Tersipu

"Nala, Bangun! udah siang ini. Bantuin Bunda yok, Nala ...!"

Sementara gadis itu masih saja enggan membuka matanya dan beranjak bangun. Ia hanya menggeliat pelan dan semakin mengeratkan selimutnya.

"Kok tambah pules sih, ayokk bangun dulu Nak. Pergi ke rumah tante Mega sana! kamu dicariin Bara lohh."

Seketika gadis itu langsung membuka mata, menggeliat dan beranjak duduk sambil mengusap kedua matanya.

"Iya, iya, aku bangun. Ini jam berapa Bun?" tanyanya dengan rasa kantuk yang masih tersisa.

"Jam 9," sautnya. Ia beranjak dari tempat tidur sang anak dan membuka tirai jendela serta pintu balkonnya.

"Jam 9!" pekik Nala. Seketika ia melompat dari tempat tidur dan melesat ke dalam kamar mandi.

"Kok bunda baru bangunin aku sihh, kan akunya jadi absen ngintipin .....," rengeknya dengan kalimat yang terhenti tiba-tiba.

"Ngintipin apa kamu?" tanya Arum dengan nada terkesan curiga.

"Gak ada! cuma mau bilang telat ngintipin matahari terbit!" kilahnya dengan berteriak dari dalam kamar mandi.

Sementara Arum hanya diam dan berlalu pergi dari kamar anaknya, namun sebelum itu, "Cepet siap-siapnya! kamu di cariin tante Mega!"

"Iya, bentar lagi selsai kok!"

"Duhh ..., hampir aja keceplosan," desahnya sambil bernafas lega.

Nala membasuh tubuhnya dengan cepat dan keluar dari kamar mandi. Ia berdiri di depan lemari bajunya dan memilih salah satu setelan baju yang sangat ia gemari. Setelan baju dengan atasan rajut lengan pendek berwarna kuning serta rok bahan kain sebatas lutut, ia gunakan saat itu juga.

Selesai memakai bajunya, ia berdiri di depan kaca yang memperlihatkan pantulan dirinya.

Seulas senyum manis dari bibir mungilnya nampak begitu jelas. Nala hanya menggunakan wewangian buah tanpa riasan berlebih. Hanya lip balm cherry berwarna pink yang ia sapu tipis di area bibirnya.

Namun begitu, parasnya yang lerlewat ayu serta sorotnya yang sendu namun begitu dalam. Menjadi daya pikat lebih akan dirinya. Pipinya bersemu merah akan suhu pagi itu yang begitu dingin, surainya ia gerai bebas untuk menghalau angin yang menerpa di area pundaknya.

Nala telah siap dengan penampilannya, ia berlari kecil meniti anak tangga dan segera meringsut ke arah bundanya.

"Bunda," ucapnya manja dengan senyum manis yang membingkai indah di parasnya.

"Ehh ..., udah siap kamu?"

"Heem, mau ke rumah tante Mega sekarang."

"Gak sarapan dulu? Bunda udah beliin kamu bubur di mang Encim loh ..."

Sementara Nala hanya tersenyum manis sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Buat nanti aja, pasti tante Mega lagi nunggu-nunggu aku," kilahnya sebagai penolakan halus yang ia utarakan.

"Dihh, bisa aja kamu. Bilang aja kamu udah gak sabar liat Bara kan?"

"Ihh ... enggak kok, Nala kan cuma berusaha tepat waktu aja. Udah yaa, Nala pergi dulu. Bye Bunda, Assalamualaikum," ucapnya sambil berlari kecil dan segera bergegas pergi.

"Iya, Waalaikumussalam," jawab Arum dengan gelengan kepala serta seulas senyum.

Di kediaman Dewandaru.

Di dalam dapur Mega masih terlihat sibuk dengan olahan dagingnya beserta Bara yang senantiasa masih membantu. Sesekali Mega masih tampak menggerutu akibat ulah Bara barusan. Namun, karena sudah menjadi hal biasa baginya.

Bara tak ambil pusing atau meladeni sikap Mega yang tengah merajuk. Ia dengan sengaja malah menggoda balik ibunya dengan gelitikan kecil atau kecupan singkat di wajah sang ibu. Dan hal itupun cukup berhasil baginya untuk meredakan emosi sang ibu yang tengah tersulut.

"Getoknya pelan-pelan, jangan kenceng-kenceng!"

"Iya, Mahh ...," sautnya sabar sambil menahan senyum.

"Kok Nala belum muncul-muncul juga yahh?"

"Bentar lagi juga dateng."

"Assalamualaikum ..., tante Mega."

"Waalaikumussalam!, beneran dateng dia Bar," ucapnya langsung menoleh ke arah anaknya. Sementara Bara hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai respon balik.

Mega berlari kecil dan membukakan pintu untuk Nala. Ia menarik lengan gadis itu dan membawanya masuk.

"Lama banget kamu Nak, kamu sakit kah?"

"Enggak kok tante, Nala bangunnya kesiangan," jawabnya di sertai cengiran kuda yang membingkai gemas di parasnya.

"Tumben ...? biasanya juga kamu pagi-pagi udah ngeriwehin tante. Tapi gak apa-apa sihh, pasti kamu capek banget ya nak. Tugas anak sekolah banyak banget itu pasti. Apa lagi kamu baru lulus sekolah, pasti kamu lagi siapin segala buat daftar kuliah kan yahh?

Ohh, yaa. Tante bikinin kamu empal lho!, buat kamu sama Bunda. Mau yaah? biar kamu makannya lahap, biar badan kamu agak gedean dikit Nak."

Celoteh Mega panjang lebar sambil berjalan beriringan ke arah dapur dengan tangan yang senantiasa masih mengapit lengan gadis tersebut. Sementara Nala hanya diam tanpa sempat menjawab satu katapun. Ia sesekali tersenyum manis sebagai bentuk respon dengan ekor matanya yang tampak memindai arah sekitar, bermaksud mencari keberadaan seseorang.

Sampai di dalam dapur, Nala sedikit terkesiap melihat keberadaan seseorang yang tengah di carinya. Bara tengah memukul beberapa potongan daging. Ia yang hanya menggunakan kaos tipis serta celana kain di atas lutut, tampak begitu mempesona baginya.

Lengannya yang kokoh dengan Kulit coklat mengkilat bercucuran keringat serta otot yang tampak menyembul keluar, menambah kesan seksi yang begitu memikat dan membuatnya menatap enggan berkedip ke arahnya.

Sontak saja, Bara yang merasa tengah ditatap langsung menoleh ke arah gadis itu. Senyumnya yang manis namun tetap terlihat gagah, dengan sorotnya yang dalam membelenggu, seketika membuat Nala tersipu dan menundukkan pandangannya. Sedangkan Bara semakin tersenyum lebar melihat sikap Nala yang nampak tersipu dan terlihat malu-malu.

"Bara, udah belum?"

"Udah, tuh ...," sautnya dengan telunjuk yang mengarah ke daging namun tatapannya masih terpaku akan gadis di hadapannya.

"Nala, sini Nak. Bantuin tante bentar yahh," ucap Mega memecah keheningan beberapa saat dan langsung meringsut ke depan kompor.

"Ohh, iya tante," saut Nala cepat sedikit terkesiap dan segera beranjak ke arah Mega dengan melirik sekilas ke arah Bara.

"Bara, kamu kalau mau makan. Itu salad yang tadi malem Mama taruh di kulkas."

"Iya, Ma." Bara beranjak ke lemari pendingin dan berlalu ke meja makan.

Mega serta Nala terlihat sibuk mengolah daging. Nala dengan telaten membantu Mega dengan membersihkan area dapur yang tampak berantakan dari biasanya. Satu persatu pekerjaan mereka selesaikan di selingi dengan canda dan tawa.

Mega tampak begitu bahagia saat dirinya tengah bersama dengan Nala. Tak di pungkiri, ia memang sangat mendambakan kehadiran anak gadis di dalam rumahnya tersebut. Namun, karena suatu keadaan fisik yang terjadi padanya beberapa waktu silam, membuatnya harus menahan keinginannya untuk mendapatkan momongan kembali.

Cukup dengan kehadiran kedua putranya serta suami yang senantiasa mendampingi, Mega akhirnya sedikit demi sedikit dapat memupuskan keinginannya untuk menambah keturunan lagi. Tapi, tanpa disengaja. Ia setiap hari akan memanggil putri dari tetangga sebelah yang telah begitu akrab dengannya, untuk menemani hari-hari panjangnya. Selesai dengan kesibukan mereka. Kedua orang itupun beranjak dan melepas penat di ruang keluarga.

...................🍑...................

🍒Jangan lupa tekan like, subs, dan komen setiap babnya. Ratenya juga jangan lupa guyss ..., Terimakasihh 🙏😊

Terpopuler

Comments

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ

awas bintitan kalau suka ngintip

2023-08-09

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

ini pasti pengalaman othornya nih😅😅😅
suka ngintip🤪🤪

2023-06-04

1

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

☠ᵏᵋᶜᶟ𝐀⃝🥀𝐒𝐇𝐀ᶠᴬ🤎🔵

hilihh nala🤣🤣🤣

2023-06-04

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!