Senja menunduk malu ia tidak menyangka lelaki yang dipacarinya selama setahun itu akan segera jadi tunangannya. Ia merasa bahagia, raut wajahnya memerah di saat Awan menatapnya meminta pendapat tentang pertunangan itu. Awan tampak gugup berhadapan dengan orang tua Senja. Ia menjawab dengan mantap kalau ia mau bertunangan dengan Senja. Keduanya juga sudah sepakat akan melangsungkan kejenjang selanjutnya.
"Hem, kalau sudah begini kita tinggal menentukan tanggal saja Pak," ujar Pak Agung pada Pak Alam.
"Benar, itu semakin cepat semakin lebih baik," sahut Pak Alam.
Mama Andin dan Mama Lita ikut tersenyum apalagi melihat dua sejoli di samping mereka yang mungkin tengah terbakar api asmara.
"Awan dan Senja sebaiknya kalian keluar dulu ya, kami akan membicarakan tentang pertunangan kalian. Jika kami sudah mufakat baru kalian boleh masuk kembali," ujar Pak Agung meminta.
"Baiklah Ma, Pa. Mas Awan ayo kita keluar," ajak Senja meraih tangan Awan.
"Ayo!" Awan mengandeng tangan Senja dengan erat mereka pergi ke arah kolam renang di samping rumah Pak Agung.
"Sayang apa kamu sudah yakin kalau kita akan segera tunangan?" tanya Awan masih ragu tentang keputusan Senja.
"Yakin dong Mas, emang kenapa kamu masih ragu padaku?"
"Bukan ragu hanya saja aku ...."
"Aku apa? Kamu kok bicaranya gak jelas gitu?"
"Kita kan masih kuliah Sayang, dan aku belum dapat perkejaan untuk menghalalkanmu."
"Masalah itu gampang kok, Papa dan Mama juga tau kalau kamu masih kuliah."
"Oya, terus apa pendapat mereka tentang aku?"
"Biasa aja tuh, kan Mama dan Papa bakal kerja sama di perusahaan nantinya."
Desiran darah Awan mengalir dadanya terasa sesak. Ya Tuhan bagaimana kalau Senja tau kalau aku anak orang tidak punya apa dia akan menerima aku apa adanya? ucap Awan membatin.
"Lah, kok diam? Lagi mikirin apa?" tanya Senja kepo.
"Gak apa-apa, aku cuma bayangin kalau kita akan segera bertunangan aku gak sabar ingin menghalalkanmu Sayang," ucap Awan beralasan.
"Em, gitu ya tapi aku biasa aja tuh," ujar Senja senyum.
"Hem meledeknya?" Awan merangkul Senja dan memeluknya dari belakang.
"Senja, apa kamu mau berjanji padaku ...," ucap Awan di telinga Senja.
"Janji? Janji apa?" tanya Senja.
"Berjanjilah akan ada selalu buatku walau dalam keadaan apapun kamu akan selalu mencintai aku Senja," lirih Awan meminta.
"Soal itu, kamu jangan kuatir Mas. Aku akan selalu ada buat kamu dan aku akan terima kamu apa adanya," jelas Senja.
"Apa kamu sudah yakin dengan keputusan ku?"
"Yakin seyakin-yakinnya," Senja tertawa.
"Kamu kenapa sih Mas? kok sepertinya gak yakin gitu sama aku?" tanya Senja curiga.
"Tidak apa-apa Sayang. Oya kita duduk di sana yuk," ajak Awan pada Senja ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
Mereka pun duduk di tengah taman di samping kiri rumahnya dengan pancaran lampu yang terang benderang Senja menatap wajah Awan lelaki yang ia cintai itu, bagitu juga dengan Awan, juga menatap Senja. Ke dua wajah mereka saling berdekatan semakin lama semakin berdekatan hingga mata bertemu mata dan cup ... Awan mengecup bibir Senja. Sontak Senja memerah merasa malu.
"Mas Awan nakal deh," ucap Senja sambil memukul pundak Awan.
"Maafin aku Sayang, abisnya kamu bikin gemes sih," ucap Awan beralasan.
"Lain kali jangan begini, aku akan memukul kamu lebih keras lagi, jika mengulanginya," ancam Senja.
"Aduh pacar aku garang juga ya?" cibir Awan.
"Hem kebiasaan banget deh, lelaki jaman sekarang tanpa permisi main curi aja," cetus Senja memasang wajah sinisnya.
"Hem maaf deh Sayang, lain kali aku ijin deh," goda Awan sambil mencubit pipi Senja.
"Maafnya tidak diterima!" ujar Senja memanyunkan bibirnya.
Awan terseyum saat melihat Senja marah wajah imut Senja semakin menggoda di mata Awan hingga ia mendekati Senja dan merangkulnya dan berbisik mesra.
Tidak lama kemudian mereka di panggil kembali oleh kedua orang tua mereka. Sepertinya keluarga sudah sepakat menentukan tanggal dan bulan pertunangan mereka. Senja dan Awan pergi menemui orang tua mereka.
Pak Agung mengatakan kalau mereka sudah menentukan tanggal dan bulan pertunangan mereka. Senja dan Awan mengiyakan saja ucapan Pak Agung karena mereka juga sudah siap bertunangan.
Setelah memutuskan hari dan bulan pertunangan mereka Pak Agung mengajak keluarga Pak Alam untuk menikmati makanan yang sudah di hidangkan di dapur. Pak Agung mengajaknya ke dapur mereka pun bersama-sama pergi ke dapur untuk makan bersama.
Setelah mereka makan dan sudah mengobrol banyak dengan keluarga Pak Alam dan memutuskan bulan depan Awan dan Senja akan bertunangan. Semuanya sudah sepakat dan setuju kalau acara pertunangan mereka akan di lakukan di rumah Pak Agung.
Keluarga Pak Alam berpamitan akan segera pulang, karna malam telah larut Pak Alam menelpon supir Taksi yang tadi ia tumpangi untuk menjemput mereka kembali.
Pak Agung bingung kenapa mereka tidak membawa mobil ingin ia menanyakan hal itu namun, di cegah oleh Mama Lita karena takut mereka akan tersinggung. Pak Agung pun mengurungkan niatnya untuk tidak bertanya soal mobil.
Pak Alam mencari-cari alasan agar Pak Agung tidak mengetahui kalau mereka pergi pakai Taksi dan pulangnya juga akan memakai Taksi lagi.
Awan gelisah dengan ucapan Ayahnya yang selalu mencari alasan lain pada Pak Agung. Ia merasa jengkel pada Ayah dan ibunya kenapa juga tidak berterus-terang dan jujur kalau mereka memang tidak punya mobil, yang ada cuma angkot yang di pinjamkan oleh Pak Sani Bos angkot Ayahnya.
Taksi datang menghampiri mereka. Secepatnya mereka masuk dan melaju menuju rumah. Selama perjalanan Awan diam saja ia merasa kesal pada Ayah nya yang telah berbohong pada Pak Agung bahkan ia juga bilang kalau ia punya banyak mobil dan rumah mereka ada di mana-mana.
Melihat Awan yang diam Pak Alam dan Mama Andin saling menatap dengan tatapan bingung dan bertanya-tanya ada apa lagi dengan Awan anak mereka.
"Awan ada apa? kenapa cemberut begitu bukanya senang malah cemberut aja dari tadi ada apa sih?" tanya Mama Andin sambil memperhatikan gerak-gerik Awan.
"Gak kenapa-napa kok," ucap Awan datar.
"Gak kenapa-napa tapi kok cemberut begitu? ada masalah apa sebenarnya?" tanya Mama Andin curiga.
"Ayo bicara saja, jangan jadi anak kecil," sambung Pak Alam.
"Kalian tuh, buat malu saja ngaku-ngaku jadi orang kaya, bagaimana kalau mereka tau semuanya bisa hilang harga diri Awan," ujar Awan bicara dengan sinisnya.
"Jangan sampai ketahuan lah kita harus bisa menjaga rahasia ini," ucap Pak Alam memperingatkan.
"Aku tidak mau ikut-ikutan kalian. Kalian tanggung akibatnya jika ketahuan. Senja mencintai aku apa adanya ia tidak akan memandang hartaku. Kalian itu pembohong besar bikin kesal aja," Awan memanas.
"Ini semua kami lakukan demi kamu Awan, demi masa depanmu juga."
"Masa depan apa? masa depan suram yang ada," cetus Awan memasang wajah sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
mom mimu
aku mampir lagi bawa dua iklan kak, semangat 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-08-20
1
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
hooh yang kena imbasnya pasti dirimu kalo orang tuanya dah kagak jujur begitu
2023-08-15
2
𝐀⃝🥀Jinda🤎Team Ganjil❀∂я🧡
widih asyiknya yang dapet makan besar gratis pula hati pun senang ya
2023-08-15
2