menatap ke luar jendela dengan tangan melambai-lambai kepada para penduduk yang sedang bersorak.

Mereka adalah ayah dan ibu dari Wersno Fluel, Jonzar Fluel dan Caran Fluel, seorang raja dan ratu.

Tapi melihat Wersno yang kurang bersemangat, Caran bingung karena dia tidak merasa kehidupan anaknya itu kekurangan. Segala kebutuhan dan keinginan telah dia miliki, tidak bersusah payah atau bekerja keras, hanya perlu meminta maka semua akan tersedia.

"Apa yang terjadi dengan mu, Wersno, kau terlihat kurang bersemangat, apa kau salah makan pagi ini ?." Tanya ibunda Caran.

Wersno hanya menghembuskan nafas malas sebelum menjawab ..."Tidak ada yang salah soal makanan, ibunda, hanya aku merasa bosan."

"Bosan karena apa ?, Bukankah semua yang kau inginkan sudah ada." Ungkap Caran.

"Karena aku memiliki semuanya itulah, yang membuatku bosan."

"Jadi apa kau ingin hal lain ?."

Menggeleng kepala Wersno..."Hmmm aku tidak tahu."

Wersno menatap ke luar jendela, melihat semua orang yang berbaris, berdesak-desakan, saling sorak dan mengagung-agungkan nama raja Jonzar begitu heboh.

Bagi orang lain, tentu berada di posisi Wersno adalah impian mereka, hidup nyaman, kekayaan melimpah, memiliki kekuasaan, wanita mengantri dan tidak ada satu pun berani melawan.

Namun kenyataannya, semua yang Wersno miliki itu tidak lagi menarik, segala hal menjadi mudah, hingga dia kehilangan minat untuk hidupnya sendiri.

Hingga dalam kebosanan itu, Wersno melihat sekelebat bayangan wanita cantik yang berjalan melewati kerumunan orang-orang.

Sejenak terdiam menatap dari jauh penuh kekaguman, Wersno sudah banyak melihat kecantikan dari semua wanita di kerajaan Fluel, namun mereka tidak sebanding dengan satu sosok ini.

Coba membersihkan mata dan kembali melihat, tapi bayangan wanita itu sudah lenyap.

Ketika dia kagum akan sebuah keindahan, sosoknya tidak lebih sekedar ilusi fatamorgana saja. Ada penyesalan di hati lelaki muda satu ini.

Tapi anggapan itu salah, dimana saat kereta kuda beranjak semakin jauh, wanita yang membuat Wersno tertarik muncul kembali dari satu toko di sana.

"Berhenti...." Teriak Wersno dan itu membuat kusir terkejut untuk menghentikan laju kereta kuda yang dia bawa.

"Wersno apa yang kau lakukan." Jonzar terkejut.

Namun, Tanpa banyak bicara atau memberi jawaban dari pertanyaan sang ayah, Wersno melompat keluar dari kereta kuda dan berlari pergi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!