Perasaan yang sesungguhnya

Nala terbangun dengan air mata yang mengering di kedua pipi. Irisnya yang menyorot sendu segera membentur bias hujan di balik jendela. Langit mendung, gerimis turun sendu tanpa rasa bersalah. Kesedihan sepekan lalu seolah terbawa hingga pagi yang kesekian dan begitu menyesakkan.

Hari-harinya ia jalani tanpa ada sirat kebahagiaan. Ia lebih banyak merenung, diam tanpa sepatah kata. Berbeda halnya dengan bundanya, Arum jauh nampak lebih tegar akan apa yang telah terjadi.

Nala telah siap dengan penampilannya, celana jeans panjang yang di padu padankan dengan kaos serta cardigan rajut panjang, membalut hangat tubuh mungilnya. Ia berpamitan sebelum beranjak pergi. Tepat di pelataran rumah, Bara tengah memanasi beberapa motor serta mobilnya.

Sudut matanya melirik ke arah beranda sebelah rumahnya. Ia terdiam beberapa saat melihat Nala yang tengah keluar dan berdiri tepat di pintu pagar rumahnya. Raut kesedihan jelas masih begitu nampak di parasnya yang ayu. Dengan spontan Bara mematikan semua kendaraan yang tengah di panasi dan beranjak mendekat ke arah gadis itu.

"Mau kemana?"

Gadis itu menoleh, "Ehh, bang Bara. Ini, Nala mau foto copy kelengkapan dokumen buat daftar kuliah," jawabnya pelan.

"Abang antar ya?" tawarnya.

Nala terdiam sejenak, "Gak usah bang, Nala udah pesen Ojek kok. Abang juga keliatannya lagi sibuk." ia menjawab seraya melirik kearah kendaraan yang tengah berjejer rapi usai di panasi.

Bara yang mengerti maksud dari ucapan yang tersirat rasa sungkan begitu kental seketika tersenyum lembut.

"Abang gak sibuk kok La, ini abang baru aja selesai. Kamu gak usah sungkan gitu, abang emang lagi pingin aja nganterin kamu."

Nala yang mendengar penjelasan tersebut, seketika hatinya sedikit merasa tersentuh. Secerca rasa peduli terang-terangan di tunjukkan oleh Bara kepadanya. Entah mengapa perasaannya tiba saja menghangat, rasa sedih yang akhir-akhir ini kerap kali menghantuinya, sedikit memudar kala Bara hadir di tengah kepiluannya.

"Tapi, nanti bapak ojeknya gimana?" sautnya lembut.

"Nanti abang ganti ongkirnya, jadi biar abang yang jadi supir kamu hari ini," ucapnya di sertai senyum yang mengembang. Sontak Nala menganggukkan kepalanya pelan sambil tersipu malu.

Hari demi hari Nala lewati dengan tak mudah, sepeninggalan ayahnya. Nala serta Arum harus berjuang ekstra demi mencukupi kebutuhan mereka. Adapun uang asuransi serta biaya kompensasi dari kantor yang di tinggalkan oleh Langit, hanya cukup menyambung kehidupan mereka beberapa waktu kedepan saja. Itu pun tak luput dengan campur tangan keluarga Bara.

Bara memperlakukan Nala begitu manis dan lembut, setiap mereka keluar bersama. Tanpa rasa canggung Bara akan menggenggam tangan gadis itu dan sesekali memeluk tubuhnya yang mungil dengan penuh kasih, ia bahkan secara terang-terangan di depan banyak orang, sering memberi kecupan singkat di kening Nala. Bara berfikir jika hal itu merupakan perilaku yang wajar di lakukan seorang kakak pada adiknya. Meskipun tak ada garis darah yang mengikat hubungan mereka.

Berbeda dengannya, Nala salah mengartikan akan perilaku lembutnya tersebut. Hatinya begitu tersentuh, rona merah di wajahnya seringkali tersirat jelas kala pria itu secara terang-terangan melakukan kontak fisik dengannya. Bagaimana tidak? Bara setiap hari memberi kecupan mesra di keningnya, ia juga tanpa ragu memeluknya dan memangku dirinya tanpa peduli bagaimana perasaannya.

🍁Flashback.

"Maaf, aku gak jadi ke Bali. Ada kerjaan yang gak bisa aku tinggalin."

"Terus kapan kita bisa ketemu? udah sebulan lebih kita gak ketemu Aira, aku kangen. Kamu gak rindu sama aku? sampai kapan hubungan kita kaya gini terus?" tuturnya pelan namun tersirat nada pasrah di setiap ucapannya.

"Sayang, please! kamu jangan kaya gini dong. Kan kamu tau sendiri gimana susahnya aku buat dapet posisi ini. Please be patient for me."

Sementara Bara terdiam sejenak, tak langsung menanggapi perkataan lawan bicaranya.

"Aira. Berulang kali aku udah bilang sama kamu, kalau yang kamu cari itu jabatan atau segala macam. Aku bisa ngasi lebih dari yang kamu mau. Asal kamu cepat_." belum selesai Bara melanjutkan perkataannya, tiba saja sambungan telfon tersebut, berhenti secara mendadak.

Bara tersenyum kecut, ia mendesah singkat dengan kepala yang menengadah ke atas merasa bodoh akan dirinya sendiri. Bara kembali memasukkan ponselnya dalam saku celana dan turun dari mobil untuk bergabung dalam acara pemakaman Ayah Nala.

🍁Flashback off.

Bara serta Nala baru saja sampai di rumah, ia tanpa rasa sungkan menggengam erat tangan gadis di sebelahnya begitu turun dari Mobil. Tak menghiraukan pandangan kedua orang tua mereka yang tengah berbincang di teras rumah, Bara tetep melakukannya dan melangkah mendekat ke arah mereka.

"Duduk dulu sini," ujar Mega. Keduanya pun mengangguk dan duduk bersebelahan. Untuk beberapa saat suasana terasa begitu canggung bagi mereka, tak ada sepatah kata yang terucap hanya keterdiaman masing-masing serta mimik wajah serius dari kedua orang tua mereka.

"Ada apa? kenapa pada diem gini?" celetuk Bara memecah keheningan. Bagas serta Mega saling lempar pandang begitupun dengan Arum yang tengah terdiam dengan menundukkan kepala.

"Ada yang Papa mau omongin."

"Apa?" saut Bara cepat.

"2 minggu lagi kamu nikah sama Nala."

"What!!" Bara langsung terlonjak kaget dan berdiri dengan kasar.

"Maksud Papa apa? aku nikah sama Nala!" pekiknya dengan kedua alis yang menukik tajam serta rasa terkejut sekaligus kecewa yang nampak jelas di wajahnya.

"Bara, duduk dulu nak," timpal Mega dengan lembut dan menarik pergelangan tangan sang anak untuk kembali duduk.

"Tapi, jelasin dulu ini maksudnya apa?"

"Bara, kamu tenang dulu. Papa sama Mama udah lamar Nala buat kamu. Dan Tante Arum sudah setuju akan perihal tersebut. Lagi pula, Papa liat kamu sayang banget sama Nala kan nak?"

"Iya, Bara emang sayang sama Nala. Tapi sebagai kakak gak lebih. Kan Mama sama Papa tau sendiri kalau Bara dari dulu pingin punya adik, makanya Bara anggep Nala kaya adik sendiri," tukasnya bersungut-sungut.

Sementara Nala yang tengah mendengarkan ucapan orang dewasa di hadapannya. Hanya terdiam tanpa berani berargumen. Perasaan terkejut jelas ia rasakan kala itu, namun tanggapan dari pria yang baru saja berucap, jelas lebih mengejutkan dan membuatnya diam tanpa kata.

Pria yang akhir-akhir ini selalu berada di sampingnya dan memperlakukannya dengan lembut serta penuh kasih, nyatanya hanya menganggapnya sebagai adik. Rasa kecewa jelas ia rasakan, sesak di dadanya pun tak dapat ia hentikan. Tangannya terangkat meremas kain di area dadanya, menahan nyeri yang kini meraja. Nala hanya diam dan menundukkan kepala tanpa berani mengungkapkan pendapatnya.

"Bara, tapi Nala itu gadis yang baik, dia cocok sama kamu. Mama sama Papa juga udah siapin tanggal akad nikah kalian. Undangan juga udah mau di cetak. Lagi pula pamali nak, kamu tiap hari gandengan terus sama Nala tapi gak ada hubungan yang jelas. Kamu udah 28 tahun lohh Bar," ucap Mega dengan lembut namun tersirat nada memaksa di setiap perkataannya.

"Mama sama Papa gak bisa kaya gini. Bang Bima aja belum nikah, Mama gak pernah paksa kaya gini. Dan aku ulangi sekali lagi, aku memandang Nala itu sebagai adikku, gak lebih. Aku gak pernah memandang dia sebagai perempuan seutuhnya."

Bara berdiri, ia pergi dengan rasa kecewa yang begitu membuncah. Tanpa berpamitan atau sekedar menoleh ke arah gadis di sebelahnya. Ia berbalik dan kembali mengendarai mobilnya. Baik Mega maupun Bagas, tak ada yang menegur atau sekedar menanyakan kemana ia pergi.

"Jangan tersinggung yahh ..., Bara cuma kaget aja kok."

"Mbak Mega gak bicarain ini dulu sama Bara?" tanya Arum dengan penuh rasa sungkan.

Mega tersenyum simpul, "Enggak Mbak. Tapi tenang aja, Bara pasti mau kok. Aku tau yang terbaik buat anakku. Nala, kamu besok ikut tante ke butik yahh, kita cari pakaian yang bagus buat akad kamu nanti." Mega berkata dengan senyum yang mengembang namun terkesan egois. Sedangkan Nala hanya diam dan tak tau apa yang harus ia ucapkan.

...................🍂...................

Terpopuler

Comments

𝓡𝓲𝓷𝓳𝓪 🌼

𝓡𝓲𝓷𝓳𝓪 🌼

laki2 emang kimprit 🤧sikapnya belaga manis memperlakukan wanita bak seorang ratu seperti pasangan pake pegang2 segala cium kening segala perempuan mana yg ga baper abanggg 😑😑pikir dong pake dengkul, eh salah pake otak 😪😪😪mana ada adek ketemu guede 😒😒😒😒


kisahku banget ini hiks hiks hiks ditolak itu lebih sakit ketimbang diputusin 🤧🤧🤧

2023-06-06

4

🕊️⃝ᥴͨᏼֱᷛ֯🍾⃝ͩʀᷞᴇͧɴᷠ»ͣᴿᵋᶮ

🕊️⃝ᥴͨᏼֱᷛ֯🍾⃝ͩʀᷞᴇͧɴᷠ»ͣᴿᵋᶮ

hmmmmm mama n papanya bara juga terlaluu anuhh sihhh mnruttkuu...
harusnya kputusan besarr kayakk gnii drundingin dulu sama anaknya
anaknya mau apa kgakk gak memaksa seperti ini ..
kaloo kayakk gnii dpaksa nntikk yg bakall tersakiti pastii Nala dehh 😌😌

2023-06-05

1

🕊️⃝ᥴͨᏼֱᷛ֯🍾⃝ͩʀᷞᴇͧɴᷠ»ͣᴿᵋᶮ

🕊️⃝ᥴͨᏼֱᷛ֯🍾⃝ͩʀᷞᴇͧɴᷠ»ͣᴿᵋᶮ

memangkuu segala😳😳😳😳😳
wah wah wahh gak bnerr ini mahh..

2023-06-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!