"Ya ampun ... Buronannya ganteng sekali!!!"
"Apanya yang ganteng Mbak?"
Mia, asisten rumah tangga di kediaman Lea yang tengah melipat pakaian sembari menonton acara televisi seketika terperanjat kala mendengar suara seseorang yang berasal dari balik punggungnya. Ia pun kemudian berdiri dan menghampiri sang majikan.
"Itu lho Non, polisi baru saja merilis wajah yang diduga menjadi tersangka atas kejadian mutilasi di hotel Petir Menggelegar sepuluh hari yang lalu. Ya ampun Non, tersangkanya ganteng sekali."
Lea menoleh ke arah layar televisi yang ternyata sudah berganti berita. "Issshhh kok suka sekali melihat berita yang seperti itu sih Mbak? Kalau aku sih gak minat sama sekali."
"Aduh Non, padahal berita mutilasi ini sempat menghebohkan jagad raya loh. Masa Non Lea gak penasaran?"
"Enggak Mbak, aku sama sekali tidak penasaran."
"Padahal tersangkanya ganteng sekali Non dan sekarang menjadi buronan karena melarikan diri," papar Mia menjelaskan. "Kok non Lea sudah pulang?"
"Ini kan hari Sabtu, Mbak, jadi aku bisa pulang lebih awal." Lea mengibas-ibaskan tangannya di depan muka. "Hah, hari ini panas sekali. Aku seperti terbakar berada di jalanan tadi."
Melihat sang majikan kegerahan karena cuaca yang begitu panas, Mia langsung sigap. Wanita itu berjalan ke arah minibar dan mengambil satu gelas air dingin.
"Di minum dulu Non, biar badannya langsung segar dan tidak kegerahan lagi!" ucap Mia seraya mengulurkan segelas air putih itu ke arah Lea.
Lea mengulum senyum sembari menerima satu gelas air dingin yang diberikan oleh Mia. Ia daratkan sejenak bokongnya di sofa ruang tamu dan segera meneguk air dalam gelas itu.
"Srrrpppp, haaaahhh ... segarnya," ucap Lea setelah sensasi rasa segar membasahi kerongkongan. Ia kembali menatap Mia yang masih dalam posisi berdiri. "Ini pasti ada maunya nih kalau super perhatian seperti ini. Mbak Mia pengen apa?"
Mia tersenyum kikuk sembari menggaruk ujung hidungnya yang tidak gatal. "Hehe ... saya mau minta izin untuk keluar malam mingguan sama mas Slamet, Non. Tidak lama kok Non, maksimal dua jam."
Lea tergelak seketika. Ternyata firasatnya benar jika asisten rumah tangganya ini begitu perhatian karena ada maunya.
"Nah kan benar?" ucap Lea membenarkan firasatnya. "Oke lah Mbak, aku izinkan Mbak Mia untuk malam mingguan sama mas Slamet. Tapi jangan malam-malam ya pulangnya."
"Siap Non."
Mia beralih mengayunkan tungkai kaki menuju halaman setelah pekerjaannya melipat pakaian sudah paripurna. Menunaikan kewajibannya untuk bersih-bersih halaman yang biasa ia kerjakan menjelang sore seperti ini.
"Aaaaaaa ... Apa ini??"
Lea yang masih duduk di sofa seketika tubuhnya terperanjat kala mendengar teriakan Mia. Ia bangkit dari posisi duduknya dan bersegera menghampiri Mia.
"Ada apa sih Mbak? Kok teriak-teriak seperti itu?"
"Non Lea coba ke sini! Ini aneh sekali Non."
"Apa sih Mbak." Lea mendekat ke arah Mia dan melihat sesuatu yang ditunjuk olehnya. "Ini kan cuma mangga yang jatuh Mbak? Kok heboh sekali?"
Lea masih tidak bisa memahami maksud Mia berteriak kencang seperti tadi. Baginya hal yang biasa melihat buah mangga yang terjatuh dan berserakan di atas tanah seperti ini.
"Iihhhh, non Lea itu bagaimana? Kalau ini sih bukan sembarang jatuh Non."
"Bukan sembarang jatuh bagaimana Mbak?" tanya Lea dengan kernyitan di dahi. Sejatinya ia belum bisa memahami apa yang dimaksud oleh asisten rumah tangganya ini. "Ini kan hal yang wajar. Bisa jadi dimakan codot."
Mia menggelengkan kepala. Ia pungut mangga yang hanya tersisa biji dan juga serabutnya saja. "Ini sih bukan dimakan codot Non, tapi dimakan manusia. Masa iya codot bisa memakan buah mangga sampai bersih seperti ini? Dan lihatlah, mangga ini seperti dikupas menggunakan gigi Non."
Mia masih bertahan dengan argumentasinya yang membuat Lea juga turut mempertimbangkan apa yang diucapkan wanita itu. Apa yang diucapkan oleh asisten rumah tangganya ini memang ada benarnya juga.
"Sudahlah Mbak jangan terlalu dipikirkan. Jika memang buah mangga ini dimakan manusia anggap saja kita sedang berbagi kepada sesama manusia."
Untuk memupus rasa heran dan juga sedikit rasa takut di dalam diri Mia, Lea mencoba untuk tetap berpikir positif. Biarkan saja beberapa buah mangga ini dinikmati oleh orang lain asalkan orang itu tidak berbuat yang macam-macam di rumahnya.
"Tapi saya masih takut Non. Karena sebelumnya tidak pernah terjadi hal semacam ini. Kalaupun ada orang yang meminta buah mangga, pasti mereka minta izin terlebih dahulu."
Lea mengedikkan bahu. Menanggapi dengan santai ucapan Mia. "Sudah Mbak, lebih baik sekarang kamu lanjutkan pekerjaanmu. Tubuhku juga gerah sekali. Ingin mandi lalu bersantai di atas loteng."
"Baiklah Non." Mia kembali melanjutkan pekerjaannya, menyapu halaman rumah ini. "Oh iya, non Lea tidak ada rencana malam minggu dengan mas Kevin? Barangkali kita bisa double date?" sambung wanita itu.
Lea terhenyak sejenak kala mendengar pertanyaan Mia, namun sesaat kemudian ia tergelak. "Apa Mbak, double date? Ya ampun, kamu tahu istilah double date dari siapa?"
"Dari pembantu rumah sebelah Non. Katanya dia sedang kursus bahasa Inggris."
Lea hanya berdecak pelan. Ada-ada saja tingkah laku pekerja di rumahnya ini. "Aku belum ada rencana keluar malam minggu bersama Kevin, Mbak. Mungkin dia tidak kemari karena masih lelah. Mbak tahu sendiri kan kalau dia baru saja pulang dari Singapura?"
"Yaaaahhhh, sayang sekali ya Non. Padahal kalau sama-sama keluar, kita bisa double date. Atau paling tidak dia ke sini Non, bawain oleh-oleh gitu dari Singapura."
"Hmmmm... jangan terlalu berharap Mbak. Toh oleh-oleh dari Singapura paling juga hanya cokelat."
"Benar juga ya Non. Kalau cokelat sih Mas Slamet juga sering beliin."
Lea memilih untuk tidak lagi menanggapi perkataan Mia. Ia langkahkan kembali kakinya untuk masuk ke dalam kamar. Rasanya ia ingin segera mandi dan setelah itu menikmati senja di loteng.
Sesampainya di kamar, Lea menyambar bathrobe yang tergantung di balik pintu. Rasanya sudah tidak tahan lagi ia menahan gerah di hari ini.
Ceklek... Ceklek... Ceklek...
"Loh, ini kenapa? Kok pintu kamar mandinya tidak bisa dibuka?"
Ceklek... Ceklek... Ceklek...
Raut wajah keheranan dan juga frustrasi menguasai kala pintu kamar mandi seperti terkunci. Berkali-kali Lea mendobrak pintu kamar mandi namun sama sekali tidak bisa dibuka. Ia sampai keheranan ada apa gerangan. Karena kejadian seperti ini baru pertama kali terjadi.
"Ya Tuhan, aku hanya ingin segera mandi di bawah air shower tapi ada saja halangannya. Ada apa ini?"
Masih belum mau menyerah, Lea kembali memutar kenop pintu kamar mandi. Di sela-sela usahanya membuka pintu, tiba-tiba....
Ceklek...
"Aaaaaaaaa ...." teriak Lea kala melihat sosok lelaki asing yang tiba-tiba keluar dari bilik kamar mandi.
Lelaki asing itu dengan gerak cepat langsung membungkam mulut Lea dengan telapak tangan. Ia khawatir jika teriakan Lea ini akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di luar sana.
Kedua bola mata Lea membulat sempurna. Tidak ia sangka jika mulutnya dibungkam seperti ini. Tanpa berpikir panjang, ia gigit telapak tangan lelaki asing ini.
"Aaaaahhhhhh .... Kenapa kamu menggigitku?"
Jika sebelumnya Lea yang berteriak karena kedatangan orang asing ini, kini giliran lelaki kumal yang berteriak setelah telapak tangannya digigit oleh Lea. Ia mengibas-ibaskan tangan untuk mengusir sensasi rasa perih yang terasa.
Lea beringsut mundur, menjauh dari lelaki asing ini. "Siapa kamu? Mengapa kamu bisa ada di rumahku?"
"Ssssttt ... Jangan keras-keras. Nanti kamu akan tahu siapa aku. Tapi izinkan aku untuk tinggal di sini untuk sementara waktu. Sampai situasi aman terkendali."
"Apa? Tinggal di sini?" tanya Lea dengan ekspresi terkejut setengah mati. "Tidak, tidak, kamu pikir ini tempat penampungan? Silakan lekas pergi dari sini!"
Sungguh tidak pernah terpikirkan di benak Lea kedatangan tamu asing yang tiba-tiba meminta izin untuk tinggal di rumahnya. Apalagi orang asing dengan penampilan kumal seperti ini.
Wajah lelaki kumal itu mendadak pias kala mendengar penolakan dari Lea. Ia tidak tahu lagi harus kemana jika tidak di rumah ini. Ia merasa sudah terlalu lelah luntang-lantung kesana kemari di pinggir jalan dan terlebih lagi akan membuat posisinya tidak aman. Tidak aman karena menjadi buronan polisi.
Lelaki kumal itu mengayunkan tungkai kakinya untuk bisa lebih dekat dengan Lea. Tanpa berpikir panjang tubuhnya meluruh di atas lantai, membuat satu permohonan kepada Lea.
"Tolong izinkan aku tinggal di sini untuk sementara waktu. Setelah semua situasi terkendali, aku akan segera pergi dari sini." Si lelaki kumal mengulurkan tangannya untuk memegang kaki Lea. "Aku mohon. Karena saat ini hanya kamulah yang bisa menolongku!"
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-08
0
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ
codot bkn cuma nyuri mangga mbak tp nyuri hati majikan mu jg😌
2023-06-10
0
novi⁸
yaaahhh udah ganti berita
2023-06-05
0