Buronan Tampan Penghuni Loteng Kamar
Suara sirine mobil polisi dan ambulans meraung bersamaan memecah keheningan malam yang dipeluk oleh rintik air hujan. Dua kuda besi itu melaju kencang membelah jalanan untuk bisa segera tiba di tempat tujuan. Dari kencangnya laju dua kendaraan itu dan juga raungan sirinenya, seakan menjadi tanda bahwa telah terjadi sebuah peristiwa besar di kota ini. Seakan berpacu dengan waktu, dua kendaraan itu harus cepat-cepat untuk tiba di tempat yang dituju.
"Pemirsa, telah terjadi pembunuhan sadis di hotel Petir Menggelegar, tepatnya di kamar Angin Ribut Nomor 808. Penemuan mayat berjenis kelamin laki-laki dengan inisial AH ini membuat gempar para pengunjung hotel lainnya. Mayat yang pertama kali ditemukan oleh Guntur yang merupakan room service hotel terlihat sangat mengenaskan. Di mana tubuhnya dipotong-potong menjadi sebelas bagian dan berserakan di kamar mandi.
Petugas kepolisian yang baru saja tiba di tempat kejadian perkara mulai menyusuri setiap sudut tempat. Mencoba mencari jejak-jejak pelaku yang mungkin masih tertinggal. Sampai berita ini disiarkan, belum diketahui siapa pelaku dan motif dari kasus pembunuhan ini."
Seorang reporter salah satu kanal berita, menyiarkan secara langsung penemuan mayat lelaki berinisial AH di salah satu hotel yang berada di pusat kota. Suasana hotel ini mulai ramai dengan warga yang berbondong-bondong ingin melihat kasus pembunuhan ini secara langsung.
Beberapa petugas kepolisian mulai menyusuri setiap sudut area, mencoba mencari jejak-jejak yang tertinggal. Fokus mereka langsung tertuju pada CCTV koridor hotel yang mana mereka yakini masih ada rekaman siapa saja yang berlalu lalang di tempat kejadian.
Sedangkan sebagian petugas kepolisian lainnya dan beberapa petugas medis mulai memasukkan potongan-potongan tubuh mayat inisial AH ini ke dalam kantong jenazah, yang kemudian akan dibawa ke rumah sakit untuk di autopsi.
Selang beberapa saat, para petugas kepolisian itu memasang police line di tempat kejadian perkara. Setelah mengantongi satu petunjuk berupa rekaman CCTV hotel, mereka berencana kembali ke kantor untuk menganalisa kasus pembunuhan ini.
"Pak, apakah sudah ada petunjuk yang dikantongi tentang siapa yang terlibat dalam kasus pembunuhan ini?" tanya seorang reporter berita kepada salah satu petugas kepolisian.
"Untuk petunjuk, tim kami fokus pada CCTV hotel mengingat tidak ada satupun jejak yang ditinggalkan di tempat kejadian perkara. Kami akan dalami kasus ini secara detail. Tentang siapa sebenarnya sosok lelaki dengan inisial AH ini dan motif apa yang ada di balik kejadian pembunuhan ini."
"Lantas, kira-kira motif apa yang melatarbelakangi terjadinya kasus pembunuhan ini?"
"Untuk motif pelaku, belum bisa kami pastikan. Kami harus menggali informasi terlebih dahulu tentang orang-orang yang berada di sekitar korban. Namun untuk sementara, kami bisa sedikit menyimpulkan bahwa motif pembunuhan ini adalah dendam pribadi."
"Perkiraan, mayat itu sudah berapa hari ada di dalam kamar 808 itu Pak?"
"Perkiraan kami sudah lebih dari tiga hari karena mayat sudah mengeluarkan bau yang sangat menyengat."
"Lalu, untuk pelaku sendiri, apakah mungkin saat ini dia melarikan diri?"
"Tentu. Sudah tentu ia melarikan diri. Oleh karena itu kami analisa dulu melalui rekaman CCTV hotel. Setelah itu nanti akan kami rilis dan kami siarkan ke media untuk memburu pelaku yang saat ini kami pastikan mencoba untuk melarikan diri."
"Terima kasih banyak untuk laporannya Pak, selamat bekerja kembali!"
Beberapa petugas kepolisian mulai melangkah meninggalkan tempat kejadian perkara. Mereka harus bergerak cepat untuk bisa segera menangkap siapa pelaku pembunuhan ini.
"Demikian pemirsa berita yang dapat saya laporkan langsung dari Hotel Petir Menggelegar. Untuk kabar selanjutnya, kita tunggu pihak kepolisian merilis wajah pelaku yang nantinya akan kami siarkan secara langsung. Saya, Sonya Kalisa, mengucapkan terima kasih dan sampai jumpa!"
****
Dengan napas terengah-engah seorang laki-laki berlari menyusuri jalanan yang nampak sepi dan lengang. Tubuh yang terasa lemah, kepala yang terasa pening dan juga langkah yang terasa berat, ia paksa untuk menembus pekat malam ini.
Rembulan memilih bersembunyi di balik awan, sehingga hanya ada suasana temaram yang mendominasi. Hembusan angin kencang juga menyelinap masuk melalui pori-pori kulit sampai terasa menusuk tulang.
Tak lagi kuat untuk melawan rasa lelah setelah beberapa jam berlari, lelaki itu pun memilih untuk memasuki area SPBU 24 jam di mana terlihat truk-truk besar yang berhenti di sana. Biasanya para sopir truk itu beristirahat di SPBU sekaligus menunggu pengisian bio solar yang saat ini mulai dibatasi penggunaan serta distribusinya. Demi menunggu jatah pengisian bio solar, sampai membuat para sopir truk rela untuk menunggu lama di SPBU.
Lelaki itu memilih memasuki toilet untuk sekedar buang air kecil sekaligus untuk memikirkan bagaimana ke depannya. Apa yang harus ia tempuh untuk tetap membuatnya aman dari kejaran polisi. Ia memaksakan diri untuk terus berpikir meskipun raut wajahnya menampilkan ekspresi penuh ke-frustrasian.
"Bukan, bukan aku yang membunuh Andrew. Bukan aku!" teriak lelaki itu sembari mengacak rambutnya kasar.
Pandangan lelaki itu nyalang ke langit-langit kamar mandi seakan begitu kalut akan apa yang harus ia lakukan saat ini.
"Aku harus segera pergi dari kota ini. Sudah pasti aku yang akan diburu polisi karena mungkin rekaman CCTV hotel menampilkan wajahku," monolognya lirih.
Lelaki itu beranjak setelah selesai dengan hajatnya. Ia keluar dari dalam toilet dan berjalan mendekat ke arah salah satu truk pengangkut barang dan seketika muncul sebuah ide di benaknya.
"Aku harus bisa menyusup ke dalam bak truk ini. Akan aku ikuti kemana truk ini melaju. Aku yakin truk ini akan membawaku ke tempat yang aman."
Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Terlihat suasana begitu sepi dan justru situasi seperti ini yang menguntungkan bagi lelaki itu. Tak ingin membuang banyak waktu, lelaki itupun mulai memanjat bak truk dan kemudian masuk ke dalamnya.
Hap!
Lelaki itu berhasil masuk ke dalam bak truk di mana berisikan kayu-kayu gelondongan. Ia kemudian mengambil posisi di sudut yang masih terlihat sedikit longgar. Lelaki itu meringkuk untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah tiada terkira.
Badan truk sedikit bergetar dan diiringi oleh deru suara mesin yang terdengar di telinga. Perlahan, truk yang ditumpanginya ini berjalan dan segera meninggalkan area SPBU. Ia menghela napas dalam dan perlahan ia hembuskan. Ada kegetiran yang bersembunyi di sudut hatinya.
"Seharusnya dalam keadaan seperti ini, papa dan mama ada di sisiku untuk melindungi serta membelaku. Tapi kenyataannya, mereka tidak pernah tahu akan situasi yang tengah aku hadapi ini. Aku harus menghadapi ini semua sendiri meskipun dengan cara melarikan diri."
Tanpa terasa setetes kristal bening jatuh dari pelupuk mata lelaki itu. Meskipun ia terlihat begitu tangguh, namun tidak banyak yang tahu jika hati serta jiwanya begitu rapuh. Tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya secara penuh dan utuh, seakan membuat lelaki itu kehilangan pijakan untuk bertumpu.
"Akan aku ikuti kemana truk ini membawaku pergi. Untuk sementara, aku harus bersembunyi sembari memikirkan langkah apa yang harus aku tempuh selanjutnya."
.
.
.
Assalamualaikum kakak-kakak semua... Bertemu lagi dengan novel ke dua author ya.. 🤗🤗 setelah novel sebelumnya bertemakan rumah tangga, kini kita coba untuk suasana baru dengan menghadirkan cerita romansa sebelum pernikahan yang begitu manis.
Seperti biasa.... jangan lupa untuk terus memberikan dukungan ya Kak... Dengan like, komentar, subscribe, vote, gift, rate bintang lima dan share... Terima kasih dan selamat membaca 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus ceria
2023-07-08
0
R.F
semangat kk
;ampir di karyaku y
2023-06-19
1
Devii Arga
waduh ngakak aku kak baca nama hotel dan kamarnya😂
2023-06-17
1