Keluarga Pak Alam telah sampai di rumah. Awan buru-buru turun dari mobil mendahului ayah dan mamanya, sepertinya ia masih sangat jengkel. Sedangkan Pak Alam dan Mama Andin baru saja keluar dari mobil dengan santainya. Wajah mereka tampak berseri-seri karena mereka sedang bahagia.
Sebentar lagi keinginan mereka untuk punya besan orang kaya akan segera terwujud. Senja dan Awan sudah dapat pastikan segera bertunangan. Itu artinya tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan mereka berdua.
Mama Andin memandang heran ke arah Awan yang sudah mendahului mereka.
"Yah, itu si Awan kenapa ya? Perasaan tadi saat ketemu Senja baik-baik aja deh, kenapa pulangnya tiba-tiba ngambek begitu?" tanya Mama Andin pada suaminya.
"Jangan pikirin dia, biarkan saja. Dia tidak tau perjuangan kita semata untuknya. Kalau dia sudah sah jadi menantunya Pak Agung, "kan dia juga yang enaknya. Begitulah anak yang tidak tau bersyukur. Ayah tidak mengerti jalan pikiran Awan. Dia kira kesempatan akan datang dua kali, kalau kita tidak secepatnya bertindak maka orang lain yang akan ambil kesempatan itu. Senja cantik dan orang tuanya kaya pasti banyak yang berlomba-lomba ingin jadi suami dia," ujar Pak Alam.
"Kamu benar Yah, kita tidak boleh lengah. Si Awan harus bisa jadi menantu Pak Agung secepatnya, bila perlu langsung menikah gak usah pake tunangan-tunangan segala," ujar Mama Andin tampak semangat.
"Setuju, nanti kita bicarakan lagi dengan orang tua Senja," sahut Pak Alam lebih semangat lagi.
Keduanya sama-sama masuk ke rumah sambil melihat di sekeliling tempat, mereka mencari Awan tapi tidak ada, mungkin ia sudah di kamarnya. Mama Andin pergi ke kamar Awan ia menggedor pintu kamar nya dan memanggil Awan.
"Awan, Awan ... keluar sebentar Nak? Mama mau bicara!" seru Mama Andin.
Awan yang mendengar suara Mamanya sengaja mengabaikannya karna ia masih kesal dengan sikap ayah dan mamanya itu yang sudah membohongi Pak Agung, ia tidak suka sikap orang tuanya seperti itu..
Mama Andin memanggil beberapa kali. Tapi, tidak ada juga jawaban. Ia pun berhenti memanggil Awan dan pergi menemui suaminya sambil mengomel.
"Dasar anak tidak tau berterimakasih, di bantuin malah marah," gerutu Mama Andin terus berjalan menuju kamarnya. Ia langsung masuk dan duduk di tepi ranjang dengan wajah murung.
"Ada apa sih Ma, kok cemberut?" tanya Pak Alam pada istrinya.
"Tuh, si Awan ngeselin banget, tidak mau bukakan Mama pintu Yah," lirihnya.
"Biarin dia saja Ma, mungkin ia mau menenangkan hatinya sendiri. Sudahlah gak usah di ganggu nanti dia bisa sembuh sendiri. Awan memang gitu orang nya ngambekkan kayak gak tau sifat Awan aja kamu. Lebih baik kamu mandi saja, Ayah mau ke dapur mau minum kopi dulu," ujar Pak Alam berlalu menuju dapur.
"Aduh Yah, malam-malam kok masih mau minum kopi sih? Ntar susah tidur besok kan udah mau narik," ujar Mama Andin memperingatkan suaminya.
"Lagi pengen aja Ma," ucap nya sambil terus berjalan.
"Hem iyalah, pergi sana buat sendiri ya ...!" teriak Mama Andin dari kamar.
"Iya," jawab Pak Alam dengan singkat.
Ditempat lain.
Senja yang masih dilanda api asmara tampak senyum-senyum sendiri ia tidak menyangka kalau pria yang di jodohkan dengannya itu adalah Awan kekasihnya sendiri dan ia merasa bahagia sekali. Ia memeluk boneka kesayangannya pemberian Awan saat ultahnya tahun lalu. Hati Senja sangat bahagia saat itu karna pria yang jadi kekasihnya itu akan segera jadi tunangannya.
