Berdebar

Di sudut sofa terlihat Bara tengah sibuk memainkan ponselnya, sesekali ia tersenyum kecil saat memainkannya. Merasakan kehadiran seseorang di sekitarnya, ia mengangkat pandangannya dan langsung melihat Nala serta ibunya yang tengah duduk.

Sepersekian detik Mega yang baru saja duduk kembali berdiri dan beranjak ke dalam kamarnya.

"Tante mau mandi dulu. Nala, nanti kalau dagingnya udah dingin, masukin ke tempat yang tadi ya Nak," ucapnya sambil berlalu pergi.

"Iya, tante."

Di tinggalkan hanya berdua dengan Bara dalam satu ruangan, membuat dirinya kembali dihinggapi rasa gugup yang berlebihan. Telapaknya mulai terasa dingin dengan bahasa tubuh yang terlihat tegang.

"Abang punya sesuatu buat kamu," celetuk Bara memecah keheningan.

"Haaah ...?" saut Nala masih tak begitu yakin akan apa yang baru saja iya dengar.

Sementara Bara hanya tersenyum lembut dan beranjak berdiri, melangkah ke arah gadis itu.

"Ikut abang," ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah gadis itu. Sebaliknya, Nala hanya terdiam, menengadah memandang pria di hadapannya. Tak ingin membuang waktu, Bara meraih Pergelangan tangan Nala dan menariknya untuk beranjak berdiri.

"Mau kemana?"

"Ke kamar abang," jawabnya seraya melangkah menaiki anak tangga.

"Mau ngapain?" Nala bertanya penasaran.

"Tumben kamu banyak nanya. Biasanya kamu nurut-nurut aja abang bilang apa juga."

"Bukan gitu, kan Nala sekarang udah gede. Pamali di liat orang, kalau Nala deket banget sama abang," ucapnya pelan sambil tertunduk malu.

Sedangkan Bara hanya tersenyum dan mempercepat langkahnya. Sampai di depan pintu kamarnya, ia menekan panel pintu dan membawa masuk gadis tersebut. Tak lupa Bara juga menutup kembali pintu tersebut tanpa menguncinya.

"Kenapa di tutup?" tanyanya sedikit merasa gelisah.

"Abang mau nyalain ac."

"Dingin-dingin begini nyalain ac?" ucapnya heran akan jawaban pria di hadapannya.

"Kamu gak liat abang kepanasan gini? Liat, kaos abang aja sampe basah keringat." Bara melepas kaos yang melekat di tubuhnya dan membuangnya asal.

Sontak Nala begitu tersipu dan langsung mengalihkan pandangannya. Berbeda dengan Bara yang terlihat acuh namun tersenyum kecil.

"Sini ...," panggil Bara yang tengah duduk di tepi tempat tidurnya. Nala hanya mampu menoleh sekilas tanpa berani mendekat dan menatap langsung ke arahnya.

"Nala. Kemari," ucapnya lagi dengan nada yang sedikit berat dan terkesan memerintah.

Seketika Nala yang tengah berdiri di sisi pintu, berangsur mendekat tanpa berani mengangkat pandangannya. Tepat di depan Bara, namun masih dengan jarak 2 langkah. Nala terhenti tanpa berani menengadah.

"Ada apa?" tanyanya pelan dan terkesan begitu malu.

"Kamu kenapa nunduk terus? gak mau liat abang?" ucapnya menggoda.

"Bukan gitu, Nala malu ihh ..."

"Malu kenapa?" godanya lagi di sertai senyum kecil yang membingkai jelas di bibirnya.

"Ya malu soalnya abang gak pakai baju," jawabnya dengan kepala yang masih senantiasa menunduk tanpa berani menatap balik. Namun, sial. Pahatan tubuh dengan postur kekar serta tonjolan otot perut yang tercetak jelas. Seolah mengejeknya dan meminta sentuhan lebih.

Dan karena hal itu Nala sesekali curi pandang dengan meremas kuat jemarinya karena menahan rasa gugup yang ada.

Bara yang melihat itu seketika menahan tawa dan semakin gencar menggoda gadis manis di hadapannya. Ia beranjak berdiri dan menghapus jarak antara mereka. Tangannya terulur membelai lembut sisi wajah gadis itu, menyentuh ujung dagunya yang mungil dan mengangkat pandangannya langsung ke arah sorotnya yang dalam membelenggu.

Seketika Nala berdebar, degupnya semakin menggila. Telapaknya terasa dingin dengan pupil yang berkedut tak beraturan.

"Kenapa harus malu? Abang udah tau kok, kamu sering intipin abang waktu olahraga pagi-pagi."

"Ihh ... mana ada. Aku gak pernah kaya gitu kok," kilahnya sambil tersipu malu.

"Gak usah bohong dek, abang gak apa-apa kok. Malah, kalau perlu kamu gak usah intip lagi. Kamu mau liat sekarang juga abang kasi kok, apa perlu abang buka semuanya aja?" godanya sambil menaik turunkan kedua alisnya secara bersamaan. Yang seketika membuat Nala semakin tersipu dan salah tingkah.

"Ihh ... abang mesuum ihh, aku bilangin tante Mega lohh baru tau rasa!" sautnya. Nala mengambil langkah mundur bermaksud menghindari pria tersebut. Namun belum sempat ia melangkah menjauh, Bara terlebih dahulu meraih pinggangnya dan menariknya cepat hingga membentur tubuh kokohnya.

Seketika sorot Nala langsung membola, debarnya semakin meraja dengan telapak yang terlewat dingin. Tanpa sengaja Nala menyentuh langsung area dada pria tersebut yang menimbulkan gelenyar aneh di dalam tubuhnya.

"Kamu mau kemana? tangan kamu dingin banget, kamu sakit? tanyanya serak dan dalam seraya mengambil alih telapak tangan gadis itu.

Nala semakin salah tingkah. Jemarinya mengepal kuat menahan gejolak yang ada akibat rengkuhan Bara yang semakin erat memeluk tubuhnya.

"Ehmm ... enggak. Itu ..., itu. Nala cuma mau masukin daging yang di pesenin tante Mega tadi," kilahnya dengan nada was-was sarat akan rasa gugup.

"Udah, nanti aja. Abang ada sesuatu buat kamu. Duduk sini."

Belum sempat Nala beranjak duduk, dari arah bawah terdengar suara Mega tengah memanggil dengan begitu lantang.

"Baraaa ....! Nalanya suruh turun dulu, jangan di kekepin mulu ...!"

Siaal, dengan terpaksa Bara melepaskan tautan tangannya dan membiarkan Nala pergi. Padahal, jauh di lubuk hatinya ia merasa begitu rindu akan gadis manisnya yang beberapa minggu ini tak dapat ia jumpai. Nala hanya tersenyum canggung dan berlalu pergi dengan cepat. Sedangkan Bara hanya mengulas senyum penuh ironi dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang kebesarannya.

*

*

*

Waktu telah menunjukkan sore hari. Bara baru saja bangun dari tidur panjangnya. Ia turun ke lantai bawah dengan tergesa, sorotnya mengedar menelisik setiap ruangan dan tak mendapati siapapun.

Entah mengapa sedikit rasa kecewa ia rasakan, kala tak mendapati sosok gadis manisnya. Bara mengayunkan langkah lebar dan memakai jaket jeansnya dengan kasar. Ia meraih kunci motor moge yang berada di dalam laci dan keluar mengendarainya, membelah jalanan.

Ponselnya yang berada di dalam saku celana jeansnya tiba saja bergetar. Ia meraihnya menggunakan tangan kiri dan mengangkat panggilan tersebut. Tak berselang lama seulas seringai tipis nampak begitu jelas di bibirnya.

Bara mengendarai motornya lebih cepat dan melaju dengan gesit. Tepat beberapa saat kemudian, kuda besinya tengah berhenti di sebuah apartemen mewah yang berada di pusat kota itu.

Ia turun dari tunggangannya yang ia parkir di basemen. Namun sebelum itu, Bara terlebih dulu membenarkan penampilannya. Gaya rambut sedikit acak-acakkan serta kaos tipis berwarna putih yang ia padu padankan dengan jeans light blue yang robek di beberapa titik, memberinya kesan manly tersendiri.

Sampai di depan pintu kamar yang ia tuju, Bara langsung di sambut oleh salah satu wanita dari sekian banyaknya wanita yang begitu mendambanya.

...~................🍑................~...

Terpopuler

Comments

〈⎳ HIATUS

〈⎳ HIATUS

Haduh berubah serak tuh suara

2024-01-17

0

💋

💋

Pengalaman Author nih pasti

2023-07-12

1

@Kristin

@Kristin

Waduh terciduk lah nih pasti malu banget 🤭

2023-06-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!