"Jangan pura-pura kuat deh, saya juga tahu kamu saat ini sedang cemburu denganku. Karena kamu kalah dariku". Ujar Lidya dengan sombong.
"Cemburu? Disini harusnya kamu yang cemburu, karena Mas Dimas terus merhatikan kehidupanku. Kalau dia tak memperhatikanku, mana tahu dia keadaanku seperti apa. Iya kan Mas?" Tanyanya memojoki Dimas.
Bukan hanya Dimas yang tersulut emosi, namun Lidya juga terkena imbasnya. Apa yang di ucapkan Dinda memang ada benarnya, jika Dimas tidak berharap lagi kepada Dinda , mana mungkin ia tahu kehidupannya sekarang seperti apa.
"Emang benar mas yang dikatakan mantanmu itu?" Tanyanya ke Dimas dengan memanyunkan bibir.
"Ya, enggak lah sayang. Kamu kan wanita terbaikku, gak kaya dia kucel". Jawabnya sembari mencibir Dinda.
"Kucel-kucel gini, kamu pernah jatuh cinta sama aku loh Mas. Malah bucin banget". Jawabnya tak mau kalah memojokkan sang mantan.
"Iihh.. Dasar cewek gak tahu diri". Ucap Lidya dengan mendorong Dinda.
"Maaf ya, Mbak sekretaris gatal. Disini yang gak tahu diri siapa ya? Jika anda merasa tahu diri, seenggaknya anda tidak mendekati suami orang waktu itu". Ucapnya geram, karena sudah tidak tahan dengan ucapan Lidya.
"Sudah cukup! Jangan merasa sok benar ya! Karena kamu tidak menarik lagi, suami kamu tergoda dengan tubuhku yang elok". Ucapnya merasa paling benar.
"Hahaha.. Elok katamu? Dan kamu bangga dengan mengumbarnya ke setiap laki-laki lain? Ingat ya, mantan suami saya pernah merasa bosan dengan saya meskipun lekuk tubuh saya hanya bisa di lihat olehnya. Memang kamu bisa menjamin jika dia tidak akan bosan dengan hal itu? Di luar sana masih banyak yang lebih elok dari tubuh kamu loh" Ucapnya menyudutkan Lidya, yang membuatnya terdiam.
Lidya yang merasa geram ingin rasanya menjambak wanita yang ada di hadapannya kini. Namun terlihat banyak orang yang berlalu-lalang, membuatnya tak berani. Karena bisa saja reputasinya tercoreng dengan hal tersebut.
"Maaf, saya permisi. Bertemu kalian hanya membuang waktu saya saja".
Tak ingin lama-lama berada dengan dua orang pembawa masalah tersebut, Dinda pun pergi.
Dimas tak percaya dengan sikap Dinda yang sekarang, dulu dia tak ketus seperti itu. Dan sekarang ia berani melawannya, membuat ia sangat geram ingin melakukan hal kejam terhadapnya.
Sementara Lidya hanya menghentakkan kakinya, pertanda kesal dengan wanita tersebut.
**
Setelah sampai di kosan kecilnya, ia nampak terkejut melihat dua orang yang tak asing baginya. Mereka adalah mantan mertuanya.
"Bapak.. Ibu.. Kenapa tahu saya ada disini?" Tanya Dinda heran.
"Soal itu, kamu jangan tanya. Pasti kamu juga tahu bagaimana kami bisa mengetahui keberadaanmu". Ujar Heru dengan santai.
Memang mertuanya ini mempunyai pengawal yang bisa di andalkan dalam pekerjaanya. Jika hanya untuk menemukan Dinda, mungkin itu hal yang sangat mudah.
"Silahkan masuk, maaf tempat saya sekarang kecil". Ucapnya dengan sedikit malu dengan keadaanya.
"Tunggu, dari seragammu, kamu seperti memakai seragam cleaning service. Apa kamu tidak di beri hak apapun oleh Dimas?" Tanya Heru dengan heran.
"Tidak pak, karena memang saat dulu saya menikah dengan mas Dimas, memang ia sudah mempunyai segalanya tanpa saya bantu. Mungkin saya tidak berhak untuk itu". Jawabnya dengan sedikit menunduk.
"Apa yang dia berikan kepadamu, Nak?" Tanya Utami.
"Saya tidak di beri apa-apa dan saya juga tidak mengharapkannya Bu. Dari pertama menikah juga saya hanya ingin suami yang mencintai saya apa adanya. Jadi setelah perceraian dan mas Dimas tak mengizinkan untuk saya membawa sesuatu pun, saya tidak merasa keberatan". Jawabnya dengan penuh ketegasan.
