"Bos, ada kabar baru tentang Bu Dinda". Ujar pengawalnya.
"Kabar apa?" Tanya Dimas dengan seringai jahat.
"Mertua Anda , Bu Rita tengah berada di rumah sakit saat ini. Ia menderita penyakit jantung dan pasti akan membutuhkan perawatan yang cukup lama. Kemungkinan biaya yang di keluarkan pun akan sangat besar." Ujar pengawal tersebut.
"Itu kabar bagus. Pastikan Dinda tidak bisa mendapatkan pekerjaan, dulu ia sempat menjadi sekretaris di perusahaan saya. Dia memang sangat pintar, jadi awasi terus dia. Biarkan dia kesusahan, setelah itu Dinda akan segera mengemis lagi minta rujuk denganku". Ucapnya dengan sombong.
"Baik Bos!" Seru pengawal tersebut kemudian berlalu.
Diam-diam Dimas meminta pengawalnya untuk menyelidiki kehidupan Dinda. Ia tidak mau begitu saja Dinda pergi dari kehidupannya, setelah dengan beraninya ia menghina Dimas. Karena itu Dimas memiliki rasa sakit hati terhadap Dinda.
"Berani kau melawanku, tunggu saja apa yang akan terjadi pada kehidupanmu selanjutnya". Lirihnya dengan sedikit mengancam.
Ketika ia sibuk dengan dendamnya, terdengar suara ponselnya yang berdering.
"Hallo pak! Maaf mengganggu waktunya". Sahut pak Asep.
"Ada apa?" Tanyanya ketus.
"Saya di perintah oleh pak Heru untuk menghubungi bapak, kata beliau bapak harus segera pulang dulu. Ada hal penting yang ingin ia bicarakan". Jelas security tersebut.
"Ya, tunggu saya sebentar nanti saya pulang". Balas singkat Dimas lalu mematikan panggilan tersebut.
'Sial, kenapa Bapak dan Ibu sudah berada di sini?' Gumamnya kesal.
**
Kegelisahan kini nampak pada wajah Dinda, bagaimana ia bisa tenang? Sedangkan sang Ibu harus segera membutuhkan pertolongan medis. Hatinya berdegup kencang seakan ketakutan kehilangan Ibunya semakin besar.
Mungkin biaya rumah sakit akan besar, ia harus memikirkannya lebih jauh. Namun saat ini yang ia punya hanyalah perhiasan pemberian Dimas. Ia membawanya karena ia berhak memilikinya, sedangkan untuk yang lainnya ia tak memikirkannya.
Ia lebih mementingkan harga diri, daripada mengurusi harta yang bahkan Dimas tak ingin memberinya sedikitpun. Karena dari awal pernikahan mereka, ia tak terlalu mengharapkan kemewahan.
Ia hanya ingin keharmonisan dalam rumah tangga. Tapi kini semua itu hanya sia-sia, keharmonisan rumah tangga tak ia dapat apalagi hartanya. Yang ia dapatkan hanya kekecewaan.
"Aku harus kembali mencari pekerjaan, untuk saat ini akan ku jual perhiasan pemberian Mas Dimas terlebih dahulu". Gumamnya sembari menenangkan diri sendiri.
Dinda pun pergi untuk menjual beberapa perhiasannya, demi pengobatan sang Ibu. Harta berharganya kini bukan apa-apa lagi selain kedua orang tuanya.
**
"Ada apa Pak, Bu?" Tanya Dimas yang acuh.
"Dari dulu sifatmu gak berubah, gak ada sopan-sopannya sama orang tua". Geram Heru terhadap Dimas.
Dimas hanya memalingkan wajah, sikap acuhnya kini membuat kedua orang tuanya semakin geram.
"Kenapa Dinda pergi ke rumah orang tuanya tak kamu temani?" Tanya Heru dengan sedikit menahan emosinya.
"Aku sudah menjatuhkan talak kepadanya, dia sudah pulang ke rumahnya kemarin malam". Jawabnya ketus.
Mendengar jawaban dari anaknya, membuat Heru semakin geram. Emosinya kini semakin meluap-luap, dan
'PLAKK'
Sebuah tamparan mendarat di pipi Dimas, hingga terdapat bekas merah di pipi mulusnya. Sementara Utami hanya bisa menangis, ia mengira bahwa anaknya bisa berubah dengan bertemu Dinda wanita shalehah. Tapi nyatanya ia tak habis fikir, kenapa Dimas bisa menyia-nyiakan wanita sebaik Dinda?
"Kenapa kamu lakukan itu? Apa salah Dinda?" Tanya Heru masih penuh emosi.
"Dia sudah tak menarik, awal pertemuan kita memang dia terasa berbeda dengan wanita lain. Tapi nyatanya dia juga sama membosankan". Ujarnya dengan masih saja acuh.
"Baik, kamu lakukan apa yang kamu senangi sekarang. Tapi, jika perusahaanku yang kamu kelola kini akan ku ambil kembali nanti, jangan ada kata menyesal". Ucap Heru yang semakin tak tahan dengan sikap Dimas.
"Jangan karena wanita itu, Bapak bisa seenaknya dengan kehidupanku saat ini". Geram Dimas.
"Disini yang seenaknya siapa? Kenapa kamu mempermainkan pernikahan? Dulu Bapak sudah berprasangka baik terhadapmu, jika kamu akan berubah. Tapi nyatanya sedikitpun tak ada niatmu untuk berubah. Sifatmu memang sangat busuk". Ujar kekecewaan Heru.
"Jika hanya itu yang kalian bicarakan, sebaiknnya aku pamit pergi. Aku sudah muak dengan pembahasan yang menurutku gak penting". Ucapnya dengan berlalu.
"Dasar anak gak tahu diri". Ucap Heru sembari memeluk istrinya, yang dari tadi tak henti menangis.
**
Niat Dinda untuk menjual perhiasannya telah ia lakukan, ia sangat lega melihat lembaran uang yang ada di tangannya. Mungkin uang itu akan cukup untuk beberapa minggu kedepan, sebelum ia mempunyai pekerjaan.
Dari kejauhan sosok pria tengah memperhatikannya, berharap uang tersebut akan berpindah tangan kepadanya.
Setelah memasukkan uang tersebut kedalam tasnya, pria yang memperhatikannya sedari tadi mendekatinya terus. Hingga pria tersebut berhasil mengambil tas milik Dinda.
Teriakan histeris terucap dari mulutnya, hingga beberapa orang mengejar pria yang mencuri tas milik Dinda.
Namun tanpa sengaja, ada seorang pria berjas hitam menahan pria yang hendak mencuri tas Dinda. Pria tersebut membrontak ingin kabur, namun ia tak bisa mengelak. Semakin ia memberontak, semakin ia tak bisa lari dari pria berjas hitam tersebut.
Hingga tas Dinda kini kembali lagi padanya, tak henti ia melontarkan kata syukur di dalam hatinya. Dan berterimakasih terhadap pria berjas hitam tersebut.
"Saya ucapkan terimakasih banyak, Bapak telah menolong saya". Ucapnya dengan hati penuh syukur.
"Lain kali berhati-hatilah, agar kejadian ini tak terulang". Jawabnya dengan berlalu.
'Pria itu sombong sekali, tapi tak apalah. Yang penting tasku kembali'. Lirih hatinya.
Dinda heran dengan sikap pria tersebut, namun tak terlalu memikirkannya. Hal yang penting untuk saat ini adalah perawatan sang Ibu.
**
"Orang suruhan kita gagal Bos, ia kini di penjara. Saat ia sudah mendapatkan tas Ibu Dinda yang berisi uang, ia pun bisa meloloskan diri. Namun ada seorang pria yang menggagalkan rencana kita". Ujar pengawal Dimas.
Ya, kejadian yang menimpa Dinda tadi bukan secara kebetulan. Tapi Dimas yang menyuruh seseorang untuk melakukan pencurian terhadap Dinda, agar ia tak bisa dengan mudah membayar biaya rumah sakit tersebut.
"Gak becus kalian! Buat apa saya membayarmu dengan harga yang mahal, tapi ujungnya gagal". Geram Dimas.
'BUGHH'
Satu tinju melayang pada wajah pengawalnya itu, hingga ia tersungkur ke lantai.
Betapa marahnya Dimas kini, rencana pertama yang ia buat dengan penuh kesabaran harus gagal begitu saja. Di tambah pikirannya yang semrawut, mengingat ucapan orang tuanya tadi. Mungkin ini hari yang sial untuk dirinya.
"Saya gak mau tahu. Sekarang kalian harus memikirkan lagi rencana untuk menjatuhkan mantan istri saya. Saya ingin membalaskan dendam saya terhadapnya. Jadi cepatlah pergi dari sini dan fikirkan lagi rencana yang baru". Usirnya dengan emosi yang meledak.
Pengawal tersebut pun pergi terperanjat ketakutan, mengingat jika Bosnya yang sedang sensitif dan bisa saja melukainya lebih dari itu.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Isabela Devi
Dimas gila, dia yang selingkuh malah dindah yg salah
2025-04-12
0