Feri, Agni, dan Kiki. Melihat Aziel jalan pelan-pelan untuk keluar dari kelasnya, Kiki yang melihat Aziel kesusahan untuk jalan, ingin sekali membantunya tapi dilarang oleh Feri.
" Mau kemana kamu Ki?" Tanya Feri menatap sinis ke arah Kiki yang mau keluar kelas.
" Jangan jadi pahlawan kesiangan kamu Ki, biarin dia jalanin sendiri dan terima akibat dari kesombongan dia dengan melawan Feri tadi pagi." Tegas Agni yang paling tidak suka, melihat ada temen yang mau jadi pahlawan kesiangan.
" Iyah saya mau bantu dia, kasihan jalan sendiri, dengan kaki seperti itu, nakal boleh tapi jangan berlebihan seperti ini temen-temen, kita masih pelajar masa sikap dan ucapan kita seperti pereman sih?" Tanya Kiki yang heran, melihat temen-temennya kejam sekali dengan Aziel.
Bugh, Satu tonjokan mendarat diwajahnya Kiki, karena Feri kesel melihat Kiki yang memaksa mau bantuin Aziel.
" Berani melangkah, nasip kamu akan seperti dia mengerti!" Bentak dan ancam Feri melihat Kiki dengan tatapan sinis dan penuh amarah, Feri paling tidak suka dibantah.
" Saya tidak takut, dengan anak pereman seperti kamu, semakin banyak temen-temen yang luka karena kamu, saya yakin kamu akan dikeluarkan dari sekolah ini dengan tidak hormat dan kamu akan malu karena sikap seenaknya kamu sendiri!" Ancam Kiki yang tidak terima di tonjok oleh Feri, cuman karena berusaha bantuin Aziel saja.
Kiki langsung jalan meninggalkan kelas, menahan rasa sakit diwajahnya, Kiki tidak ingin ditindas terlalu lama oleh Feri yang selalu seenaknya.
" Sial! Sudah ada dua orang yang berani melawan saya, awas mereka akan menerima akibatnya!." Tegas Feri sambil mengepalkan tangannya, karena kesel melihat Aziel dan sekarang Kiki sudah mulai berani melawan Feri.
"Jangan mau ada yang melawan kamu Feri, masa kamu kalah sama dua orang itu sih." Lanjut Agni yang paling seneng provokasi Feri, supaya tetep bisa jadi jagoan di kelasnya dan tidak ada yang boleh melawan sama sekali.
" Kamu bener, masa saya kalah dengan mereka sih." Lanjut Feri yang setuju dengan ucapannya Agni, tidak akan biarkan Kiki ikut-ikutan Aziel untuk melawannya.
Agni senyum bahagia melihat Feri berhasil di provokasi oleh ucapannya, Agni langsung keluar dari kelas dengan perasaan bahagia karena berhasil menghasut Feri.
Dilain sisi, Kiki yang berhasil kejar Aziel di parkiran, langsung ajak Aziel untuk pulang bareng.
" Aziel saya anter pulang, motor kamu kan rusak tentunya tidak bisa pulang sendiri kan." Ucap Kiki, yang tidak tega melihat Aziel kesusahan untuk pulang sendiri.
" Tuhan aku ikhlas, apapun yang akan terjadi selama diperjalanan menuju rumah." Batin Aziel, Aziel pasrah apapun yang akan terjadi selama dijalan dan berusaha menghargai niat baiknya Kiki untuk anterin Aziel pulang.
" Boleh saja Kiki, terimakasih sudah baik mau bantu saya pulang. " Ucap Aziel berusaha santai, berusaha berfikir positif dengan niat baik nya Kiki yang tiba tiba menawarkan untuk anterin Aziel pulang.
" Sama sama Aziel, hati hati naik motornya." Lanjut Kiki, Kiki berdiri dibelakang Aziel supaya tidak jatuh dari motornya saat naik motor.
Saat Aziel sudah duduk dengan aman, membuat Kiki langsung naik motornya untuk anterin Aziel pulang sampai rumahnya
Dilain sisi, Agni saat sudah masuk kedalam mobilnya, melihat tugas sekolah untuk besok membuat Agni merasa pusing dan kesel.
" Sial! Tugas ekonomi lagi, mana saya ngerti sih dan banyak lagi soalnya, ini Guru selalu siksa muridnya dengan soal banyak seperti ini!." Protes Agni kesel, karena diberikan tugas ekonomi dan baru selesai tugas Fisika yang sama sama menghitung.
" Nona, kita mau kemana? Mau jalan jalan atau mau langsung pulang?." Tanya Supirnya Agni melihat anak majikannya marah marah sendiri.
" Pulang saja Pak, saya kesel banyak tugas seperti ini, harus dikerjain dari siang Pak." Lanjut Agni yang malas sekali, banyak tugas yang membuat Agni tidak bisa banyak main.
" Baik Nona" Lanjut Supirnya Agni yang langsung menyalakan mobilnya, untuk meninggalkan sekolahan menuju rumah.
Dilain sisi, Orang tuanya Aziel, bingung melihat anaknya pulang sekolah tiba-tiba kakinya sulit untuk berjalan, masuk kedalam rumah.
" Kamu kenapa jalannya seperti itu? Motor kamu mana? Kenapa pulang dianterin temen kamu?" Tanya Ayah Nya Aziel, melihat anaknya kesulitan jalan menuju teras rumahnya.
" Jatuh dari motor Ayah tadi pagi, oleh karena itu jalannya seperti ini dan sudah diobatin tadi di ruang UKS." Ucap Aziel, yang tidak tega kasih tahu yang sebenarnya ke orang tuanya.
" Jatuh dimana? Terus motor kamu disimpan dimana? Sepertinya kondisi motor kamu parah, sampai ditinggal seperti ini?" Tanya Ayah nya Aziel, curiga kalo anaknya jatuhnya cukup parah, sampai motornya ditinggal.
" Aziel, kamu berusaha melindungi Feri tidak kasih tahu yang sebenarnya, padahal Feri sudah jahat seperti ini ke kamu padahal Aziel." Batin Kiki tidak menyangka jika Aziel, tidak kasih tahu yang sebenarnya ke orang tuanya.
" Ada di sekolah Ayah, sudah yah ayah, Aziel dan Kiki mau belajar di kamar soalnya ada tugas sekolah." Lanjut Aziel sengaja, supaya tidak ditanya terus oleh orang tuanya.
" Tunggu, kamu boleh ke kamar kalo kita sudah bawa pulang motor kamu, sepertinya kaki kamu tidak dalam keadaan baik baik saja itu!." Tegas Ayah nya Aziel, yang tidak ingin anaknya tidak bawa pulang motornya sekarang.
" Biarin Aziel ke kamarnya duluan saja Om, biar saya saja yang ambil motornya Aziel di sekolah soalnya saya mau ke supermarket beli paket internet." Ucap Kiki berusaha, tidak membuat ayah nya Aziel paksa Aziel ke sekolah lagi karena kaki Nya Aziel bengkak dan bahaya jika terlalu dipaksa untuk terus jalan.
" Tidak!, Om yang mau ambil motornya Aziel, apa ada yang kalian sembunyikan? Om merasa aneh Aziel jatuh dari motor sampai di anterin pulang oleh kamu dan motor di tinggal di sekolah, sebenarnya apa penyebab Aziel jatuh?" Tanya Ayah Nya Aziel yang curiga, jika Aziel jatuh dari motor karena dijahili oleh temen-temennya.
Aziel bingung karena ayah nya, mau ke sekolah untuk ambil motornya, jika ayah nya datang ke sekolah maka akan ketahuan kalo Aziel jatuh dari motor karena didorong oleh Feri tadi pagi, sampai kaki nya ke tiban motornya sendiri.
Dilain sisi, Kepala sekolah melihat motornya Aziel yang rusak, karena ulah Feri membuat kepala sekolah semakin bingung untuk tegur Feri yang selalu seenaknya.
" Kaca spion patah, body motornya sampai lepas seperti itu, dan sekarang kondisi kaki Nya Aziel juga jadi pincang Pak. Karena di dorong oleh Feri cukup keras" Ucap Guru olahraga yang melihat sendiri, disaat Feri dorong Aziel dari motor.
" Feri harus dikasih teguran keras, supaya tidak semakin seenaknya ke temen-temennya. Dia disini untuk belajar dengan benar bukannya seenaknya ke temen-temennya, membuat luka dan motornya rusak seperti ini" Ucap Kepala sekolah yang kesel, karena sudah banyak laporan kenakalan Feri selama di sekolah.
" Teguran terakhir saja dulu Pak langsung ke Feri, jika anak itu tidak bisa di tegur yah kita langsung bilang ke orang tuanya, dan masih berulah baru kita keluarkan Pak, jangan sampai citra sekolah kita rusak cuman karena anak nakal seperti Feri saja Pak." Tegas Guru olahraga, yang tidak ingin sekolahnya di cap gagal untuk mendidik muridnya untuk tidak berbuat nakal ke temen-temennya dan membuat temennya sampai sakit segala.
" Baik lah Pak, besok kita tegur Feri langsung dan tahapan terakhir baru kita keluarkan dia, saya juga tidak ingin sekolah ini dianggap gagal untuk mendidik muridnya jadi anak baik-baik." Lanjut Kepala sekolah, yang setuju dengan rencana Guru olahraga demi menjaga nama baik sekolah, lebih baik kehilangan satu murid dari pada membuat nama baik sekolah jadi rusak begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments