Di kamarnya Senja masih sugukan. Berkali-kali di rayu Mama Lita untuk segera keluar, tapi ia masih belum mau keluar. Mama Lita sudah panik karna tidak enak sama keluarga Pak Alam yang sudah menunggu di depan. Akhirnya Pak Agung yang bertindak ia menggedor pintu kamar Senja sekuat mungkin, karna sudah panas hati melihat Senja yang begitu keras kepala gak mau mendengar ucapan mereka.
"Kamu jangan bikin malu keluarga Senja, Papa dan Mama tidak akan memaksa kamu kalau kamu memang tidak mau di jodohkan. Papa cuma ingin kamu hadir dan menemui keluarga Pak Alam saja. Jika tidak mau, kami tidak akan memaksa!" seru Pak Agung.
"Iya Senja, di depan sudah ada mereka. Kita tidak enak kalau tidak menemui mereka tanpamu," sambung Mama Lita.
"Beneran kalian gak akan memaksa?" tanya Senja masih sugukan.
"Iya benaran Nak, ayo buka pintunya!" Pinta Mama Lita dengan lembut agar Senja luluh.
Senja membuka pintu kamarnya dengan pelan ia melihat Papa dan Mamanya dengan tatapan ragu.
"Ayo Senja tunggu apalagi?" ajak Mama Lita.
"Mama dan Papa duluan aja, Senja mau nenangin diri dulu Senja malu harus keluar dengan kondisi masih berantakan," ucapnya.
"Ya ampun Senja, harus berapa lama lagi mereka akan menunggu kita, gak enak sama tamunya," ucap Mama Lita.
"Bilang saja, Senja belum siap gampang kan?" sahut Senja tidak mau tau.
Pak Agung dan Mama Lita saling pandang memandang.
"Ayolah Pa, kita keluar dulu biar Senja menyusul," ajak Mama Lita pada suaminya.
"Ya sudah ayo, gak enak kita sudah di tunggu. Senja, kamu nyusul belakangnya. Jangan sampai gak keluar loh kamu, itu tidak sopan tidak menghargai tamu namanya. Mau tidak mau, ya harus temui gak enak juga sama keluarga Pak Alam jauh-jauh sudah datang ke sini," ujar Pak Agung panjang lebar.
"Iya Pa, duluan aja ntar Senja menyusul," sahut Senja masuk kembali ke kamarnya sambil berbenah diri.
Pak Agung dan Mama Lita pun menemui keluarga Pak Alam di ruang tamu.
"Maaf sudah menunggu lama," ujar Pak Agung sungkan.
"Iya tidak apa-apa kok Gung, hajat kami datang kesini cuma ingin bersilaturahmi saja kok, sekalian akan memperkenalkan anak kami Awan, pada Pak Agung dan Bu Lita," ujar Pak Alam langsung memulai.
Mama Lita menoleh ke arah Awan yang juga menatap kearah Mama Lita.
"Apa kabar Awan?" ucap Mama Lita sambil bersalaman dengan Awan.
"Kabar baik Tante," sahut Awan sambil tersenyum ramah pada Mama Lita.
"Jadi ini yang namanya Awan, tampan juga anaknya," puji Mama Lita melirik suaminya.
Awan menunduk malu mendengar pujian Mama Lita.
Selanjutnya Mama Lita bersalaman dengan Mama Andin mereka tampak akrab Mama Andin terseyum menyambut ramah istri sahabat suami itu.
"Lama suami kita bersahabat baru kali ini mereka memperkenalkan kita Jeng," ujar Bu Lita.
"Iya Jeng, ternyata Mas Alam benar. Istri Mas Agung sangat cantik baru ini bisa lihat secara nyata. Selama ini cuma taunya di foto," ucap Mama Andin terseyum.
"Hem, Jeng Andin juga cantik kok," ujar Mama Lita.
Keduanya saling memuji. Sedangkan Pak Alam dan Pak agung saling bercerita juga. Awan yang tidak ada lawan untuk mengobrol hanya diam mendengar orang tuanya saling mengobrol.
Tetapi dalam hati Awan selalu mencibir ia tidak suka berada di situ lama-lama. Mudah-mudahan aja anaknya itu gak ada dirumah, biar aku bisa keluar saja. Buat apa juga di sini gerah dan suntuk banget, ujar Awan dalam hatinya.
Awan berbisik dengan mamanya kalau ia ijin keluar sebentar. Sontak Mama Andin memijak kaki Awan, agar tidak berbuat konyol seperti itu.
"Apa kamu tidak tau aturan yah, acaranya belum aja selesai sudah mau keluar," bisik Mama Andin memanas.
"Tapi Awan ge ...," Awan berhenti berbisik saat melihat siapa yang datang.
Suara langkah seorang datang dari kamar atas ia melangkahkan kakinya dengan pelan dengan pandangan di depan. Awan ikut terpukau dengan berpenampilan anggun namun sederhana itu dialah putri Pak Agung, yang bernama Senja.
"Senja?" ucap Awan seolah tidak percaya apa yang diihatnya.
"Senja?" Mama Andin bingung mendengar Awan menyebut sebuah nama itu.
"Kamu mengenalinya Awan?" tanya Mama Andin pada anaknya.
"Kalau dia orangnya Awan mau di jodohkan Ma," ucap Awan semangat. Ia langsung bangun dan menatap Senja.
Senja ikut histeris melihat Awan.
"Mas Awan ternyata kamu orangnya?" serunya histeris.
Keduanya sama-sama terseyum ternyata mereka tidak salah menjalani hubungan selama ini karena mereka ternyata akan di jodohkan. Ternyata Senja adalah wanita yang akan di jodohkan dengan nya Awan merasa senang, Senja pun mengalami hal yang sama.
"Aku tidak menyangka kalau anak Pak Alam ternyata kamu," ucapnya Senja bahagia.
"Aku juga tidak menyangka kamu anak nya Pak Agung itu Sayang, selama ini aku tidak tau ternyata kamu yang dimaksud Ayah. Kalau dengan kamu tentu aku mau dengan senang hati aku mau banget," ujar Awan sambil tersenyum.
Keduanya saling menatap satu sama lain cuma mereka yang tau apa yang sedang terjadi di dalam hati mereka masing-masing saat itu. Sedangkan orang tua mereka saling berpandangan mereka juga bingung melihat anak mereka ternyata sudah saling mengenal bahkan tampak sangat akrab bahkan sudah menjalani hubungan khusus.
Pak Alam memandang dengan senyum manisnya di dalam hatinya penuh dengan kebahagiaan karna ia tidak akan susah payah lagi memaksa Awan.
Ini sebuah keberuntungan yang di luar dugaan aku sangat senang. Awan sebentar lagi kamu akan jadi orang kaya, batin Pak Alam sambil menghayal kalau Awan jadi seorang CEO di perusahaan Pak Agung.
"Yah, itu di ajak ngobrol sama Pak Agungnya kenapa senyum-senyum sendiri?" ucap Mama Andin tiba-tiba.
Pak Alam tersentak dari lamunannya ia pun merasa malu karna ketahuan melamun.
"Aku tidak menyangka kalau anak kita sudah saling mengenal," ujar Pak Agung.
"Itu dia yang aku rasakan juga. Sekarang tunggu apa lagi. Kita tetapkan tanggal nya saja," timpal Pak Alam.
"Ayah ...!" Mama Andin memukul kaki suaminya.
"Loh kenapa kamu tidak suka? Bukan kah lebih cepat itu lebih baik bukan iya kan Gung?" tanya Pak Alam dengan raut berseri-seri.
"Hahaha iya Lam, kalau dari kami berdua tinggal menunggu keputusan dari Senja saja. bukan begitu Ma," ucap Pak Agung meminta pendapat istrinya.
"Iya benar Pa, samua nya tergantung pada Senja." Mama Lita menimpali.
Senja yang mendengarkan obrolan orang tuanya hanya diam sambil tersenyum menatap Awan yang juga diam sibuk dengan pikirannya.
"Kita tanyakan saja sama mereka berdua," ujar Mama Lita memberi pendapat.
"Iya itu benar," sahut Mama Andin merasa senang. Tidak ku sangka urusannya bakal semudah ini, batin Mama Andin merasa bahagia.
"Bagaimana Awan apa kalian sudah siap untuk melakukan pertunangan," tanya Pak Agung dengan mantap.
"Hem, kalau saya tergantung sama Senja saja," ujar Awan terseyum. Senja menatap kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Yayang Risa Always Together
Mamanya Senja membujuk Senja supaya menemui orang tua Awan
2023-08-15
0
@Risa bahagia sama Yayang
Pak Alam pasti malu deh ketahuan melamun
2023-08-15
0
𝓭𝑒🄰꒒ⓞѵ🄰
apa pa harus sama senja hadeh pusing
2023-08-15
0