Bab. 3 Pria berjas hitam

"Bos, ada kabar baru tentang Bu Dinda". Ujar pengawalnya.

"Kabar apa?" Tanya Dimas dengan seringai jahat.

"Mertua Anda , Bu Rita tengah berada di rumah sakit saat ini. Ia menderita penyakit jantung dan pasti akan membutuhkan perawatan yang cukup lama. Kemungkinan biaya yang di keluarkan pun akan sangat besar." Ujar pengawal tersebut.

"Itu kabar bagus. Pastikan Dinda tidak bisa mendapatkan pekerjaan, dulu ia sempat menjadi sekretaris di perusahaan saya. Dia memang sangat pintar, jadi awasi terus dia. Biarkan dia kesusahan, setelah itu Dinda akan segera mengemis lagi minta rujuk denganku". Ucapnya dengan sombong.

"Baik Bos!" Seru pengawal tersebut kemudian berlalu.

Diam-diam Dimas meminta pengawalnya untuk menyelidiki kehidupan Dinda. Ia tidak mau begitu saja Dinda pergi dari kehidupannya, setelah dengan beraninya ia menghina Dimas. Karena itu Dimas memiliki rasa sakit hati terhadap Dinda.

"Berani kau melawanku, tunggu saja apa yang akan terjadi pada kehidupanmu selanjutnya". Lirihnya dengan sedikit mengancam.

Ketika ia sibuk dengan dendamnya, terdengar suara ponselnya yang berdering.

"Hallo pak! Maaf mengganggu waktunya". Sahut pak Asep.

"Ada apa?" Tanyanya ketus.

"Saya di perintah oleh pak Heru untuk menghubungi bapak, kata beliau bapak harus segera pulang dulu. Ada hal penting yang ingin ia bicarakan". Jelas security tersebut.

"Ya, tunggu saya sebentar nanti saya pulang". Balas singkat Dimas lalu mematikan panggilan tersebut.

'Sial, kenapa Bapak dan Ibu sudah berada di sini?' Gumamnya kesal.

**

Kegelisahan kini nampak pada wajah Dinda, bagaimana ia bisa tenang? Sedangkan sang Ibu harus segera membutuhkan pertolongan medis. Hatinya berdegup kencang seakan ketakutan kehilangan Ibunya semakin besar.

Mungkin biaya rumah sakit akan besar, ia harus memikirkannya lebih jauh. Namun saat ini yang ia punya hanyalah perhiasan pemberian Dimas. Ia membawanya karena ia berhak memilikinya, sedangkan untuk yang lainnya ia tak memikirkannya.

Ia lebih mementingkan harga diri, daripada mengurusi harta yang bahkan Dimas tak ingin memberinya sedikitpun. Karena dari awal pernikahan mereka, ia tak terlalu mengharapkan kemewahan.

Ia hanya ingin keharmonisan dalam rumah tangga. Tapi kini semua itu hanya sia-sia, keharmonisan rumah tangga tak ia dapat apalagi hartanya. Yang ia dapatkan hanya kekecewaan.

"Aku harus kembali mencari pekerjaan, untuk saat ini akan ku jual perhiasan pemberian Mas Dimas terlebih dahulu". Gumamnya sembari menenangkan diri sendiri.

Dinda pun pergi untuk menjual beberapa perhiasannya, demi pengobatan sang Ibu. Harta berharganya kini bukan apa-apa lagi selain kedua orang tuanya.

**

"Ada apa Pak, Bu?" Tanya Dimas yang acuh.

"Dari dulu sifatmu gak berubah, gak ada sopan-sopannya sama orang tua". Geram Heru terhadap Dimas.

Dimas hanya memalingkan wajah, sikap acuhnya kini membuat kedua orang tuanya semakin geram.

"Kenapa Dinda pergi ke rumah orang tuanya tak kamu temani?" Tanya Heru dengan sedikit menahan emosinya.

"Aku sudah menjatuhkan talak kepadanya, dia sudah pulang ke rumahnya kemarin malam". Jawabnya ketus.

Mendengar jawaban dari anaknya, membuat Heru semakin geram. Emosinya kini semakin meluap-luap, dan

'PLAKK'

Sebuah tamparan mendarat di pipi Dimas, hingga terdapat bekas merah di pipi mulusnya. Sementara Utami hanya bisa menangis, ia mengira bahwa anaknya bisa berubah dengan bertemu Dinda wanita shalehah. Tapi nyatanya ia tak habis fikir, kenapa Dimas bisa menyia-nyiakan wanita sebaik Dinda?

"Kenapa kamu lakukan itu? Apa salah Dinda?" Tanya Heru masih penuh emosi.

"Dia sudah tak menarik, awal pertemuan kita memang dia terasa berbeda dengan wanita lain. Tapi nyatanya dia juga sama membosankan". Ujarnya dengan masih saja acuh.

"Baik, kamu lakukan apa yang kamu senangi sekarang. Tapi, jika perusahaanku yang kamu kelola kini akan ku ambil kembali nanti, jangan ada kata menyesal". Ucap Heru yang semakin tak tahan dengan sikap Dimas.

"Jangan karena wanita itu, Bapak bisa seenaknya dengan kehidupanku saat ini". Geram Dimas.

"Disini yang seenaknya siapa? Kenapa kamu mempermainkan pernikahan? Dulu Bapak sudah berprasangka baik terhadapmu, jika kamu akan berubah. Tapi nyatanya sedikitpun tak ada niatmu untuk berubah. Sifatmu memang sangat busuk". Ujar kekecewaan Heru.

"Jika hanya itu yang kalian bicarakan, sebaiknnya aku pamit pergi. Aku sudah muak dengan pembahasan yang menurutku gak penting". Ucapnya dengan berlalu.

"Dasar anak gak tahu diri". Ucap Heru sembari memeluk istrinya, yang dari tadi tak henti menangis.

**

Niat Dinda untuk menjual perhiasannya telah ia lakukan, ia sangat lega melihat lembaran uang yang ada di tangannya. Mungkin uang itu akan cukup untuk beberapa minggu kedepan, sebelum ia mempunyai pekerjaan.

Dari kejauhan sosok pria tengah memperhatikannya, berharap uang tersebut akan berpindah tangan kepadanya.

Setelah memasukkan uang tersebut kedalam tasnya, pria yang memperhatikannya sedari tadi mendekatinya terus. Hingga pria tersebut berhasil mengambil tas milik Dinda.

Teriakan histeris terucap dari mulutnya, hingga beberapa orang mengejar pria yang mencuri tas milik Dinda.

Namun tanpa sengaja, ada seorang pria berjas hitam menahan pria yang hendak mencuri tas Dinda. Pria tersebut membrontak ingin kabur, namun ia tak bisa mengelak. Semakin ia memberontak, semakin ia tak bisa lari dari pria berjas hitam tersebut.

Hingga tas Dinda kini kembali lagi padanya, tak henti ia melontarkan kata syukur di dalam hatinya. Dan berterimakasih terhadap pria berjas hitam tersebut.

"Saya ucapkan terimakasih banyak, Bapak telah menolong saya". Ucapnya dengan hati penuh syukur.

"Lain kali berhati-hatilah, agar kejadian ini tak terulang". Jawabnya dengan berlalu.

'Pria itu sombong sekali, tapi tak apalah. Yang penting tasku kembali'. Lirih hatinya.

Dinda heran dengan sikap pria tersebut, namun tak terlalu memikirkannya. Hal yang penting untuk saat ini adalah perawatan sang Ibu.

**

"Orang suruhan kita gagal Bos, ia kini di penjara. Saat ia sudah mendapatkan tas Ibu Dinda yang berisi uang, ia pun bisa meloloskan diri. Namun ada seorang pria yang menggagalkan rencana kita". Ujar pengawal Dimas.

Ya, kejadian yang menimpa Dinda tadi bukan secara kebetulan. Tapi Dimas yang menyuruh seseorang untuk melakukan pencurian terhadap Dinda, agar ia tak bisa dengan mudah membayar biaya rumah sakit tersebut.

"Gak becus kalian! Buat apa saya membayarmu dengan harga yang mahal, tapi ujungnya gagal". Geram Dimas.

'BUGHH'

Satu tinju melayang pada wajah pengawalnya itu, hingga ia tersungkur ke lantai.

Betapa marahnya Dimas kini, rencana pertama yang ia buat dengan penuh kesabaran harus gagal begitu saja. Di tambah pikirannya yang semrawut, mengingat ucapan orang tuanya tadi. Mungkin ini hari yang sial untuk dirinya.

"Saya gak mau tahu. Sekarang kalian harus memikirkan lagi rencana untuk menjatuhkan mantan istri saya. Saya ingin membalaskan dendam saya terhadapnya. Jadi cepatlah pergi dari sini dan fikirkan lagi rencana yang baru". Usirnya dengan emosi yang meledak.

Pengawal tersebut pun pergi terperanjat ketakutan, mengingat jika Bosnya yang sedang sensitif dan bisa saja melukainya lebih dari itu.

**

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

Dimas gila, dia yang selingkuh malah dindah yg salah

2025-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Awal perpisahan
2 BAB. 2 Penyesalan yang tak bertepi
3 Bab. 3 Pria berjas hitam
4 Bab. 4 Apa ini karma?
5 Bab. 5 Bukan Dinda yang dulu
6 Bab. 6 Awal dari karma
7 Bab. 7 Identitas Dinda
8 Bab. 8 Pengadilan agama
9 Bab. 9 Awal Dinda memulai kesuksesan
10 Bab. 10 Viola yang iri
11 Bab. 11 Kenapa harus bertemu mereka?
12 Bab. 12 Sidang pertama
13 Bab. 13 Mengkhawatirkan Dinda
14 Bab. 14 Kau bisa mengajariku?
15 Bab. 15 Aku bisa membantumu
16 Bab. 16 Bukan berarti menyerah
17 Bab. 17 Ingin Kembali
18 Bab. 18 Merasa malu
19 Bab. 19 Terlalu percaya diri
20 Bab. 20 Bukan ATM berjalan
21 Bab. 21 Pernikahan Dimas
22 Bab. 22 Mempertebal kesabaran
23 Bab. 23 Kalian kemana?
24 Bab. 24 Jangan sakiti mereka
25 Bab. 25 Tatapan tajam Dinda
26 Bab. 26 Sungguh hari sial
27 Bab. 27 Sial ku ternyata belum usai
28 Bab. 28 Bangun yuk!
29 Bab. 29 Siapa orang tuaku?
30 Bab. 30 Asal-usul Dimas
31 Bab. 31 Maafkan aku Ayah..
32 Bab. 32 Kecerobohan Lidya
33 Bab. 33 Terungkapnya kebenaran
34 Bab. 34 Ingin bertemu dengan Ibu
35 Bab. 35 Tak jera
36 Bab. 36 Berfikir untuk kabur
37 Bab. 37 Hadiah untuk Lidya
38 Bab. 36 Frustasi
39 Bab. 39 Bertemu kembali
40 Bab. 40 Hanya sekedar rekan kerja
41 Bab. 41 Masih tak percaya
42 Bab. 42 Kelilipan Cinta
43 Bab. 43 Seperti Bunglon
44 Bab. 44 Menghadiri Pesta
45 Bab. 45 Terjebak
46 Bab. 46 Dukungan William
47 Bab. 47 Perasaan Kevin
48 Bab. 48 Salah tingkah
49 Bab. 49 Kejadian 10 Tahun yang lalu
50 Bab. 50 Kejadian 10 tahun yang lalu Part. 2
51 Bab. 51 Kenapa khawatir?
52 Bab. 52 Semakin khawatir
53 Bab. 53 Kesialan yang abadi
54 Bab. 54 Masih belum cukup kuat
55 Bab. 55 Sudah tak berarti
56 Bab. 56 Ingin mengambil hati Kevin
57 Bab. 57 Cemburu
58 Bab. 58 Suara itu?
59 Bab. 59 Rencana Amelia
60 Bab. 60 Ketampanan Zidan
61 Bab. 61
62 Bab. 62 Wanita Rubah
63 Bab. 63 Dikerjai Kevin
64 Bab. 64 Tidak perlu mengotori tangan
65 Bab. 65 Keras kepala
66 Bab. 66 Tertangkapnya Lidya
67 Bab. 67 Hukuman untuk Dinda
68 Bab. 68 Menjadi seorang model
69 Bab. 69 Meminta restu
70 Bab. 70 Mengerjai Kevin
71 Bab. 71 Terlihat tenang, tapi penuh ancaman
72 Bab. 72 Pengantin baru
73 Bab. 73 Kebencian Jonathan
74 Bab. 74 Hukuman
75 Bab. 75 Bangkai tikus
76 Bab. 76 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
77 Bab. 77 Memendam perasaan
78 Bab. 78 Jangan menggodaku
79 Bab. 79 Tetap terasa manis
80 Bab. 80 Hadiah cubitan
81 Bab. 81 Fania Bertemu Ibu.
82 Bab. 82 Masa lalu Kevin
83 Bab. 83 Berjanji Untuk Percaya
84 Bab. 84 Sosok William
85 Bab. 85
86 Bab. 86 Ulat bulu
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab. 1 Awal perpisahan
2
BAB. 2 Penyesalan yang tak bertepi
3
Bab. 3 Pria berjas hitam
4
Bab. 4 Apa ini karma?
5
Bab. 5 Bukan Dinda yang dulu
6
Bab. 6 Awal dari karma
7
Bab. 7 Identitas Dinda
8
Bab. 8 Pengadilan agama
9
Bab. 9 Awal Dinda memulai kesuksesan
10
Bab. 10 Viola yang iri
11
Bab. 11 Kenapa harus bertemu mereka?
12
Bab. 12 Sidang pertama
13
Bab. 13 Mengkhawatirkan Dinda
14
Bab. 14 Kau bisa mengajariku?
15
Bab. 15 Aku bisa membantumu
16
Bab. 16 Bukan berarti menyerah
17
Bab. 17 Ingin Kembali
18
Bab. 18 Merasa malu
19
Bab. 19 Terlalu percaya diri
20
Bab. 20 Bukan ATM berjalan
21
Bab. 21 Pernikahan Dimas
22
Bab. 22 Mempertebal kesabaran
23
Bab. 23 Kalian kemana?
24
Bab. 24 Jangan sakiti mereka
25
Bab. 25 Tatapan tajam Dinda
26
Bab. 26 Sungguh hari sial
27
Bab. 27 Sial ku ternyata belum usai
28
Bab. 28 Bangun yuk!
29
Bab. 29 Siapa orang tuaku?
30
Bab. 30 Asal-usul Dimas
31
Bab. 31 Maafkan aku Ayah..
32
Bab. 32 Kecerobohan Lidya
33
Bab. 33 Terungkapnya kebenaran
34
Bab. 34 Ingin bertemu dengan Ibu
35
Bab. 35 Tak jera
36
Bab. 36 Berfikir untuk kabur
37
Bab. 37 Hadiah untuk Lidya
38
Bab. 36 Frustasi
39
Bab. 39 Bertemu kembali
40
Bab. 40 Hanya sekedar rekan kerja
41
Bab. 41 Masih tak percaya
42
Bab. 42 Kelilipan Cinta
43
Bab. 43 Seperti Bunglon
44
Bab. 44 Menghadiri Pesta
45
Bab. 45 Terjebak
46
Bab. 46 Dukungan William
47
Bab. 47 Perasaan Kevin
48
Bab. 48 Salah tingkah
49
Bab. 49 Kejadian 10 Tahun yang lalu
50
Bab. 50 Kejadian 10 tahun yang lalu Part. 2
51
Bab. 51 Kenapa khawatir?
52
Bab. 52 Semakin khawatir
53
Bab. 53 Kesialan yang abadi
54
Bab. 54 Masih belum cukup kuat
55
Bab. 55 Sudah tak berarti
56
Bab. 56 Ingin mengambil hati Kevin
57
Bab. 57 Cemburu
58
Bab. 58 Suara itu?
59
Bab. 59 Rencana Amelia
60
Bab. 60 Ketampanan Zidan
61
Bab. 61
62
Bab. 62 Wanita Rubah
63
Bab. 63 Dikerjai Kevin
64
Bab. 64 Tidak perlu mengotori tangan
65
Bab. 65 Keras kepala
66
Bab. 66 Tertangkapnya Lidya
67
Bab. 67 Hukuman untuk Dinda
68
Bab. 68 Menjadi seorang model
69
Bab. 69 Meminta restu
70
Bab. 70 Mengerjai Kevin
71
Bab. 71 Terlihat tenang, tapi penuh ancaman
72
Bab. 72 Pengantin baru
73
Bab. 73 Kebencian Jonathan
74
Bab. 74 Hukuman
75
Bab. 75 Bangkai tikus
76
Bab. 76 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
77
Bab. 77 Memendam perasaan
78
Bab. 78 Jangan menggodaku
79
Bab. 79 Tetap terasa manis
80
Bab. 80 Hadiah cubitan
81
Bab. 81 Fania Bertemu Ibu.
82
Bab. 82 Masa lalu Kevin
83
Bab. 83 Berjanji Untuk Percaya
84
Bab. 84 Sosok William
85
Bab. 85
86
Bab. 86 Ulat bulu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!