Dua puluh satu tahun kemudian.
Di negeri Huacachina di kerajaan Hua Kingyan, tampak suasana sangat meriah. Seluruh rakyat berdatangan menikmati meriahnya acara pertunangan Putri Quan Ling dengan pangeran Yan Sensoo.
Putri Quan Ling tampak sangat bahagia bertunangan dengan pangeran tampan dan baik hati.
Pangeran Yan Sensoo adalah putra dari sahabat raja Shan Hua yang telah meninggal di dalam pertempuran, untuk membalas jasa sahabatnya raja Shan Hua memutuskan untuk menjodohkan putrinya dengan pangeran Yan Sensoo.
Beruntung putri Quan Ling menyetujuinya, karena ia adalah putri yang sangat patuh kepada kedua orang tuanya. Ia yakin pilihan orang tuanya adalah yang terbaik untuknya.
Pangeran Yan Sensoo sering mencuri pandang ke arah putri Quan Ling yang kecantikannya tiada duanya. Sementara putri Quan Ling hanya tersenyum membalas tatapan tunangannya.
Putri Quan Ling semakin dewasa semakin cantik parasnya, membuat semua pria yang melihatnya pasti akan tergila-gila kepadanya.
Selain cantik Putri Quan Ling juga terlatih dalam kecakapan bertarungnya, tidak hanya bertarung menggunakan senjata ia juga memiliki kekuatan inti yakni kekuatan yang menggunakan ilmu sihir yang ia miliki sejak lahir. Ilmu ini juga mampu menyimpan senjata apapun menjadi tidak kasat mata.
Ditengah kebahagiaan itu tiba-tiba datanglah bencana besar yang tidak terduga sebelumnya.
Pasukan kerajaan Shengshi yang berjumlah ribuan prajurit, telah berhasil memasuki batas daerah kerajaan Hua Kingyan, yang dipimpin langsung oleh Zhou Yhan dan Shin Haein sebagai panglima perang.
Pesta pertunangan terus saja berlangsung dengan meriah dan penuh suka cita, tanggal pernikahan putri Quan Ling dan pangeran Yan Sensoo di tetapkan dua bulan yang akan datang, tepat disaat bulan purnama.
Musik melody menggema di seluruh istana menambah meriahnya suasana.
Namun, siapa sangka pada saat itulah tiba-tiba suara teriakan dan jerit tangis ketakutan merusak meriah nya suasana penuh cinta.
Para wanita dan anak-anak berlarian tidak tentu arah, seakan ada yang mengejar di belakang mereka.
"Ada apa ini? Mengapa mereka semua berlari?" tanya raja Shan Hua.
Dan bertepatan pada saat itu, banyak di antara prajurit yang terluka bahkan meninggal.
"Cepat, angkat senjata kalian!" seru raja Shan Hua memberikan perintah.
"Serang….!"
Para prajurit kerajaan Hua Kingyan melawan prajurit kerajaan Shengshi. Pertempuran Sengit pun terjadi, suasana yang nyaman dan penuh suka cita kini telah berganti sangat mencekam.
Aroma amis darah mulai tercium di mana-mana, cairan kental merah yang disebut darah tumpah dimana-mana. Mengalir dari tubuh yang telah tergeletak tak bernyawa.
Karena tidak siap mendapat serangan yang tiba-tiba, banyak dari prajurit kerajaan Hua Kingyan yang kalah bahkan yang tewas tidak terhitung jumlahnya.
Dalam sekejap, kerajaan Hua Kingyan telah di penuhi dengan mayat manusia. Bahkan tempat itu kini berubah menjadi lautan darah.
Menyaksikan semua hal itu membuat Putri Quan Ling terjun langsung ke medan pertempuran. Putri Quan Ling bergabung dengan para prajuritnya yang masih mampu bertahan.
Pertempuran pun semakin sengit, suara dentaman senjata saling bersahutan. Diiringi dengan suara teriakan para manusia yang meregang nyawa.
Tidak terkecuali dengan pangeran Yan Sensoo, ia juga terjun ke medan pertempuran.
Kerajaan Hua Kingyan mengalami kehancuran yang sangat luar biasa, banyak prajurit yang tewas dalam pertempuran. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih mampu bertahan.
Semua wanita dan anak-anak bersembunyi di tempat rahasia yang terdapat di dalam istana. Kecuali putri Quan Ling, yang ikut bergabung melawan para prajurit kerajaan Shengshi.
Dengan sekuat tenaga dan segenap keberanian putri Quan Ling menebaskan pedangnya pada setiap musuh yang mendekat kepadanya. Sehingga banyak prajurit dari kerajaan Shengshi yang tewas di tangannya.
Pangeran Zhou Yhan yang melihat semua itu, segera bertindak. Ia mendekati pangeran Yan Sensoo dan mulai menyerangnya dengan gencar.
