Malam pun tak terasa kini berganti pagi, udara segar yang ia hirup seakan membuang semua ingatan kotor dalam fikirannya secara perlahan.
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, bus yang ia tumpangi terhenti. Kini ia tiba di kota kelahirannya, ada rasa haru bercampur pilu.
Setelah ia berjalan dari tempat pemberhentian bus tadi, tak lama kemudian terlihat rumah sederhana yang menjadi kisah masa kecilnya dulu. Air mata yang ingin ia keluarkan, tertahan sejenak mengingat pasti akan ada orang yang memperhatikannya.
Setelah ia berada di depan pintu rumahnya, Dinda memberanikan diri mengetuk pintu. Hingga terdengar sahutan dari dalam. Setelah pintunya terbuka, nampak seorang wanita yang memandanginya dengan penuh selidik. Menyadari ia adalah anaknya, senyumnya pun tersimpul sembari memeluk Dinda dengan erat.
"Dinda.. Kamu apa kabar?" Ucapnya masih dengan keadaan memeluk Dinda.
"Alhamdulillah baik bu.." Jawabnya dengan melepaskan pelukan sang Ibu.
Rita, Ibunya Dinda tampak heran dengan kelopak mata sang anak yang terlihat sembab. Air matanya yang kini menetes, menjadi jawaban atas pertanyaan dalam hatinya tadi. Bergegas Rita pun membawanya masuk.
Mereka pun menduduki sofa, kemudian di susul oleh Yanwar sang Ayah, yang datang dari belakang. Melihat kondisi anaknya yang terlihat tidak baik-baik saja, segera ia memeluk putrinya itu dengan sendu.
Meskipun belum ada kata yang terucap dari bibir Dinda, mereka sudah mengetahui arti kedatangan Dinda. Apalagi ia datang tak bersama dengan Dimas.
"Ayah, Ibu.. Maafkan aku yang membantah perkataan kalian dulu. Kini aku telah menyadari dan telah merasakan firasat yang kalian rasakan sejak lama. Mas Dimas menghianatiku dan kini aku berpisah dengannya. Aku mohon, maafkan aku!". Ucapnya dengan tak hentinya menangis memeluk kedua orang tuanya.
"Kamu yang sabar ya, Nak. Mungkin ini takdirmu. Kami telah memaafkanmu sejak lama, tak ada dendam di hati kami. Meskipun kini kenyataannya pahit". Jawab Yanwar, dengan tak henti mengusap punggung Dinda.
"Cita-citaku dulu ingin membahagiakan kalian, namun yang ku lakukan hanya membuat kalian sakit hati. Dan kini aku kembali, pasti akan menjadi beban untuk kalian". Sesalnya tak henti merutuki keegoisannya dulu.
"Jangan bicara seperti itu, Nak. Kamu adalah anak kami dan jika kamu kembali, jangan merasa nahwa kamu beban untuk kami. Justru jika kamu sengsara, pasti kami akan merasa menyesal dengan itu. Syukurlah kamu langsung pulang, ini rumah kita. Rumah ini akan selalu terbuka untuk kedatanganmu". Ucap Rita yang menenangkan hati Dinda.
"Terimakasih Bu, Ayah.. Aku minta, bimbing kembali aku untuk menjadi anak yang sholehah. Aku tak ingin mengecewakan kalian kembali". Pintanya dengan tak hentinya menangis, meratapi nasib dan masa lalunya yang penuh dengan keegoisan terhadap orang tuanya.
"Tak apa, Dinda. Jangan khawatirkan itu semua, kini kamu menjadi tanggung jawab kami kembali, anakku". Ucap Yanwar untuk menenangkan Dinda.
Hatinya kini merasa sejuk kembali, beban yang ia rasakan sejak lama kini sedikit melerai. Kehangatan bersama orang tuanya kini terjalin kembali. Karena semua itu menghilang, saat ia memutuskan untuk menikah dengan Dimas.
Sejak awal Yanwar dan Rita tidak mendukung pernikahan mereka, sudah terlihat dari cara pertama bertemu Dimas bersikap sombong terhadap orang tuanya. Namun karena cinta, Dinda bersi keras meminta kedua orang tuanya untuk merestuinya. Hingga dengan berat hati mereka mengizinkan Dinda menikah dengan Dimas.
**
Di sisi lain, sekretaris Dimas yang bernama Lidya tengah bersorak dalam hati. Mengetahui keadaan hubungan atasannya yang kini hancur. Ia tak berhenti memikirkan cara untuk mendekati Dimas.
'Dengan ini impianku menjadi keluarga Adhinatha, akan segera tercapai'. Gumam hatinya bersorak riang.
Lidya gadis cantik, yang berusia 27 tahun terpaut lebih tua satu tahun dengan Dinda. Hanya saja ia yang selalu memakai pakaian terbuka, membuat semua pria tertarik kepadanya karena nafsu. Lain halnya dengan Dinda, yang tertutup. Ia lebih terlihat terhormat dengan balutan hijab dan gamis dalam kesehariannya.
Lidya yang sedari tadi menunggu kedatangan Dimas dengan tak sabar. Hingga Dimas tiba, lalu ia bergegas masuk ke ruangan Dimas. Berharap ia akan segera memperjelas hubungannya.
"Mas, maaf dengan kehadiranku hubunganmu dengan istrimu hancur". Ucapnya berpura-pura menyesal.
"Tapi kamu senang 'kan, dengan kehancuran rumah tanggaku?" Tanyanya dengan sedikit menyunggingkan senyuman.
"A-aku senang, karena bisa menjadi satu-satunya wanitamu. Tapi aku juga merasakan ketegangan kamu Mas, apalagi gara-gara aku". Ucap sesalnya kembali.
"Jangan fikirkan itu, sayang. Aku juga sudah muak dengan wanita itu, dia sudah tak lagi menarik. Lebih baik aku denganmu saja". Ucapnya menggoda.
Lidya semakin kegirangan, ia merasa keberuntungan akan segera memihak kepadanya. Cita-citanya menjadi istri dari seorang pria kaya akan segera terwujud.
"Lalu kapan kamu mau menikahiku?" Tanyanya dengan manja.
"Secepatnya!" Jawab Dimas yang kembali mulai menggodanya.
**
"Bu, mantu kita akan senang gak ya, dengan oleh-oleh yang kita bawa?" Ucap Heru Adhinatha, mertua Dinda.
"Mantu kita 'kan baik Pak, dia pasti suka pemberian kita". Ucap Utami.
"Semoga mereka segera mendapatkan keturunan ya, sudah gak sabar Bapak ingin menimang cucu". Harapnya dengan sedikit membayangkan masa depannya yang tengah menggendong bayi.
"Kita do'akan saja yang terbaik Pak, buat anak-anak kita. Mungkin mereka belum waktunya di beri keturunan". Jawab Utami.
Mobil mereka pun kini sudah berada di depan rumah Dimas, berharap menantu kesayangannya segera menyambut.
Namun yang mereka tunggu tak kunjung datang, malah rumah tersebut nampaknya sepi. Hingga pertanyaan mereka dalam hati terjawab, dengan kedatangan security di rumah tersebut.
"Selamat siang Pak, Bu!" Sapa Pak Asep, security yang sudah bekerja selama bertahun-tahun di rumah tersebut.
"Pak, kenapa rumahnya sepi? Dinda kemana?" Tanya Utami yang nampak heran.
"Bu Dinda sedang tidak ada di rumah. Kata Pak Dimas, beliau pulang ke rumah orang tuanya yang ada di kampung". Jawab Pak Asep.
"Ia pergi bersama Dimas?" Tanya Utami penasaran.
"Bu Dinda hanya pergi sendirian Pak. Sedangkan Pak Dimas pergi ke kantor". Jelasnya.
"Gak biasanya menantu kita pulang sendirian. Coba kamu hubungi Dimas, suruh dia pulang dulu". Ucap Heru terhadap Pak Asep.
**
Dinda kini tidak menyia-nyiakan kebersamaannya besama orang tuanya. Ia tengah memasak dengan Sang Ibu, rasa bahagia bercampur haru kini menyelimuti hatinya.
Bagaimana bisa ia menentang kehendak orang tuanya? Sedangkan orang tua yang telah membesarkannya, terlihat begitu baik kepadanya. Hingga rasa sesal pun kian menjadi musuh terbesarnya, yang selalu menghantui di setiap saat.
'kenapa Ibu terlihat pucat, ya? Apa perasaanku saja?' Gumam Dinda dalam hati.
Ingin sekali menanyakan keadaan Ibunya, namun ada rasa takut. Hingga tiba-tiba Ibunya yang sedang memotong sayuran, mendadak terkulai dan lemas.
Dinda berteriak histeris memanggil Ayahnya. Dugaannya ternyata benar, Sang Ibu sedang tidak baik. Akhirnya mereka membawa Rita ke rumah sakit terdekat.
**
"Apa akhir-akhir ini, Bu Rita sering mengalami kelelahan?" Tanya Dokter.
"Iya Dok, meskipun istri saya jarang melakukan pekerjaan berat, namun saya sering melihatnya selalu terlihat lelah". Jelas Yanwar terhadap Dokter tersebut.
"Kemungkinan Bu Rita mempunyai masalah dalam jantungnya. Namun ini baru dugaan pemeriksaan saya. Jika ingin lebih jelas maka segeralah melakukan pemeriksaan lebih lanjut". Ucap dokter.
Dinda dan Yanwar tak bisa berkata-kata, mereka menyimpan kesedihan masing-masing di dalam hatinya. Tangis pun kemudin pecah, meskipun mereka sudah menahannya.
"Sabar ya Pak, Ibu Rita bisa baik-baik saja. Namun ia harus sering menjalani pemeriksaan secara teratur". Ucap dokter.
Dinda hanya bisa terus menyalahkan dirinya sendiri, ada rasa bersalah di dirinya. 'Kenapa dulu aku meninggalkan orang tuaku demi laki-laki yang tak pantas ku sebut suami sebelumnya?' Lirih hatinya geram.
'Ya Allah, kenapa disaat aku bahagia dengan orang tuaku, begitu besar cobaan yang menerpa keluargaku? Mengapa harus Ibuku yang merasakan sakit?' Racau hatinya sendu.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Isabela Devi
moga ibunya cepat sembuh
2025-04-12
0