Happy Reading!
Oxel POV
Namaku Oxello Deovanno, umurku sudah 26 tahun. Aku memiliki seorang ibu dan dua orang adik laki-laki. Entahlah aku bisa menyebutnya sebagai ibu atau tidak, jika perlakuannya terhadapku tidak seperti seorang ibu. Juga adik laki-laki? Ah.. mereka berdua juga sama saja dengan ibu mereka. Ya, perempuan itu bernama Maria Cecilia.
Perempuan yang puluhan tahun lalu datang pada ayahku dengan kedua anak mereka. Si sulung berusia 6 tahun kalau tidak salah ingat, atau aku juga tak berniat mengingatnya.
Intinya mereka datang dan menjadi bagian dari keluarga kami. Maria, ya perempuan itu berperan seolah-olah dia adalah malaikat penolong bagiku yang masih membutuhkan sosok ibu di hidupku.
Dia baik, bahkan sangat baik tetapi saat ayah masih ada. Dia dan anak sulungnya yang bernama Michael merebut semua perhatian ayah dariku, hingga aku merasa tersisihkan.
Hingga pada suatu hari, ayahku mengalami kecelakaan parah hingga menyebabkan beliau tewas.
Semenjak itu Maria berubah, dia menjadi sosok ibu yang kasar padaku. Para maid di rumah kami dipecat dan rumah ayah dijual.
Kami semua pindah ke rumah kecil dan sederhana. Dan aku, aku yang menggantikan tugas para maid yang tidak pernah kukerjakan sebelumnya. Sebut saja mulai dari memasak, mencuci, mengepel, dan masih banyak lagi yang kukerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Sementara Maria dan anak-anaknya?
Ck.. jangan ditanya tentu saja mereka hanya duduk manis dan tidak melakukan apapun layaknya tuan muda dan nyonya besar, atau jika tidak mereka hanya bisa berbuat onar dan menimbulkan kekacauan di mana-mana. Miris sekali.
Jangan tanya mengapa aku tidak memanggilnya dengan sebutan 'ibu' karena aku tidak akan sudi sampai kapanpun untuk memanggilnya ibu.
Ah dan semakin beranjak dewasa ini akulah yang menjadi tulang punggung keluarga untuk ketiga bayi besar tidak tahu diri itu.
Apa kalian bertanya, apa pekerjaanku?
Ya, pada pagi hari aku mengantarkan susu dan koran ke rumah-rumah di komplek perumahan-perumahan. Siang harinya aku bekerja di toko bunga milik seorang bibi, bibi itu tinggal sendirian suaminya telah meninggal dunia dan anaknya bekerja di kota besar.
Entah apa pekerjaan anaknya tapi, dari apa yang kudengar anaknya adalah seorang pilot. Wow! Pasti kalian bertanya mengapa sang bibi tidak tinggal bersama anaknya saja, jika anaknya telah sukses?
Ha-ha-ha.. sama aku juga punya pemikiran seperti itu, aku bahkan pernah menanyakannya. Tahu apa jawabannya?
Dia berkata, “Aku tidak ingin merepotkan anak dan menantuku, jika aku ikut bersama mereka, meskipun mereka tidak merasa keberatan, tapi aku ingin menghidupi diriku sendiri selama aku masih mampu."
Benar-benar orang tua yang baik dan pengertian serta luar biasa! Tidak seperti ibu tiriku yang bisanya hanya berpangku tangan dan menyusahkan saja.
Apa kalian juga ingin mengetahui latar pendidikanku juga? Jika iya, akan kuberitahu. Aku hanya mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas.
Masuk universitas? Hanya sekedar angan-angan saja. Jika aku masuk universitas dan berkuliah, lalu siapa yang akan bekerja banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluargaku? Mereka saja tak bisa diharapkan.
Lagi pun aku tak memiliki biaya yang cukup untuk masuk universitas, memang, mungkin aku bisa mendapatkan beasiswa, akan tetapi lagi-lagi mereka menjadi penghalang untukku.
Hah.. mungkin memang sudah nasibku seperti ini. Terjebak dengan orang-orang aneh yang hanya bisa mengkhayal hidup mewah bak dalam drama korea.
Maka dari itu aku hanya bisa bekerja serabutan untuk menyambung hidup. Dengan penghasilan yang pas-pasan, aku tetap bersyukur karena setidaknya aku masih bisa merasakan sesuap nasi, mungkin (?)
Seperti saat ini aku sedang membantu bibi mengurus toko bunga miliknya, sambil merangkai bunga untuk dijadikan buket. Entahlah ini sebuah pesanan seseorang, barangkali untuk menyatakan perasaannya pada seseorang atau melamar (?)
“Oxel, apa kau sudah selesai dengan buket bunganya?" tanya bibi.
“Sebentar lagi aku sudah selesai," jawabku.
“Jika sudah selesai pulanglah terlebih dahulu. Bibi tahu jika ibumu pasti sudah menunggu."
Aku menghela nafas. Ya, aku memang mendapatkan izin pulang sejenak untuk mengurus sang bayi besar itu. Memasak saja mereka tidak bisa, bagaimana mau makan?
“Iya Bibi, setelah ini aku pasti akan pulang untuk memasak," ujarku dengan sebuah senyuman.
“Aku tahu kau adalah anak yang baik," ujar bibi itu memujiku yang hanya kutanggapi dengan sebuah senyuman.
...********...
Aku pulang ke rumah begitu sudah selesai dengan tugasku di toko bunga. Namun sesampainya di rumah justru disambut dengan raut wajah masam.
“Jam berapa sekarang? Apa kau tidak tahu jika jam makan siang lewat 1 jam yang lalu?" gerutu Maria.
Aku hanya memutar bola mataku.
“Jika begitu mengapa Nyonya tidak memasak sendiri? Apa Nyonya juga tidak tahu jika aku masih ada pekerjaan?" balasku sinis.
“YAK! BERANI KAU MENJAWAB UCAPANKU?!" teriak Maria lagi.
Ya ampun kenapa orang tua ini hobi sekali berteriak? Apa dia pikir orang lain itu tidak memiliki telinga? Aish...
“Maaf," jawabku singkat.
Aku segera melangkah menuju dapur untuk memasak daripada mendengarkan ocehan nenek sihir itu.
Tak perlu berlama-lama karena aku hanya masak yang sederhana saja. Tumis kangkung dan tempe goreng.
Tak ada buah, susu atau apapun seperti yang kalian bayangkan. Setelah selesai aku menghidangkannya di meja makan.
Kulihat nenek sihir itu menatap hidangan yang sudah tersaji di meja makan sepertinya ini akan menjadi ceramah yang panjang.
“Kenapa kau hanya memasak ini?" tanyanya.
Nah, kan dia mulai protes kembali. Dasar orang tua tidak pernah bersyukur.
“Itu bukan salahku. Aku sudah memberimu uang untuk kau kelola, Nyonya, tetapi kau sendiri yang memberikan aku sedikit uang untuk berbelanja. Uang tersebut hanya mampu ku belanjakan itu."
“Sayur apa ini? Aku tidak pernah menyantap hidangan seperti ini. Ini hanya untuk orang miskin. Aku tidak mau menyantapnya," ujarnya lagi.
“Itu terserah Anda, jika Anda tak ingin menyantapnya. Saya masih ada urusan pekerjaan. Saya pergi, selamat siang." jawabku sambil melangkah ke luar rumah.
“YA! KAU TIDAK BISA MELAKUKAN INI PADAKU, DASAR ANAK TIDAK TAHU DIUNTUNG," teriaknya. Yah, aku masih bisa mendengar suara teriakan nenek sihir itu dari jauh.
Apa katanya tadi? Anak tidak tahu diuntung? Bisa-bisanya dia membicarakan dirinya sendiri.
Seharusnya dia berkaca terlebih dahulu sebelum membicarakan orang lain. Dasar orang aneh.
Sesampainya di toko bunga aku langsung mengerjakan tugasku tanpa perlu berlama-lama lagi.
*******
Tak terasa hari sudah mulai sore, Aku pun bergegas pulang setelah membantu toko berkemas untuk tutup.
Ini adalah hari yang cukup melelahkan untukku. Untunglah hari ini toko bunga sedang ramai. Setidaknya pendapatan untuk hari ini ada tambahan sedikit daripada biasanya.
Sesampainya di rumah aku melihat mereka menatap tajam ke arahku. Aku menghela nafas untuk kesekian kali berusaha sabar.
“Ada apa?" tanyaku pada mereka.
“Kau masih bertanya ada apa untuk sesuatu yang seharusnya kau sudah tahu? Luar biasa!" jawab Michael.
Ah.. Si jelmaan tanaman bonsai itu sudah mau mulai berulah lagi kali ini.
“Jika kalian hendak protes dengan menu makanan hari ini, salahkan saja pada ibu kalian mengapa hanya memberikanku sedikit uang untuk berbelanja."
Kulihat wajah siluman tanaman bonsai itu mengeras kala mendengar jawabanku.
“Hei! Jangan salahkan ibuku, itu semua salahmu mengapa kau tidak bisa mengatur uang untuk kebutuhan sehari-hari," katanya.
“Aku? Tidak bisa mengatur uang? Ha-ha-ha... Ha-ha-ha.... Michael, apa matamu itu buta? Apa kau tidak bisa melihat jika aku menerima gaji, gajiku semuanya kuberikan pada ibumu? Jadi siapa sebenarnya yang tidak dapat mengatur keuangan? Aku atau ibumu?" kataku dengan nada sinis.
Sepertinya Michael tidak terima jika aku mencemooh ibunya, terlihat sekali bola matanya yang melotot seakan ingin ke luar dari tempatnya. Namun sekali lagi aku tidak peduli.
Ku langkahkan kakiku menuju kamar bersiap untuk bekerja kembali. Pada malam hari aku bekerja sebagai penyanyi cafe.
Selepas mandi dan bersiap aku mulai berangkat menuju cafe tempatku bekerja. Tidak ada waktu untuk beristirahat.
Mungkin bisa saja aku beristirahat di rumah, akan tetapi hal itu justru membuatku semakin tertekan karena keberadaan mereka di rumah. Itu bisa membuat ku stress.
Dan keadaan stress itu tidak baik untuk kesehatan mental dan tubuh. Maaf saja ya, aku masih ingin hidup sehat. Aku tidak mau mati muda.
Perjalanan menuju cafe hanya membutuhkan beberapa menit dengan sebuah bus.
Tak lama aku telah sampai di tempat yang ku tuju.
Aku langsung bergegas masuk dan bersiap sebelum mulai.
Beginilah kehidupanku sehari-hari. .
Bagaimana denganmu?
Oxel POV END
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Begitu membuat emosi naik turun ya hehe
2023-11-01
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
nah betull....
2023-11-01
0
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
wah bener2 ga tau diri. teriak miskin tp yah miskin juga hedehhh...
2023-11-01
0