Setelah melahirkan ratu Yun Lie kembali di buat terkejut dengan sesuatu yang kembali terjadi kepada dirinya, darah yang semula membasahi separuh tubuhnya, kini hilang lenyap begitu saja.
"Ya dewa, apa sebenarnya yang sedang terjadi?" Ratu Yun Lie tiba-tiba merasa semua rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya lenyap seketika.
Ratu Yun Lie pun berdiri dan berjalan seperti biasa, membuat raja Shan Hua kembali terheran-heran.
"Ini benar-benar sebuah keajaiban, terimakasih dewa, terimakasih atas semua karunia yang telah kau berikan kepada kami, kami berjanji akan selalu menjaga dan menyayangi putri kami dengan setulus hati kami." Raja Shan Hua mencium berkali-kali bayi perempuan yang sedang menatap wajahnya di dalam gendongannya.
Sedangkan si tabib istana tidak sadarkan diri ketika melihat ratu Yun Lie bisa berdiri bahkan berjalan seperti biasa, bahkan tidak terlihat seperti wanita yang baru saja melahirkan.
"Yang mulia, apa yang harus kita lakukan?" tanya ratu Yun Lie ketika melihat tabib itu terjatuh di samping tempat tidurnya.
"Biarkan saja, nanti juga akan sadar sendiri," jawab raja Shan Hua lalu melangkahkan kakinya menuju aula istana.
Sang permaisuri mengikuti langkahnya dari belakang.
Namun, baru saja mereka membuka pintu seluruh penghuni istana telah berkerumun, siap menyambut kedatangan sang Putri Mahkota.
Raja Shan Hua mengangkat sebelah tangannya, memberi isyarat agar mereka semua diam dan tidak menimbulkan keributan.
Kemudian raja Shan Hua kembali melanjutkan langkahnya menuju aula istana.
Dari ketinggian aula yang beberapa puluh meter, raja Shan Hua melihat ratusan atau bahkan jutaan rakyatnya yang telah siap menyambut kehadiran sang putri mahkota.
"Hidup raja Shan Hua!" teriak salah seorang pemimpin mereka.
"HIDUP!" sahut rakyat serempak.
"Hidup ratu Yun Lie!"
"HIDUP!"
Raja Shan Hua menjulurkan sebelah tangannya ke depan, memberi isyarat kepada rakyatnya agar diam. Melihat perintah dari raja mereka semua rakyat terdiam menantikan apa yang akan disampaikan oleh raja mereka.
"Terima kasih semua rakyatku, terima kasih atas kehadiran kalian semua," ucap raja Shan Hua, "malam ini adalah malam yang sangat bersejarah didalam hidupku dan dalam kehidupan kalian semua, sang pewaris tahta kerajaan yang selama ini kita nantikan telah terlahir ke dunia, ini adalah jawaban dari permohonan kita semua,"
Raja Shan Hua berpidato dengan penuh wibawa. Sedangkan ratu Yun Lie hanya tersenyum manis di samping raja.
"Inilah putriku tercinta, sang putri mahkota, Putri Quan Ling!" raja Shan Hua mengangkat tubuh putrinya ke udara dengan kedua belah tangannya.
Sorak sorai rakyat meramaikan suasana, malam yang semula gelap gulita disertai angin badai dan petir, kini tiba-tiba saja berubah menjadi malam yang cerah, bintang-bintang bertaburan di langit, sang rembulan pun menampakkan wajahnya menyinari tubuh mungil putri Quan Ling.
"Hidup Yang mulia putri Quan Ling!" teriak rakyat nya lagi.
"HIDUP!"
Seketika putri Quan Ling, yang sejak lahir hanya diam saja, kini menangis sejadi-jadinya, seakan menjawab semua panggilan rakyatnya yang mengelukan namanya.
"Terimakasih rakyatku tercinta, terimakasih," kemudian raja berlalu kembali ke dalam istananya.
Seluruh rakyat merasakan kebahagiaan dengan lahirnya sang putri Mahkota, karena mereka yakin kelahirannya akan membawa keberuntungan bagi seluruh jagad raya, walaupun jauh didalam lubuk hati mereka sedang bertanya-tanya, kapan sang ratu hamil, karena sebelumnya mereka tidak pernah mendengar kabar tentang kehamilan sang ratu.
'Atau, Jangan-jangan sengaja disembunyikan oleh Yang mulia raja? Tapi, mengapa? Apa alasannya?'
Berbagai macam pertanyaan dan dugaan tengah menyelimuti hati dan pikiran mereka, rakyat huacachina di desa shirakawa.
Sesaat kemudian tampak perdana menteri yang bernama Huan Chen datang menemui rakyat di alun-alun istana, yang dikawal oleh beberapa prajurit di belakangnya.
"Atas perintah Yang Mulia raja Shan Hua, kami akan memberikan kalian bahan makanan pokok, satu orang mendapatkan satu parsel," tutur perdana menteri.
"Pelayan, cepat bagikan parsel itu." Perdana menteri menunjuk ke arah belakang, dimana tampak ratusan karung goni yang berisi parcel.
"Baik, tuanku perdana menteri," sahut pelayan itu.
Kemudian bersama dengan beberapa teman sesama pelayan, dan juga dibantu oleh beberapa prajurit, mereka membagikan kepada rakyat yang telah berjejer rapi menantikan pembagian parcel pokok tersebut.
"Terimakasih kasih, tuanku," ucap salah seorang rakyat yang kemudian diikuti oleh yang lainnya.
"Terimakasih."
Setelah memakan waktu yang cukup lama, akhirnya pembagian parcel pokok itu pun selesai, dan semua rakyat kembali ke rumah masing-masing. Malam yang tenang semakin larut.
>>>>>>>>>>
Nyanyian fajar mulai menyingsing di ufuk timur, cahaya sang mentari menghalau rembulan yang telah bersinar semalaman.
Pagi ini suasana istana sangatlah berbeda, suasana yang biasanya sepi dan sunyi, kini telah ramai dengan suara tangisan putri Quan Ling.
Suaranya yang keras memenuhi seluruh ruangan istana,memekakkan setiap telinga yang mendengar suara tangisannya.
Dengan penuh kasih sayang, ratu Yun Lie mendorong ayunan yang tergantung di depannya. Berusaha menenangkan sang putri Mahkota.
Sayup-sayup terdengar suara dendangan lagu yang dinyanyikan oleh ratu Yun Lie.
"Tidurlah oh sayang… tidurlah sayangku… esok akan tiba… jemput hari indahmu…."
Namun, putri Quan Ling masih saja menangis tak menghiraukan sang ibu yang terus mendendangkan lagu untuknya.
"Putri ku, putri Quan Ling, apa yang kau inginkan?" keluh ratu Yun Lie karena merasa gagal menenangkan sang putri tercinta.
"Aku ingin keluar istana, aku ingin membantu rakyatku!" tiba-tiba saja suara itu terdengar dari mulut putri Quan Ling.
Mendengar putrinya bisa bicara, membuat ratu Yun Lie terkejut setengah mati.
"Put… putriku… kau kah yang bicara itu?" ratu Yun Lie seakan tidak percaya mendapatkan pengalaman itu di pagi ini.
"Benar, Ibu ratu, aku putri Quan Ling yang bicara," jawab putri Quan Ling yang langsung membuat ratu Yun Lie pingsan tidak sadarkan diri.
Beruntung saat itu tidak orang lain selain mereka berdua, sehingga tidak ada yang mengetahui apa sebenarnya yang telah terjadi saat ini.
Tubuh putri Quan Ling yang masih merah, melayang begitu saja. Tubuhnya terangkat dari dalam ayunan kemudian melayang keluar menembus jendela kaca.
Tubuh mungil itu kini berubah menjadi sebuah kilatan cahaya putih kebiruan, bagaikan cahaya berlian, yang terus melayang menuju ke arah desa Shirakawa.
Dimana di desa itu, tampak semua penduduk sedang berusaha membangun kembali gubuk mereka yang roboh akibat dari angin badai dan petir semalam. Bahkan banyak pepohonan yang mengering hangus karena terkena sambaran petir.
Putri Quan Ling yang memiliki kekuatan luar biasa, hanya dengan menjentikkan jari tangannya, mampu membuat semua gubuk yang tadinya roboh menjadi tegak kembali seakan tidak pernah terjadi apapun. Semua kembali ke posisi semula.
"Ya dewa, terima kasih atas pertolonganmu!" seru seorang penduduk dengan rasa bahagia bercampur heran.
"Aku rasa, ini karena kelahiran putri Quan Ling, satu per satu keajaiban terjadi diantara kita," sahut yang lain.
"Apapun itu, kita sungguh beruntung. Hidup putri Quan Ling!" teriak yang lain laku diikuti dengan ucapan yang sama oleh penduduk yang lainnya.
Melihat semua rakyatnya memuji mengelukan namanya, membuat putri Quan Ling merasa senang. Walaupun kehadirannya tidak di sadari oleh rakyat nya, namun dengan bisa membantu mereka merupakan kebahagiaan tersendiri bagi putri Quan Ling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ajaib.... tor
2024-02-06
0
al-del
Selamat ya 🤗
2023-06-04
1
𝙴 = 𝚖𝚌²
kebijakan dari dewa
2023-06-03
1