Lea menatap sosok lelaki yang kini tengah bersimpuh di bawah telapak kakinya ini dengan tatapan tiada terbaca. Entah mengapa melihat seorang lelaki dengan wajah memelas, membuat sebuah permohonan seperti ini justru membuat hatinya sedikit iba. Ia merasa lelaki ini memang tengah dirundung masalah.
"Ayo bangun, jangan seperti ini!" titah Lea yang merasa tidak enak hati karena sampai membuat anak orang bersimpuh di kakinya.
Si lelaki kumal menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak akan pernah beranjak dari posisiku sebelum mendengar langsung dari bibirmu, bahwa kamu mau menolongku!"
"Ckkckkckk ... Menolong apa lagi sih? Aku bahkan tidak punya apa-apa untuk menolongmu. Lagipula aku tidak tahu kesulitan seperti apa yang sedang kamu alami," ucap Lea sembari berdecak.
Si lelaki kumal mendongakkan wajah. Ia menatap penuh harap wajah Lea yang sedari tadi masih terlihat kesal. "Menolong dengan mengizinkanku tinggal di sini. Itu saja yang aku minta."
Lea menggaruk tengkuknya yang tiada gatal. Sungguh situasi seperti ini justru membuatnya kikuk setengah mati.
Kalau aku biarkan lama-lama seperti ini sudah persis seorang wanita yang tengah dipaksa untuk menerima pinangan dari seorang laki-laki. Hmmmm ... Tapi masa iya dilamar oleh lelaki kumal seperti ini. Aduh Le, pikiranmu terlalu jauh. Itulah akibatnya jika kamu berangan-angan untuk segera dilamar oleh Kevin.
Lea menjitak keningnya sendiri kala tiba-tiba pikiran yang sedikit error menguasai benak. Bisa-bisanya dia berkhayal tentang adegan lamaran dari sang kekasih yang terlihat begitu so sweet.
Lea membungkukkan sedikit tubuhnya. Ia pegang bahu si lelaki kumal agar tubuhnya bisa berdiri tegak. Baru saja lelaki ini berdiri di hadapannya, tiba-tiba....
Hoekkk.. . Hoekkk....
Lea berlari ke arah kamar mandi setelah mencium aroma menyengat dari tubuh si lelaki kumal. Ketika lelaki ini bersimpuh di bawah telapak kakinya, bahkan ketika ia membekap mulutnya, aroma menyengat itu tidak begitu tercium. Namun setelah berdiri seperti ini entah mengapa semua menjadi berbalik arah. Aroma tubuh lelaki ini sungguh menyengat sekali.
"Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja kan?" tanya si lelaki kumal dengan guratan wajah yang dipenuhi oleh kekhawatiran.
"Stop, jangan dekat-dekat denganku!" perintah Lea ketika melihat si lelaki kumal mencoba mendekatinya. "Astaga, badan kamu bau sekali!" sambung Lea, dengan menutupi hidungnya menggunakan telapak tangan.
Si lelaki kumal mencoba untuk mencium aroma tubuhnya sendiri. "Ah apa iya? Padahal baru sepuluh hari aku tidak mandi!"
"Apa, sepuluh hari tidak mandi?" tanya Lea dengan raut wajah yang penuh dengan keterkejutan. Dan tiba-tiba "Hoeekkk .... Hoekkkkk!!!"
Lagi, Lea memuntahkan semua isi dalam perutnya, hingga hanya menyisakan buih-buih berwarna putih. Sungguh tidak terlintas dalam benaknya, bagaimana bisa sosok manusia membiarkan tubuhnya tidak terjamah air selama sepuluh hari.
"Isssshhh ... Isshhhhh ... Issshhh ... Kamu ini mengapa begitu jijik melihatku yang hanya tidak mandi selama sepuluh hari?"
"Apa kamu bilang, HANYA sepuluh hari?" seru Lea dengan memberikan penekanan pada kata hanya.
"Hehemm, padahal kecoa saja yang tidak pernah mandi tubuhnya tetap mengkilap. Barangkali aku juga bisa seperti itu. Tidak mandi tapi tubuhku tetap glowing."
Lea semakin dibuat kesal setengah mati. Bisa-bisanya si lelaki kumal bercanda dalam situasi yang penuh dengan aroma tubuh menyengat seperti ini. Lea keluar dari dalam kamar mandi untuk kemudian mendorong tubuh si lelaki kumal.
"Sudah, jangan banyak bicara lagi. Lebih baik sekarang kamu bersihkan tubuhmu yang super bau ini. Aku tidak mau kamarku terkontaminasi oleh bau sampah seperti itu!"
Si lelaki kumal tersenyum simpul. Pada akhirnya ia merasa lega karena bisa meyakinkan si pemilik kamar untuk memberikan tempat tinggal.
"Tolong belikan aku pakaian ya. Karena percuma saja aku mandi tapi tidak ganti pakaian. Sekalian tolong belikan pencukur kumis juga, rasa-rasanya jambangku ini sudah terlalu lebat yang membuatku risih."
Lea terhenyak mendengar permintaan lelaki asing ini. Baru saja ia direpotkan dengan permintaan untuk tinggal di rumahnya dan sekarang ada lagi permintaan yang membuatnya kerepotan setengah mati.
Astaga, baru sehari dia di sini tapi sudah minta macam-macam. Lantas bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Mengapa harus aku yang bertemu dengan orang ini, Tuhan...?
***
"Loh, non Lea beli apa? Kok sepertinya berat sekali?"
Mia menatap penuh tanda tanya sang majikan yang pulang-pulang dengan menenteng tas plastik yang lumayan besar.
Lea semakin keki. Ia harus pandai-pandai untuk mengelabui agar apa yang ia sembunyikan di kamar tidak diketahui oleh orang lain, termasuk asisten rumah tangganya ini.
"Ah bukan apa-apa kok Mbak. Ini hanya sekedar titipan dari teman kantor."
"Oh begitu? Tapi kok non Lea belum jadi mandi? Katanya tadi mau mandi?"
"Iya, habis ini aku mandi Mbak. Aku baru ingat kalau harus membelikan titipan teman kantor. Jadi, aku keluar dulu habis itu baru mandi."
Tak ingin berlama-lama diinterogasi oleh Mia, Lea bergegas melangkah untuk segera masuk ke dalam kamar. Akan menjadi malapetaka jika sampai ada orang lain yang tahu jika dirinya menyembunyikan lelaki di dalam kamar.
"Sudah pulang? Dapat bajunya?"
Lea memalingkan wajah kala melihat sosok lelaki yang hanya berbalut handuk yang menutupi bagian pinggang ke bawah saja sedangkan bagian perut ke atas ia biarkan terekspos. Lea ulurkan kantong plastik yang ada di tangannya.
"Semua yang kamu pesan ada di sini!"
Lelaki itu tersenyum lebar. Ia buka kantong kresek yang diberikan oleh Lea dengan penuh bahagia. "Wah, wah, ternyata selera fashionmu tinggi juga ya. Pakaian-pakaian ini lumayan mahal loh. Mana banyak lagi kamu belinya."
"Kalau tidak banyak sekalian, bisa-bisa aku dibuat kerepotan lagi. Jadi mending aku langsung beli banyak."
Lelaki itu melihat dengan seksama baju yang dibeli oleh Lea dan juga sekilas menempelkan beberapa potong di permukaan tubuhnya.
"Waaaowww, ini juga pas sekali di badanku. Padahal kamu tidak tahu ukuranku kan? Tapi mengapa bisa pas seperti ini?"
"Aku pakai ilmu kira-kira," jawab Lea sedikit kesal. Bisa-bisanya lelaki ini tidak segera memakai baju dan malah justru nyaman dengan lilitan handuk seperti itu. "Sudah jangan banyak bicara lagi. Sana lekas pakai bajunya!"
Si lelaki kumal kembali tersenyum penuh arti. Ia merapatkan tubuhnya ke Lea yang sedari tadi memilih untuk memalingkan wajah. Hal itulah yang membuat Lea sedikit terkejut.
"Eh, apa-apaan kamu? Jangan dekat-dekat!" titah Lea yang justru semakin beringsut mundur. Berhadapan langsung dengan lelaki yang hanya mengenakan handuk seperti ini sungguh membuatnya ketakutan setengah mati.
Si lelaki kumal mengulurkan tangan, mengajak berkenalan. "Sejak tadi kita belum berkenalan bukan? Namaku Sean!"
"Ckkkckkk .... Aku juga tidak ingin tahu siapa namamu. Tidak penting juga untukku. Jadi untuk apa berkenalan?"
Lelaki itu terkekeh lirih. "Aku rasa sangat tidak sopan jika aku sampai tidak tahu nama seseorang yang menolongku. Maka dari itu, aku ingin tahu siapa namamu."
Lea membuang napas sedikit kasar. Ia membenarkan apa yang diucapkan oleh si lelaki kumal. Ia rasa akan menjadi tuan rumah yang sangat buruk jika sampai tidak diketahui namanya oleh orang yang tinggal di sini.
Akhirnya Lea turut mengulurkan tangan. "Namaku Lea!"
"Lea?" seru lelaki itu dengan terkejut. "Bukankah Lea itu yang ada di Bali? Mengapa bisa sampai sini?"
Lea terperangah dengan kedua bola mata yang membulat sempurna. "Apa kamu bilang, Lea yang ada di Bali? Kamu menyamakan aku dengan Leak?"
Tak ada jawaban dari Sean selain hanya gelak tawa yang justru membuat Lea semakin kesal saja. Tanpa basa-basi, ia mengambil bantal dan bermaksud untuk melemparnya ke arah Sean.
"Dasar lelaki tidak ada akhlak. Sudah numpang, malah ngatain yang punya rumah. Rasakan ini!"
Melihat akan mendapatkan serangan dari Lea, Sean berlari kecil untuk menghindar. Lelaki itu berlari ke arah sudut kamar.
"Wllleeeleee ... Gak kena, gak kena!" ledek Sean sembari menjulurkan lidah karena ia berhasil menghindar dari bantal yang dilempar oleh Lea.
"Awas kamu ya!" ancam Lea yang masih belum menyerah untuk melempar Sean dengan bantal.
Namun pada saat ia akan melempar bantal itu lagi tiba-tiba.....
"Aaaaaaaa ... Handukmu melorot!!" teriak Lea ketika melihat handuk putih yang dikenakan oleh Sean melorot dari tempatnya. Wanita itu bergegas menutup mata dengan bantal yang masih ada di tangan.
Mendengar teriakan Lea, memaksa Sean melihat ke arah bawah. Tubuhnya ikut terperanjat dan kemudian ia segera berbalik badan.
"Mati aku, burungku sudah tidak suci lagi!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ༄༅⃟𝐐🇺𝗠𝗠𝗜ᴰᴱᵂᴵ 🌀🖌
wkwkwk sepuluh hari gak mandi, jorok ihkk
2023-12-30
0
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-08
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
burungmu menodai mata sucinya lea se sungguh terlalu😱😱😱😱
2023-06-10
0