"Kamu memang wanita baik, Dinda. Sayang sekali anakku tak melihat apa kebaikan hatimu, dia hanya di butakan oleh nafsunya. Maafkan kami juga yang tidak bisa melakukan apapun demi hubungan kalian". Ucap Utami dengan sedikit lesu.
"Tidak apa Bu, saya juga sudah ikhlas. Jangan merasa bersalah seperti itu". Ucapnya dengan memeluk Ibu mertuanya.
"Nanti saya akan urus beberapa aset untuk diberikan kepadamu, kamu jangan menolaknya. Karena ini pemberian saya, tanda terimakasih kami kepadamu. Kamu sudah menjadi menantuku yang sangat baik". Ucap Heru, yang membuat Dinda terdiam tak bisa berkutik.
**
"Sayang, kamu harus balas perbuatan mantan istrimu. Karena dia, aku jadi malu di hadapan orang lain. Mereka memandangku seakan aku yang paling bersalah". Ucapnya mengadu, dengan tangisan yang ia buat-buat.
"Iya, tenang saja. Nanti aku balas dia dengan sangat menyakitkan". Balasnya dengan memeluk erat Lidya.
"Kamu janji ya?" Tanyanya untuk meyakinkan.
"Janji, apa sih yang enggak buat kamu". Ucapnya sedikit menggoda dengan mencubit hidung Lidya.
"Oh, iya.. Ngomong-ngomong perceraian kamu bagaimana dengannya?" Tanya Lidya.
"Itu urusan gampang, besok aku urus biar cepat beres". Jawab Dimas.
"Kamu harus cepat-cepat urus semuanya, agar kita cepat nikah. Kamu emang gak mau cepat nikah sama aku?" Tanyanya dengan wajah cemberut.
"Ya, pengen lah. Udah kamu jangan banyak pikiran. Nanti aku urus semuanya". Jawab Dimas dengan santai.
**
"Kami pamit dulu ya, Nak. Jika ada apa-apa, kamu kabari saya dan jangan sungkan". Ucap Heru yang membuat Dinda tersenyum.
"Baik, pak". Jawabnya.
"Assalamu'alaikum.." ucap mereka yang memasuki mobilnya.
"Waalaikumsalam". Jawab Dinda.
'Kenapa Mas Dimas tak seperti orang tuanya? Karakter mereka seakan bertolak belakang' Lirih hatinya sembari memandari mobil mantan mertuanya yang berlalu.
**
Di pagi harinya, Dinda melakukan aktivitas seperti biasa dengan giat. Saat sedang membersihkan lantai, tiba-tiba ia menyenggol seseorang tanpa sengaja. Membuat ponsel yang ia pakai untuk menelpon seseorang terjatuh, hingga pecah.
"Maaf, Pak. Aduhh.. Bagaimana ini? Saya tidak sengaja". Ucapnya gugup saking terkejut.
"Kamu kalau kerja bisa fokus gak sih? Lihat kan ponsel saya jadi rusak?" Ucap pria tersebut tanpa menoleh Dinda, yang sedang mengambil ponsel tersebut.
"Maaf pak, saya tidak sengaja. Tadi saya terlalu fokus membersihkan latai, tanpa mengetahui adanya seseorang yang sedang berjalan". Ucapnya menyesal.
Namun saat memperhatikan pria tersebut, ia mengingat bahwa pria itu yang menyelamatkannya dari pencurian waktu itu.
"Maaf, bapak yang waktu itu nolongin saya dari pencuri kan?" Tanya Dinda.
"Ohh.. Kamu wanita yang saat itu saya tolong. Harusnya kamu balas budi, bukan membuat saya sial". Jawabnya ketus.
"Maaf pak, tadi bukanlah hal yang di sengaja. Saya sangat menyesal, tapi nanti saya akan ganti rugi. Hanya saja saya minta waktu untuk menyicilnya". Ucap polos Dinda dengan gemetar.
"Kau kira saya tak bisa membeli ponsel baru? Sudah merepotkan, merendahkan lagi". Jawabnya dengan nada sombong.
"Jack, berikan saya ponsel baru". Perintahnya pada pengawal yang ada di belakangnya dan berlalu meninggalkan Dinda.
Dinda yang bingung dengan sifat pria tersebut hanya terdiam mematung.
'Dia itu sangat sombong, aku harap jangan bertemu lagi deh. Bisa-bisa aku harus berobat ke THT karena omelannya'. Lirihnya mendengus kesal.
Pria tersebut kemudian membalikkan tubuhnya kembali, melihat ke arah Dinda yang tengah mematung.
"Nama kamu siapa?" Tanyanya.
"Dinda Amelia.." Jawabnya.
"Saya belum selesai denganmu.." Ucapnya yang kini melanjutkan langkahnya.
'Akan ada apa lagi ini? Kenapa banyak sekali cobaanku?' Lirihnya dengan rasa tegang.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments