Sejak kematian pangeran Yan Sensoo, putri Quan Ling selalu berlatih ilmu bela diri, bahkan tidak ada kata istirahat baginya. Semua itu ia lakukan hanya dengan satu tujuan yang pasti, membunuh pangeran Zhou Yan.
"Lihatlah, Yang mulia apa yang telah dilakukan oleh putri kita?" Ratu Yun Lie menatap putrinya dari atas pendopo istana.
"Hatinya masih sangat marah dan menyimpan dendam atas kematian pangeran Yan Sensoo," sahut raja Shan Hua yang juga merasa sedih melihat kondisi putri nya.
Memang sejak peristiwa itu, putri Quan Ling tidak seperti biasanya. Putri Quan Ling yang murah senyum dan selalu ceria.
Kini yang terlihat hanyalah sorot mata kemarahan dan kebencian. Dari siang hari hingga malam ia terus saja berlatih.
"Ada penyusup…!" tiba-tiba seorang penjaga berteriak ketika melihat sekelebat bayangan hitam menghilang di balik bangunan istana.
Mendengar teriakan itu seluruh prajurit bergegas mencari sosok penyusup itu, begitu juga dengan putri Quan Ling yang telah meninggalkan balairung untuk mencari penyusup itu.
Putri Quan Ling dan seluruh prajurit berusaha mencari penyusup itu, hingga pada akhirnya mereka menemukan penyusup itu di dekat penjara tawanan mereka yaitu, prajurit dari kerajaan Shengshi yang berhasil mereka ringkus.
Prajurit yang berada didalam tahanan tersenyum lebar ketika melihat pangeran Zhuo Yhan datang untuk melepaskan dirinya.
Tanpa berpikir panjang, putri Quan Ling segera menghunuskan pedangnya pada leher penyusup itu.
"Menyerah lah, atau aku habisi kau."
"Ampun Yang mulia putri Quan Ling, maafkan hamba, hamba hanya mendapat tugas untuk mengawasi tawanan ini," si penyusup itu bersandiwara berpura-pura mengaku sebagai prajurit di istana itu.
"Apa kau prajurit baru?" putri Quan Ling menatap tubuh prajurit itu, mengamatinya dari atas hingga bawah.
Pria dengan tubuh kekar berpakaian dengan pakaian yang sama dengan prajurit di Kerajaan itu, sedang berlutut sembari menundukkan kepala.
Sebenarnya keamanan di Kerajaan itu sangat ketat, akan tetapi, kecerdasaan pangeran Zhou Yhan mampu memberikan tipu muslihat dengan menyamar sebagai seorang prajurit dan memakai pakaian yang ia peroleh dari prajurit yang berhasil ia bunuh sebelumnya. Bahkan pangeran Zhou Yhan rela melukai lengannya sendiri dan mengolesinya dengan tanah kering agar terlihat seperti luka lama.
"Benar, Yang mulia putri Quan Ling," jawab Zhou Yhan yang menyamar sebagai seorang prajurit di Kerajaan itu. Sekilas ia menatap wajahnya putri Quan Ling membuat pandangan mereka saling bertemu.
Karena tidak pernah melihat wajah pangeran Zhou Yhan, putri Quan Ling dan prajuritnya dengan mudah dapat diperdaya oleh pangeran Zhou Yhan. Mereka percaya kalau pria di depannya ini adalah prajurit anggota mereka.
"Tunjukkan buktinya," perintah putri Quan Ling dengan menatap ke arah pangeran Zhou Yhan yang bertekuk lutut di depannya.
Dengan segera prajurit palsu itu menyingkap lengan bajunya dan memperlihatkan sebuah tanda keprajuritan yang merupakan bekas luka yang terlihat mengering.
Melihat adanya bukti itu, putri Quan Ling mulai mempercayai prajurit palsu itu dan menyarung kan kembali pedang nya.
"Baiklah, aku percaya padamu. Jaga dan awasi tawanan ini, jika terjadi sesuatu beritahu aku."
"Baik, Yang mulia putri Quan Ling," sahut prajurit palsu itu dengan kepala tertunduk dan menangkupkan kedua tangan di depan kepalanya sebagai sebuah bentuk penghormatan kepada putri Quan Ling.
Setelah dirasa tidak ada yang perlu di curigai, putri Quan Ling berlalu dari tempat itu yang diiringi oleh beberapa prajurit yang akan kembali ke tempat mereka semula.
Merasa penyamarannya berhasil, pangeran Zhou Yhan tersenyum sinis. Ia merasa begitu puas dapat mengelabui putri Quan Ling dan para prajuritnya sekaligus.
Setelah dirasa keadaan cukup aman, pangeran Zhou Yhan segera melancarkan aksinya membebaskan prajurit kepercayaan dirinya.
"Terimakasih pangeran," bisik prajurit itu ketika melangkah keluar dari pintu tahanan.
"Sudah, jangan banyak bicara ayo, cepat pergi!" perintah pangeran Zhou Yhan dengan berbisik pula.
Kemudian dengan sangat berhati-hati mereka berdua pergi meninggalkan istana.
>>>>>>>>
Sementara itu putri Quan Ling yang saat ini sedang berada di dalam kamar sahabatnya, Manchi. Wanita yang merupakan anak dari inang pengasuhnya. Mereka bersahabat sejak kecil hingga terasa seperti saudara.
Manchi sedang terbaring meringkuk di atas ranjangnya, air mata terus mengalir dari kelopaknya. Ia sungguh menyesali apa yang telah terjadi padanya, kesuciannya direnggut oleh pria yang tidak bertanggung jawab. Bukan hanya itu, manchi juga disiksa oleh pria itu setelah merenggut kehormatannya. Tanda lebam kebiruan, membekas di sekujur tubuhnya.
"Manchi," paggil putri Quan Ling dengan lembut, "aku mengerti perasaanmu, laki-laki itu telah dipenjara dan besok kau akan menyaksikan hukumannya,"
Manchi tetap diam, hanya suara isak tangisnya yang terdengar melemah diantara hembusan nafasnya.
"Manchi, kau dengar aku." tidak ada jawaban.
"Manchi, aku mohon jawablah!" putri Quan Ling menarik tubuh Manchi yang membelakangi dirinya.
Namun, apa yang ia dapatkan. Wajah Manchi terlihat pucat dengan mulut yang berbusa. Putri Quan Ling terkejut atas apa yang terjadi kepada sahabatnya.
"Manchi, Manchi kau kenapa? Oh dewa, tidak mungkin," ucap putri Quan Ling seraya menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya ketika ia menemukan sebuah botol berisi racun di samping sahabatnya.
Seketika putri Quan Ling memanggil tabib istana untuk menyelamatkan Manchi yang telah berusaha bunuh diri.
"Selamatkan nyawanya tabib, selamatkan dia." putri Quan Ling merasa tidak tega ketika melihat sekujur tubuh sahabatnya kejang-kejang.
Tabib istana berusaha keras memberikan ramuan penawar racun. Namun, pada akhirnya ia harus menyerah saat melihat tubuh Manchi tidak bergerak lagi.
Seketika tangis putri Quan Ling pecah, di samping jasad sahabatnya.
"Apa salah kami, mengapa mereka merenggut orang-orang yang aku sayangi, apa salahku? Selama ini kami tidak pernah mengusik kehidupan mereka, mengapa mereka menghancurkan kehidupan kami?" geram putri Quan Ling dengan bibir bawahnya yang bergetar menahan tangis.
Kemarahan dan dendam semakin berkobar-kobar didalam hatinya.
“Demi pangeran Yan Sensoo dan Manchi, aku akan menghabisi kalian semua!"
Putri Quan Ling bergegas dengan penuh amarah yang memuncak, ia melangkahkan kakinya menuju ke arah penjara, malam itu juga ia akan menghabisi bajingan itu dengan kedua tangannya.
Sedangkan jasad Manchi di urus oleh pihak istana.
Kedua mata putri Quan Ling membola ketika melihat pintu penjara terbuka dengan rantai yang telah terputus.
"Sialan, bajingan itu berhasil kabur," geram putri Quan Ling, "tapi, siapa yang telah membantunya?"
"Atau jangan-jangan prajurit itu adalah penyusup!" putri Quan Ling teringat seorang prajurit baru yang diperintahkan untuk mengawasi tawanannya ternyata adalah seorang penyusup.
"Prajurit…! Kejar mereka…!"
Suara lantang keluar dari mulut putri Quan Ling, yang langsung dipatuhi oleh seluruh prajuritnya.
Putri Quan Ling mengerahkan semua pasukan untuk mengejar pangeran Zhou Yhan dan seorang prajuritnya itu.
"Jika saja aku tahu dia adalah pangeran Zhou Yhan, tentu saja aku tidak akan melepaskan nya, seharusnya aku tebas saja lehernya," geram putri Quan Ling seraya menaiki kudanya ikut mengejar pangeran Zhou Yhan dan Seorang prajuritnya.
Putri Quan Ling melesatkan kudanya melalui udara, secepat kilat ia telah berada di langit mencari dan mengamati seluruh lekuk bumi. ia gunakan kekuatan sihirnya untuk mencari keberadaan pangeran Zhou Yhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments