BAB. 2 Penyesalan yang tak bertepi

Malam pun tak terasa kini berganti pagi, udara segar yang ia hirup seakan membuang semua ingatan kotor dalam fikirannya secara perlahan.

Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, bus yang ia tumpangi terhenti. Kini ia tiba di kota kelahirannya, ada rasa haru bercampur pilu.

Setelah ia berjalan dari tempat pemberhentian bus tadi, tak lama kemudian terlihat rumah sederhana yang menjadi kisah masa kecilnya dulu. Air mata yang ingin ia keluarkan, tertahan sejenak mengingat pasti akan ada orang yang memperhatikannya.

Setelah ia berada di depan pintu rumahnya, Dinda memberanikan diri mengetuk pintu. Hingga terdengar sahutan dari dalam. Setelah pintunya terbuka, nampak seorang wanita yang memandanginya dengan penuh selidik. Menyadari ia adalah anaknya, senyumnya pun tersimpul sembari memeluk Dinda dengan erat.

"Dinda.. Kamu apa kabar?" Ucapnya masih dengan keadaan memeluk Dinda.

"Alhamdulillah baik bu.." Jawabnya dengan melepaskan pelukan sang Ibu.

Rita, Ibunya Dinda tampak heran dengan kelopak mata sang anak yang terlihat sembab. Air matanya yang kini menetes, menjadi jawaban atas pertanyaan dalam hatinya tadi. Bergegas Rita pun membawanya masuk.

Mereka pun menduduki sofa, kemudian di susul oleh Yanwar sang Ayah, yang datang dari belakang. Melihat kondisi anaknya yang terlihat tidak baik-baik saja, segera ia memeluk putrinya itu dengan sendu.

Meskipun belum ada kata yang terucap dari bibir Dinda, mereka sudah mengetahui arti kedatangan Dinda. Apalagi ia datang tak bersama dengan Dimas.

"Ayah, Ibu.. Maafkan aku yang membantah perkataan kalian dulu. Kini aku telah menyadari dan telah merasakan firasat yang kalian rasakan sejak lama. Mas Dimas menghianatiku dan kini aku berpisah dengannya. Aku mohon, maafkan aku!". Ucapnya dengan tak hentinya menangis memeluk kedua orang tuanya.

"Kamu yang sabar ya, Nak. Mungkin ini takdirmu. Kami telah memaafkanmu sejak lama, tak ada dendam di hati kami. Meskipun kini kenyataannya pahit". Jawab Yanwar, dengan tak henti mengusap punggung Dinda.

"Cita-citaku dulu ingin membahagiakan kalian, namun yang ku lakukan hanya membuat kalian sakit hati. Dan kini aku kembali, pasti akan menjadi beban untuk kalian". Sesalnya tak henti merutuki keegoisannya dulu.

"Jangan bicara seperti itu, Nak. Kamu adalah anak kami dan jika kamu kembali, jangan merasa nahwa kamu beban untuk kami. Justru jika kamu sengsara, pasti kami akan merasa menyesal dengan itu. Syukurlah kamu langsung pulang, ini rumah kita. Rumah ini akan selalu terbuka untuk kedatanganmu". Ucap Rita yang menenangkan hati Dinda.

"Terimakasih Bu, Ayah.. Aku minta, bimbing kembali aku untuk menjadi anak yang sholehah. Aku tak ingin mengecewakan kalian kembali". Pintanya dengan tak hentinya menangis, meratapi nasib dan masa lalunya yang penuh dengan keegoisan terhadap orang tuanya.

"Tak apa, Dinda. Jangan khawatirkan itu semua, kini kamu menjadi tanggung jawab kami kembali, anakku". Ucap Yanwar untuk menenangkan Dinda.

Hatinya kini merasa sejuk kembali, beban yang ia rasakan sejak lama kini sedikit melerai. Kehangatan bersama orang tuanya kini terjalin kembali. Karena semua itu menghilang, saat ia memutuskan untuk menikah dengan Dimas.

Sejak awal Yanwar dan Rita tidak mendukung pernikahan mereka, sudah terlihat dari cara pertama bertemu Dimas bersikap sombong terhadap orang tuanya. Namun karena cinta, Dinda bersi keras meminta kedua orang tuanya untuk merestuinya. Hingga dengan berat hati mereka mengizinkan Dinda menikah dengan Dimas.

**

Di sisi lain, sekretaris Dimas yang bernama Lidya tengah bersorak dalam hati. Mengetahui keadaan hubungan atasannya yang kini hancur. Ia tak berhenti memikirkan cara untuk mendekati Dimas.

'Dengan ini impianku menjadi keluarga Adhinatha, akan segera tercapai'. Gumam hatinya bersorak riang.

Lidya gadis cantik, yang berusia 27 tahun terpaut lebih tua satu tahun dengan Dinda. Hanya saja ia yang selalu memakai pakaian terbuka, membuat semua pria tertarik kepadanya karena nafsu. Lain halnya dengan Dinda, yang tertutup. Ia lebih terlihat terhormat dengan balutan hijab dan gamis dalam kesehariannya.

Lidya yang sedari tadi menunggu kedatangan Dimas dengan tak sabar. Hingga Dimas tiba, lalu ia bergegas masuk ke ruangan Dimas. Berharap ia akan segera memperjelas hubungannya.

"Mas, maaf dengan kehadiranku hubunganmu dengan istrimu hancur". Ucapnya berpura-pura menyesal.

"Tapi kamu senang 'kan, dengan kehancuran rumah tanggaku?" Tanyanya dengan sedikit menyunggingkan senyuman.

"A-aku senang, karena bisa menjadi satu-satunya wanitamu. Tapi aku juga merasakan ketegangan kamu Mas, apalagi gara-gara aku". Ucap sesalnya kembali.

"Jangan fikirkan itu, sayang. Aku juga sudah muak dengan wanita itu, dia sudah tak lagi menarik. Lebih baik aku denganmu saja". Ucapnya menggoda.

Lidya semakin kegirangan, ia merasa keberuntungan akan segera memihak kepadanya. Cita-citanya menjadi istri dari seorang pria kaya akan segera terwujud.

"Lalu kapan kamu mau menikahiku?" Tanyanya dengan manja.

"Secepatnya!" Jawab Dimas yang kembali mulai menggodanya.

**

"Bu, mantu kita akan senang gak ya, dengan oleh-oleh yang kita bawa?" Ucap Heru Adhinatha, mertua Dinda.

"Mantu kita 'kan baik Pak, dia pasti suka pemberian kita". Ucap Utami.

"Semoga mereka segera mendapatkan keturunan ya, sudah gak sabar Bapak ingin menimang cucu". Harapnya dengan sedikit membayangkan masa depannya yang tengah menggendong bayi.

"Kita do'akan saja yang terbaik Pak, buat anak-anak kita. Mungkin mereka belum waktunya di beri keturunan". Jawab Utami.

Mobil mereka pun kini sudah berada di depan rumah Dimas, berharap menantu kesayangannya segera menyambut.

Namun yang mereka tunggu tak kunjung datang, malah rumah tersebut nampaknya sepi. Hingga pertanyaan mereka dalam hati terjawab, dengan kedatangan security di rumah tersebut.

"Selamat siang Pak, Bu!" Sapa Pak Asep, security yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di rumah tersebut.

"Pak, kenapa rumahnya sepi? Dinda kemana?" Tanya Utami yang nampak heran.

"Bu Dinda sedang tidak ada di rumah. Kata Pak Dimas, beliau pulang ke rumah orang tuanya yang ada di kampung". Jawab Pak Asep.

"Ia pergi bersama Dimas?" Tanya Utami penasaran.

"Bu Dinda hanya pergi sendirian Pak. Sedangkan Pak Dimas pergi ke kantor". Jelasnya.

"Gak biasanya menantu kita pulang sendirian. Coba kamu hubungi Dimas, suruh dia pulang dulu". Ucap Heru terhadap Pak Asep.

**

Dinda kini tidak menyia-nyiakan kebersamaannya besama orang tuanya. Ia tengah memasak dengan Sang Ibu, rasa bahagia bercampur haru kini menyelimuti hatinya.

Bagaimana bisa ia menentang kehendak orang tuanya? Sedangkan orang tua yang telah membesarkannya, terlihat begitu baik kepadanya. Hingga rasa sesal pun kian menjadi musuh terbesarnya, yang selalu menghantui di setiap saat.

'kenapa Ibu terlihat pucat, ya? Apa perasaanku saja?' Gumam Dinda dalam hati.

Ingin sekali menanyakan keadaan Ibunya, namun ada rasa takut. Hingga tiba-tiba Ibunya yang sedang memotong sayuran, mendadak terkulai dan lemas.

Dinda berteriak histeris memanggil Ayahnya. Dugaannya ternyata benar, Sang Ibu sedang tidak baik. Akhirnya mereka membawa Rita ke rumah sakit terdekat.

**

"Apa akhir-akhir ini, Bu Rita sering mengalami kelelahan?" Tanya Dokter.

"Iya Dok, meskipun istri saya jarang melakukan pekerjaan berat, namun saya sering melihatnya selalu terlihat lelah". Jelas Yanwar terhadap Dokter tersebut.

"Kemungkinan Bu Rita mempunyai masalah dalam jantungnya. Namun ini baru dugaan pemeriksaan saya. Jika ingin lebih jelas maka segeralah melakukan pemeriksaan lebih lanjut". Ucap dokter.

Dinda dan Yanwar tak bisa berkata-kata, mereka menyimpan kesedihan masing-masing di dalam hatinya. Tangis pun kemudin pecah, meskipun mereka sudah menahannya.

"Sabar ya Pak, Ibu Rita bisa baik-baik saja. Namun ia harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur". Ucap dokter.

Dinda hanya bisa terus menyalahkan dirinya sendiri, ada rasa bersalah di dirinya. 'Kenapa dulu aku meninggalkan orang tuaku demi laki-laki yang tak pantas ku sebut suami sebelumnya?' Lirih hatinya geram.

'Ya Allah, kenapa disaat aku bahagia dengan orang tuaku, begitu besar cobaan yang menerpa keluargaku? Mengapa harus Ibuku yang merasakan sakit?' Racau hatinya sendu.

**

Terpopuler

Comments

Isabela Devi

Isabela Devi

moga ibunya cepat sembuh

2025-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1 Awal perpisahan
2 BAB. 2 Penyesalan yang tak bertepi
3 Bab. 3 Pria berjas hitam
4 Bab. 4 Apa ini karma?
5 Bab. 5 Bukan Dinda yang dulu
6 Bab. 6 Awal dari karma
7 Bab. 7 Identitas Dinda
8 Bab. 8 Pengadilan agama
9 Bab. 9 Awal Dinda memulai kesuksesan
10 Bab. 10 Viola yang iri
11 Bab. 11 Kenapa harus bertemu mereka?
12 Bab. 12 Sidang pertama
13 Bab. 13 Mengkhawatirkan Dinda
14 Bab. 14 Kau bisa mengajariku?
15 Bab. 15 Aku bisa membantumu
16 Bab. 16 Bukan berarti menyerah
17 Bab. 17 Ingin Kembali
18 Bab. 18 Merasa malu
19 Bab. 19 Terlalu percaya diri
20 Bab. 20 Bukan ATM berjalan
21 Bab. 21 Pernikahan Dimas
22 Bab. 22 Mempertebal kesabaran
23 Bab. 23 Kalian kemana?
24 Bab. 24 Jangan sakiti mereka
25 Bab. 25 Tatapan tajam Dinda
26 Bab. 26 Sungguh hari sial
27 Bab. 27 Sial ku ternyata belum usai
28 Bab. 28 Bangun yuk!
29 Bab. 29 Siapa orang tuaku?
30 Bab. 30 Asal-usul Dimas
31 Bab. 31 Maafkan aku Ayah..
32 Bab. 32 Kecerobohan Lidya
33 Bab. 33 Terungkapnya kebenaran
34 Bab. 34 Ingin bertemu dengan Ibu
35 Bab. 35 Tak jera
36 Bab. 36 Berfikir untuk kabur
37 Bab. 37 Hadiah untuk Lidya
38 Bab. 36 Frustasi
39 Bab. 39 Bertemu kembali
40 Bab. 40 Hanya sekedar rekan kerja
41 Bab. 41 Masih tak percaya
42 Bab. 42 Kelilipan Cinta
43 Bab. 43 Seperti Bunglon
44 Bab. 44 Menghadiri Pesta
45 Bab. 45 Terjebak
46 Bab. 46 Dukungan William
47 Bab. 47 Perasaan Kevin
48 Bab. 48 Salah tingkah
49 Bab. 49 Kejadian 10 Tahun yang lalu
50 Bab. 50 Kejadian 10 tahun yang lalu Part. 2
51 Bab. 51 Kenapa khawatir?
52 Bab. 52 Semakin khawatir
53 Bab. 53 Kesialan yang abadi
54 Bab. 54 Masih belum cukup kuat
55 Bab. 55 Sudah tak berarti
56 Bab. 56 Ingin mengambil hati Kevin
57 Bab. 57 Cemburu
58 Bab. 58 Suara itu?
59 Bab. 59 Rencana Amelia
60 Bab. 60 Ketampanan Zidan
61 Bab. 61
62 Bab. 62 Wanita Rubah
63 Bab. 63 Dikerjai Kevin
64 Bab. 64 Tidak perlu mengotori tangan
65 Bab. 65 Keras kepala
66 Bab. 66 Tertangkapnya Lidya
67 Bab. 67 Hukuman untuk Dinda
68 Bab. 68 Menjadi seorang model
69 Bab. 69 Meminta restu
70 Bab. 70 Mengerjai Kevin
71 Bab. 71 Terlihat tenang, tapi penuh ancaman
72 Bab. 72 Pengantin baru
73 Bab. 73 Kebencian Jonathan
74 Bab. 74 Hukuman
75 Bab. 75 Bangkai tikus
76 Bab. 76 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
77 Bab. 77 Memendam perasaan
78 Bab. 78 Jangan menggodaku
79 Bab. 79 Tetap terasa manis
80 Bab. 80 Hadiah cubitan
81 Bab. 81 Fania Bertemu Ibu.
82 Bab. 82 Masa lalu Kevin
83 Bab. 83 Berjanji Untuk Percaya
84 Bab. 84 Sosok William
85 Bab. 85
86 Bab. 86 Ulat bulu
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Bab. 1 Awal perpisahan
2
BAB. 2 Penyesalan yang tak bertepi
3
Bab. 3 Pria berjas hitam
4
Bab. 4 Apa ini karma?
5
Bab. 5 Bukan Dinda yang dulu
6
Bab. 6 Awal dari karma
7
Bab. 7 Identitas Dinda
8
Bab. 8 Pengadilan agama
9
Bab. 9 Awal Dinda memulai kesuksesan
10
Bab. 10 Viola yang iri
11
Bab. 11 Kenapa harus bertemu mereka?
12
Bab. 12 Sidang pertama
13
Bab. 13 Mengkhawatirkan Dinda
14
Bab. 14 Kau bisa mengajariku?
15
Bab. 15 Aku bisa membantumu
16
Bab. 16 Bukan berarti menyerah
17
Bab. 17 Ingin Kembali
18
Bab. 18 Merasa malu
19
Bab. 19 Terlalu percaya diri
20
Bab. 20 Bukan ATM berjalan
21
Bab. 21 Pernikahan Dimas
22
Bab. 22 Mempertebal kesabaran
23
Bab. 23 Kalian kemana?
24
Bab. 24 Jangan sakiti mereka
25
Bab. 25 Tatapan tajam Dinda
26
Bab. 26 Sungguh hari sial
27
Bab. 27 Sial ku ternyata belum usai
28
Bab. 28 Bangun yuk!
29
Bab. 29 Siapa orang tuaku?
30
Bab. 30 Asal-usul Dimas
31
Bab. 31 Maafkan aku Ayah..
32
Bab. 32 Kecerobohan Lidya
33
Bab. 33 Terungkapnya kebenaran
34
Bab. 34 Ingin bertemu dengan Ibu
35
Bab. 35 Tak jera
36
Bab. 36 Berfikir untuk kabur
37
Bab. 37 Hadiah untuk Lidya
38
Bab. 36 Frustasi
39
Bab. 39 Bertemu kembali
40
Bab. 40 Hanya sekedar rekan kerja
41
Bab. 41 Masih tak percaya
42
Bab. 42 Kelilipan Cinta
43
Bab. 43 Seperti Bunglon
44
Bab. 44 Menghadiri Pesta
45
Bab. 45 Terjebak
46
Bab. 46 Dukungan William
47
Bab. 47 Perasaan Kevin
48
Bab. 48 Salah tingkah
49
Bab. 49 Kejadian 10 Tahun yang lalu
50
Bab. 50 Kejadian 10 tahun yang lalu Part. 2
51
Bab. 51 Kenapa khawatir?
52
Bab. 52 Semakin khawatir
53
Bab. 53 Kesialan yang abadi
54
Bab. 54 Masih belum cukup kuat
55
Bab. 55 Sudah tak berarti
56
Bab. 56 Ingin mengambil hati Kevin
57
Bab. 57 Cemburu
58
Bab. 58 Suara itu?
59
Bab. 59 Rencana Amelia
60
Bab. 60 Ketampanan Zidan
61
Bab. 61
62
Bab. 62 Wanita Rubah
63
Bab. 63 Dikerjai Kevin
64
Bab. 64 Tidak perlu mengotori tangan
65
Bab. 65 Keras kepala
66
Bab. 66 Tertangkapnya Lidya
67
Bab. 67 Hukuman untuk Dinda
68
Bab. 68 Menjadi seorang model
69
Bab. 69 Meminta restu
70
Bab. 70 Mengerjai Kevin
71
Bab. 71 Terlihat tenang, tapi penuh ancaman
72
Bab. 72 Pengantin baru
73
Bab. 73 Kebencian Jonathan
74
Bab. 74 Hukuman
75
Bab. 75 Bangkai tikus
76
Bab. 76 Kebahagiaan yang bertubi-tubi
77
Bab. 77 Memendam perasaan
78
Bab. 78 Jangan menggodaku
79
Bab. 79 Tetap terasa manis
80
Bab. 80 Hadiah cubitan
81
Bab. 81 Fania Bertemu Ibu.
82
Bab. 82 Masa lalu Kevin
83
Bab. 83 Berjanji Untuk Percaya
84
Bab. 84 Sosok William
85
Bab. 85
86
Bab. 86 Ulat bulu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!