Tiba-tiba saja sebuah tangan menarik telinga William "Nah ayo kamu bohong apa? Cepat bilang sama Mami?" ucap Lisa sembari menjewer telinga anak pertamanya itu.
"Eh, Lis! Jangan kasar gitu dong sama William!" Jeni perlahan melepas tangan Lisa yang tadi di sempat digunakan untuk menjawab William.
"Mom sakit!" William merengek kepada Jeni, dan memeluk lengan Jeni sambil memanyunkan bibirnya.
"Astaga dia bukan kakak gue!" ucap Rafi yang memutar bola mata malasnya melihat kakak kandungnya merengek seperti itu.
"Ck, Anak siapa sih itu!" kata Alex sembari berkacak pinggang.
"Ya anak lo lah!" jawab Leon memberitahu.
"Tapi coba lihat dia! Kalau dia dimarahi sama Lisa pasti larinya ke Jeni!" Alex menggelengkan kepalanya sambil menghela nafas melihat tingkah laku anaknya.
"Bukan lo aja, anak-anak gue kalau kena marah juga larinya ke Lisa! Jadi mereka tuh selalu ngambil amannya aja, Biar enggak bisa dimarahin!" ucap Leon sambil mengingat saat anak-anaknya dimarahin dan malah justru larinya ke Lisa.
"Haish, kalau kamu terusin debatnya, aku nggak akan kasih kamu jatah!" Ancam Jeni secara tiba-tiba.
"Jatah apa ma?" Tanya Tania yang terlihat masih sangat polos.
"Nah, kan kamu gitu sih! Jawab sendiri aja sana!" Kata Leon yang menghela nafas karena anaknya bertanya pada Mommy nya seperti itu.
"Maksud mommy jatah makan kelinci sayang!"
"Memangnya kita punya kelinci?" Jawab Tania masih dengan polosnya.
"Punya sayang, tapi kelinci itu datangnya cuma pas malem aja!'' jelas Jeni lagi pada anak bungsunya.
"Gaib?" sahut Renald dengan wajah tanpa dosa dan kepolosannya yang tak kalah dari Tania.
"Pffffff,,, sukurin lo Jen!" Arga terkekeh karena melihat anak Jeni yang terus bertanya seperti itu.
Jeni justru malah semakin dibuat bingung harus menjawab pertanyaan anak-anak bungsu itu bagaimana. Dia sampai menggaruk kepalanya karena merasa frustasi dan bingung untuk mencari alasan.
"Sudah anak-anak cepat habiskan makan kalian dan jangan lupa belajar!" ucap Aleana yang seolah menjadi penolong untuk Jeni.
Lalu mereka serempak menjawab apa yang tadi dikatakan oleh Aleana. Lalu kemudian mereka segera menghabiskan makan malam mereka dan pergi belajar.
*****
Di malam yang dingin itu tepat setelah mereka makan malam terlihat Aleana sedang duduk kursi yang ada di balkon kamarnya, sembari menatap bintang-bintang yang ada di langit. Di tatapnya bintang itu yang seakan mengatakan kalau suasana malam itu terasa sangat memilukan dan mengingatkan Aleana pada masa lalunya yang kelam.
Arga, suami Aleana yang melihat itu pun berjalan menghampiri istrinya.
Flashback on,,,
Jauh sebelum Aleana dan juga pasangan-pasangan lain yang memiliki keturunan. Lebih tepatnya setelah Arga dan juga Aleana kehilangan calon anak mereka.
"Sayang, aku ingin meminta satu hal padamu!" ucap Arga yang ingin membicarakan hal serius pada Aleana.
"Tunggu Arga! Kau tak perlu mengatakan apapun! Biarkan aku yang mengatakannya!" ucap Aleana yang salah mengerti apa yang akan dikatakan oleh suaminya itu, "Mulai saat ini aku tidak akan lagi berhubungan dengan makhluk tak kasat mata! Aku juga tidak ingin kalau di masa depan nanti, anak-anakku kelak merasakan hal yang sama sepertiku!" lanjutnya.
Mendengar ucapan Aleana itu, Arga merasa senang tersenyum kearah Aleana.
"Syukurlah kalau kamu sudah mengerti!" kata Arga sambil memeluk hangat istrinya. Begitu juga dengan Aleana yang membalas pelukan hangat suaminya.
Flashback off,,,
Sebenarnya Aleana sudah tahu kalau anaknya, Alfian. Memiliki keistimewaan yang sama seperti Aleana yaitu dapat melihat makhluk tak kasat mata. Akan tetapi ternyata awalnya Aleana tidak mengetahui kalau sebenarnya anak pertamanya, Alfin. Sebenarnya juga memiliki keistimewaan yang sama seperti Alfian. Namun ternyata indra keenam milik Alfin hanya setengah terbuka dan tidak sepenuhnya terbuka seperti adiknya, Alfian.
Begitu juga dengan Alfin sendiri, yang memang tidak tahu kalau dirinya bisa melihat makhluk tak kasat mata. Bahkan Alfin tidak percaya akan adanya makhluk tak kasat mata.
Hal itu membuat kekhawatiran Aleana berkurang, karena yang dia tahu anak-anaknya tidak terlalu peduli dengan adanya makhluk tak kasat mata. Namun Aleana masih terus mengawasi Alfian supaya dirinya tidak usah terlibat dengan makhluk tak kasat mata.
Dan itulah kenapa Alfian memilih diam diam ketika dirinya ingin membantu makhluk tak kasat mata yang ingin meminta bantuan darinya. Itu semua karena mama Aleana melarangnya.
*****
Di dalam kamar Alfin,
Terlihat Alfin sedang duduk di ranjang miliknya, sembari mengingat kejadian tadi saat dirinya menabrak seorang gadis di perpustakaan.
"Siapa sebenarnya gadis itu? Sebelumnya gue nggak pernah melihat dia di perpustakaan!?" setiap pertanyaan muncul dalam benak Alfin tentang wanita itu.
"Haish, Kenapa gue malah jadi mikirin gadis tadi? Apa jangan-jangan gue suka lagi sama dia?" Alfin menggaruk tengkuknya lalu memilih untuk tidur.
*****
Di kamar lain, tepatnya kamar Alfian. Anak bungsu dari Aleana dan juga Arga.
Alfian sedang duduk di ranjang empuk miliknya sembari menatap layar laptopnya. Dirinya juga sedang memikirkan tentang sosok yang dia temui di koridor sekolah tadi.
"Kenapa hantu itu ingin sekali balas dendam? Sekarang apa yang harus gue lakuin? Apa gue harus bantuin dia? Atau nggak usah? Tapi kasihan juga sih? Haish, bodo amat lah mendingan gue tidur!" kata Alfian sambil menggaruk kepalanya karena pusing memikirkan itu. Lalu kemudian Alfian mematikan laptopnya, dan meletakkannya di meja dekat tempat tidur.
Saat dirinya menutup mata tiba-tiba saja ada suara ketukan yang terdengar di telinganya.
Tok tok tok
Sontak Alfian yang sudah masuk kea lam mimpinya pun langsung menoleh ke arah sumber suara ketukan itu.
Ceklek,,
Pintu terbuka dan terlihat ada seorang pria berdiri tepat di ambang pintu, setelah membuka pintu tadi.
"Alfian, lo udah tidur?" tanya pria itu yang tak lain adalah Alfin, kakak tertuanya.
Alfian menghela nafasnya, "Haish, Lo ngagetin aja sih Kak! Tumben lo ke sini ada apaan?" tanya Alfian yang ingin langsung to the point.
"Gue mau tanya sama lo!" ucap Alfin yang perlahan menutup pintu dan perlahan berjalan mendekat kearah adiknya yang kini duduk di ranjang empuk miliknya.
Alfin pun duduk di sebuah kursi meja belajar milik Alfian. Terlihat Alfian menatap kakaknya itu dengan penuh penasaran sambil mengubah posisinya bersandar pada dipan ranjang.
"Lo tau kan kalo gue itu nggak percaya sama apa yang namanya makhluk tak kasat mata!" ucap Alfin memberitahu Alfian.
Mendengar itu Alfian merasa heran dan langsung menjawab, "Iya gue tahu!" jawab Alfian sambil mengangguk.
"Sekarang bilang sama gue kalau hantu itu nyata! Dan mereka benar-benar ada!" ucap Alfin yang membuat Alfian terperanjat kaget.
"Lah, kenapa tiba-tiba lo nanya kayak gitu? Hayo ngaku kakak pasti percaya kan kalau hantu itu ada?" Alfian menggoda kakaknya yang dia ketahui kalau kakak yang tidak percaya dengan hantu.
Alfin langsung menjitak kepala Alfian, karena jarak meja belajar dan tempat tidur Alfian memang tidak terlalu jauh.
Pletak,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 217 Episodes
Comments
G
upp
2023-06-02
0