"Mas Awan, aku adalah wanita beruntung di dunia karna sebentar lagi aku akan jadi milikmu Mas, dan kita akan jadi pasangan yang bahagia di sepanjang hidup kita," ucap Senja sambil memandangi ponselnya yang berlatar foto Awan yang berdiri dengan gagahnya itu.
Senja terus memandangi foto Awan di layar ponselnya sambil tersenyum. Terlintas di benaknya saat bersama Awan tadi. Dengan sengajanya Awan mencium pipi Senja dan ia memegangi bekas ciuman Awan tadi masih membekas di pipinya.
Senja merebahkan tubuhnya di ranjang masih memeluk boneka kesayangannya itu sampai ia terlelap di buai mimpi.
Keesokan harinya matahari telah terbit tampak malu-malu memancarkan sinarnya. Dikeluarga Pak Alam masing-masing sudah mulai melakukan aktivitasnya. Ibu menyiapkan sarapan pagi dan Pak Alam memanaskan angkot yang sebentar akan membawanya mencari nafkah. Tapi, lain hal nya dengan Awan ia masih dalam keadaan tertidur pulas tidak ada aktivitas. Sepertinya ia terlambat bangun hari ini semalam matanya sulit di pejamkan karna pikirannya sedang terganggu dengan sikap Ayah dan Mamanya yang membuatnya jengkel.
Awan masih dalam keadaan tertidur Mamanya yang tengah mempersiapkan sarapan baru sadar kalau saat itu sudah pukul 6 lewat. Biasanya jam segitu Awan sudah bangun untuk pergi kuliah tapi pagi itu tidak ada tanda-tanda kedatangan Awan. Mama Andin pun menghentikan pekerjaannya dan mendatangai kamar Awan.
"Awan! bangun ...!" teriak Mama Andin sambil menggedor pintu kamarnya.
Awan mendengar sayup-sayup suara mamanya. Iya menutup kuping dan membetulkan posisi tidurnya. Mama Andin memperkeras suaranya agar Awan bangun.
"Mama ngapain sih teriak-teriak? pasti dia lupa kalau hari ini aku libur," ucap Awan sendirinya ia berusaha bangun dan akan menemui Mamanya.
"Awan ...! bangun apa kamu gak sadar ini sudah jam berapa?" tanya Mama Andin dengan nada tinggi.
"Aduh Mama, emang kenapa? ini masih pukul 6 kok. Awan gak kuliah hari ini," ucap Awan keluar dari kamar memunculkan wajah lusuhnya.
"Bilang dong dari tadi! kan Mama gak capek teriak-teriak," cetus Mama Andin sambil mendorong tubuh Awan. Ia kesal sudah capek-capek bangunin tapi ternyata Awan gak kuliah.
"Mama ...! Mama masak apa hari ini? Awan pengen makan enak dong Ma," seru Awan.
Mama Andin menoleh ke arah Putranya.
"Emang kamu mau makan apa?" tanyanya.
"Mau makan udang Krispy Ma, ada?"
"Mama gak ke pasar hari ini, gak ada duit habis untuk ongkos taksi semalam. Kamu minta nya yang mahal-mahal aja, makan sana di lestoran minta sama pacar kamu yang kaya raya itu. Di dapur cuma ada rendang jengkol tuh," tunjuk Mama Andin kesal.
"Mama tega amat suruh Awan minta duit ana Senja, emang Awan cowok apaan, minta duit sama pacar. Malu dong, harga diri Awan sebagai cowok hilang" ujar Awan panjang lebar.
"Lagian Awan gak suka jengkol, kenapa sih masak jengkol terus?" gerutunya kesal.
"Suka gak suka makan aja itu yang ada, kalau sudah jadi menantu Pak Agung baru boleh minta yang mahal-mahal," ucap Mama Andin meninggalkan Awan.
"Hem, malas banget mau makan, sambung tidur aja lagi," ucapnya sambil menguap.
"Oya kira-kira Senja sudah bangun belum ya? Telpon dia dulu ah ...," ucap Awan semangat.
Awan pun menelpon Senja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
dia pasti masih didalam mimpi mimpiiin dirinya punya kebahagiaan kecil bersama dirimu
2023-08-15
2
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
Hahaha ibu mu yang pecinta jengkol itu mah eh bukannya jengkol mahal juga ya
2023-08-15
2
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
haish kemarin aja pada enak-enak habisin uang giliran esoknya mau makan susah
2023-08-15
2