Pangeran Zhou Yhan mengetahui bahwa pangeran Yan Sensoo adalah tunangan dari putri Quan Ling. Jadi, pangeran Zhou Yhan bermaksud ingin menghabisi pangeran Yan Sensoo agar putri Quan Ling menghentikan aksinya.
Pangeran Zhou Yhan mengarahkan pedangnya pada leher pangeran Yan Sensoo yang sedang bertarung melawan Shin Haein, pangeran Yan Sensoo tidak mengetahui bahwa dibelakangnya pangeran Zhou Yhan tengah mengincarnya. Tanpa menunggu apapun lagi, pangeran Zhou Yhan segera menebasnya dengan gerakan yang sangat cepat. Putri Quan Ling sempat menyaksikan peristiwa itu.
ZRASSH…
"Tidak…!" teriak putri Quan Ling ketika menyaksikan tubuh calon suaminya rubuh dengan kepala terpenggal.
Bahkan cipratan darah dari tubuh pangeran Yan Sensoo mengenai tepat pada wajah putri Quan Ling. Kebetulan jarak diantara mereka saat itu tidak terlalu jauh.
Seorang Ksatria hebat dari kerajaan Shengshi telah berhasil membunuh pangeran Yan Sensoo.
"Pangeran…!" pekik putri Quan Ling berlari ke arah calon suaminya.
Saat itu pangeran Zhou Yhan telah pergi dari tempat nya, putri Quan Ling sempat melihat sosok pangeran Zhou Yhan namun, hanya sekilas.
Karena pangeran Zhou Yhan mengenakan penutup wajah dari kain membuat putri Quan Ling tidak mengenali wajahnya.
Pangeran Zhou Yhan dan pangeran Shin Haein segera memberi perintah kepada para prajuritnya untuk meninggalkan kerajaan Hua Kingyan yang telah berhasil mereka porak-porandakan. Namun, salah seorang prajurit andalan dari Kerajaan Shengshi berhasil diringkus hidup-hidup dan di jebloskan kedalam penjara.
Putri Quan Ling meratapi tubuh calon suaminya dengan penuh kemarahan dan dendam, walaupun hubungan mereka hanya berawal dari sebuah perjodohan. Namun, putri Quan Ling merasa nyaman dan mulai jatuh hati kepada pangeran Yan Sensoo. Akan tetapi takdir berkata lain, maut yang membuat mereka harus berpisah.
"Aku bersumpah, akan membunuhnya dengan tanganku sendiri, akan aku buat tubuhnya terpisah dari kepalanya sama seperti apa yang telah dia lakukan kepadamu!" teriak putri Quan Ling yang saat itu sedang bersimpuh di samping jasad pangeran Yan Sensoo.
Karena kemarahan yang begitu tinggi hingga membuat seluruh tubuhnya bergetar bahkan terlihat bola api di kedua matanya.
Putri Quan Ling mengambil darah yang mengalir dari tubuh pangeran Yan Sensoo dengan telapak tangannya, kemudian mengusap kan pada dahinya. Sebagai bukti sumpahnya tidaklah main-main.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh para penghuni istana selain mengkremasi jasad-jasad yang telah tak bernyawa. Hanya air mata yang selalu mengalir di setiap kelopak mata para istri yang telah ditinggalkan oleh suaminya.
Putri Quan Ling menatap kobaran api yang terus menyala dari pengkremasan jasad pangeran Yan Sensoo. Di wajahnya tidak terlihat lagi kedamaian, melainkan sebuah amarah yang menimbulkan dendam.
Aroma daging manusia yang terbakar ditengah kobaran api menusuk indra penciuman, membuat hati semakin pilu. Lenyap sudah semua kenangan manis di Kerajaan Hua Kingyan yang tersisa hanyalah abu dari pembakaran.
"Ampun putri Quan Ling, aku mendengar yang membunuh pangeran Yan Sensoo adalah pangeran Zhou Yhan, putra mahkota dari kerajaan Shengshi," ucap paman Ang Bei ketika mendapatkan informasi itu dari salah seorang prajurit.
"Siapapun dia, akan aku pastikan dia akan tiada di tanganku!" putri Quan Ling mengepalkan kedua tangannya dengan penuh kemarahan.
"Dan ini adalah janji serta sumpah ku kepada pangeran Yan Sensoo," lanjutnya.
Belum selesai acara pengkremasan itu, putri Quan Ling mendengar informasi bahwa sahabat nya yang bernama Manchi telah diperkosa dan di siksa habis-habisan oleh prajurit kerajaan Shengshi, beruntung prajurit kerajaan Hua Kingyan berhasil menangkap nya dan menjebloskan nya ke dalam penjara.
Mendengar hal itu, putri Quan Ling semakin murka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments